Kaca gerai Chanel di pusat perbelanjaan Soho di Manhattan, New York dipecahkan perusuh di New York, akhir pekan lalu. | undefined

Kisah Mancanegara

Kopi Indonesia di Tengah Kerusuhan Amerika

Seluruh WNI di AS yang berjumlah 142.441 dilaporkan dalam kondisi aman.

OLEH INDIRA REZKISARI, FERGI NADIRA

Vivit Kavi tertidur lelap, Sabtu (30/5) malam waktu Amerika Serikat. Ia merasa sangat lelah setelah membuka kembali kedai kopi miliknya, Dua Coffee DC.

Sabtu itu adalah hari pertama Dua Coffee DC kembali dibuka setelah 2,5 bulan tutup akibat efek pandemi Covid-19. Menyambut pelonggaran fase pertama di Washington DC, Vivit sudah mulai membereskan kafe sejak Jumat (29/5).

"Jumat tuh kita siap-siap sneeze guard (pelapis kaca) untuk pembeli kopi," katanya, kepada Republika lewat sambungan telepon dari Washington DC, Senin (1/6) waktu setempat atau Selasa (2/6) WIB. 

Selepas menutup kedai kopinya pada Sabtu pukul 14.00, Vivit membereskan kedainya dan pulang ke rumah. "Jam empat aku cabut pulang. Sampai rumah tidak lihat telepon, aku tidur, bangun Subuh sudah penuh telepon dengan miss call," kata Vivit.

Ia kemudian dikabari bahwa aksi protes kematian George Floyd berimbas ke kedainya. Massa memecahkan kaca Dua Coffe DC. Masih untung, kaca kedainya ternyata dua lapis dan bagian dalam kacanya tidak pecah. Sehingga, tidak ada massa yang bisa masuk dan menjarah mesin kopi atau peralatan lainnya. "Mesin kopi kita aman. Kita aman banget, alhamdulillah," kata Vivit.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Vivit Kavi (@vivitkavi) on

Dua Coffee DC adalah kedai kopi yang menyajikan minuman dari biji kopi Indonesia di jantung Washington DC, Amerika Serikat. Kedai itu menjual single origin kopi Indonesia, seperti dari Jawa Barat, Flores, Kintamani, dan lainnya. Terletak di 15th Street di Washington, kedai itu hanya berjarak sekitar 1,5 blok dari Gedung Putih yang terletak di 16th Street.

Vivit terkejut ketika tahu kedainya menjadi korban kerusuhan aksi protes. Ketika ia membuka kedainya, Vivit merasakan atmosfer baik dari massa yang waktu itu memang datang untuk beraksi damai. 

Vivit mengatakan, pemrotes yang ikut serta adalah orang-orang yang datang bersama anaknya atau sembari mengajak anjingnya berjalan keluar. "Ketika saya tanya ke pembeli, mereka juga bilang aman kok di luar," ujar Vivit.

Ternyata, selepas Vivit pulang pukul 16.00, massa yang lebih agresif mulai berdatangan. Vivit diberi tahu petugas kepolisian bahwa semakin malam di hari itu kondisi semakin kacau.

Tak seberuntung kedai Dua Coffee DC, kedai es krim di sebelah Vivit hancur total. Vivit bercerita, motor skuter ditabrakkan ke kaca kedai es krim dan massa menjarah habis isinya. Bahkan, minuman yang tersedia di mesin dalam kedai es krim ludes dijarah. "Tapi tidak semua dirusak, Starbucks dekat kita aman," katanya.

Vivit belum tahu kapan akan kembali membuka pintunya ke publik. Bila kemarin dia mengikuti situasi akibat pandemi Covid-19, kini ia melihat situasi apakah aksi protes akan kembali panas.

"Polisi yang membantu kami mengurus kerusakan bilang, jangan dulu dibenarkan kacanya. Tutup saja dulu dengan papan atau lainnya karena kita tidak tahu apakah akan ada gelombang aksi massa berikutnya," cerita Vivit yang sudah sejak 2005 tinggal di Amerika.

Hingga Senin (1/6) malam waktu setempat, aksi-aksi unjuk rasa memprotes kematian George Floyd, seorang warga kulit hitam di tangan polisi kulit putih, masih terus berlanjut. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengultimatum akan mengerahkan militer AS untuk menghentikan demonstrasi yang kerap berujung kericuhan. 

Utamanya, setelah petugas penegak hukum di berbagai kota di seluruh negara bagian AS sebelumnya menembakkan peluru karet dan gas air mata ke para demonstran guna menegakkan jam malam. "Wali kota dan gubernur harus membangun kehadiran penegakan hukum yang luar biasa sampai kekerasan diatasi," ujar Trump di Gedung Putih dikutip Reuters, Selasa.

Setelah pidatonya itu, Trump berjalan dari Gedung Putih melalui area yang telah disterilkan untuknya di Gereja Episkopal St John. Di sana, ia memegang sebuah Alkitab dan berpose untuk berfoto bersama putrinya, Ivanka, dan Jaksa Agung AS William Barr.

Guna keperluan foto-foto itu, pasukan keamanan yang terdiri atas polisi militer Garda Nasional, Dinas Rahasia, polisi Departemen Keamanan Dalam Negeri, serta polisi Distrik Columbia bergerak agresif mengusir demonstran di sekitar Gedung Putih.

 "Dengan melakukan itu, dia menggunakan bangunan gereja dan Alkitab untuk tujuan politik partisan," kata Uskup ketua keuskupan Gereja Episkopal di Washington DC, Michale Curry, di Twitter. Gereja menderita kerusakan akibat kebakaran kecil selama protes pada Senin malam.

Setelah pernyataan pengerahan militer, kekerasan meluas pada malam ketujuh aksi unjuk rasa. Para demonstran membakar sebuah mal di Los Angeles dan menjarah toko-toko di New York City.

Kerusuhan meluas

Beberapa jam setelah pergolakan di Washington, ribuan orang berbaris di jalan-jalan Brooklyn. Mereka meneriakkan, "keadilan sekarang!" Sementara mobil melaju bersama, beberapa pengemudi membunyikan klakson.

Rekaman-rekaman yang tersiar televisi menunjukkan kerumunan yang menghancurkan jendela dan menjarah toko-toko mewah di sepanjang Fifth Avenue di Manhattan, salah satu distrik perbelanjaan paling padat di kota, sebelum pukul 23.00 di kota itu atau waktu diberlakukannya jam malam. Wali Kota Manhattan, Bill de Blasio, mengatakan, jam malam akan dipindahkan menjadi pukul 20.00 pada Selasa (2/5). Dua petugas polisi ditabrak mobil pada demonstrasi di Buffalo, New York, Senin malam.

Sementara itu, pemeriksa Medis Wilayah Hennepin merilis temuan autopsi yang menyebut Floyd meninggal karena asfiksia. Laporan mengatakan, Floyd menderita henti jantung jantung mendadak ketika ditahan oleh polisi dan ia menderita penyakit jantung arteriosklerotik serta hipertensi, keracunan fentanil, dan penggunaan metamfetamina baru-baru ini.

Perwira polisi Minneapolis berusia 44 tahun yang berlutut di leher Floyd, Derek Chauvin, ditangkap atas tuduhan pembunuhan tingkat tiga dan pembunuhan berencana tingkat dua. Tiga petugas lain yang terlibat dalam penangkapan belum dituntut.

Kematian Floyd adalah kasus terbaru dari kebrutalan polisi terhadap pria kulit hitam yang tertangkap dalam rekaman video. Insiden baru ini menghidupkan kembali ketegangan rasial yang membara di sebuah negara yang terpecah secara politis yang telah terpukul oleh pandemi korona dengan orang Afrika-Amerika menyumbang jumlah kasus yang sangat tinggi.

photo
Pengunjuk rasa mengibarkan bendera pada aksi solidaritas di Las Vegas, atas tewasnya George Floyd di Minneapolis. - (AP Photo/John Locher)

Puluhan kota di seluruh AS tetap berada di bawah perintah jam malam yang belum pernah terjadi sejak kerusuhan usai pembunuhan Martin Luther King Jr pada 1968. Garda Nasional dikerahkan di 23 negara bagian dan Washington, DC.

Associated Press melansir, sejauh ini, sedikitnya sembilan orang meninggal terkait kerusuhan. Hampir semuanya dari komunitas kulit hitam AS. Di Louisville, David McAtee (53 tahun) meninggal tertembak bersamaan dengan aksi kepolisian dan Garda Nasional membubarkan kerumunan. Di Oakland, seorang polisi federal juga meninggal ditembak seorang pengendara.

Di Indianapolis, Chris Beaty (38 tahun), seorang mantan pemain futbol tewas ditembak. Ia korban kedua di kota itu setelah sebelumnya seorang remaja berusia 19 tahun juga meninggal ditembak saat mengikuti unjuk rasa. Di Omaha, seorang kulit hitam berusia 22 tahun meninggal tertembak setelah bertikai dengan pemilik bar. Kematian lainnya tercatat di Detroit dan Chicago.

Saudara laki-laki korban, Terrence Floyd, mengatakan, dia tak setuju pengunjuk rasa menggunakan kekerasan dan kehancuran. "Mari kita lakukan ini dengan cara lain," katanya.

Nasib WNI

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Washington DC bersama dengan seluruh Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Amerika Serikat (AS) terus memonitor dari dekat sekaligus memastikan keselamatan Warga Negara Indonesia (WNI) yang tersebar di berbagai kota dan wilayah di AS. Hal ini dilakukan menyusul merebaknya gelombang demonstrasi yang terjadi sejak 26 Mei 2020.

"Seluruh WNI di AS yang berjumlah 142.441 orang saat ini berada dalam kondisi aman dan baik-baik. Tidak ada laporan terkait WNI yang terdampak akibat demo", ujar Kuasa Usaha Ad-Interim/Wakil Duta Besar RI untuk AS Iwan Freddy Hari Susanto dalam rilis pers yang diterima Republika, Selasa. 

 
WNI juga kita wanti-wanti agar menjauhi tempat-tempat terjadinya aksi unjuk rasa karena akan membahayakan keselamatan dan keamanan mereka. Patuhi setiap instruksi, kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan oleh otoritas setempat.
 
 

Aksi unjuk rasa yang terjadi di berbagai negara bagian di AS, mulai dari wilayah Pantai Timur hingga Pantai Barat, telah memasuki hari ketujuh. Sebagian telah menerapkan peraturan jam malam dan status darurat.

"Keselamatan dan keamanan WNI di AS menjadi prioritas utama dan perhatian khusus KBRI Washington DC dan KJRI-KJRI se-AS", ujarnya Iwan Freddy.

Dia mengatakan, sebagai salah bentuk perlindungan kepada WNI, semua Perwakilan RI di AS telah mengeluarkan imbauan kepada WNI agar tetap tenang, hati-hati dan tidak keluar rumah kecuali untuk kepentingan atau kebutuhan yang mendesak, seperti membeli kebutuhan rumah tangga sehari-hari atau pergi ke dokter.

"WNI juga kita wanti-wanti agar menjauhi tempat-tempat terjadinya aksi unjuk rasa karena akan membahayakan keselamatan dan keamanan mereka. Patuhi setiap instruksi, kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan oleh otoritas setempat", tegas Wakil Dubes RI.

Iwan Freddy juga menambahkan bahwa seluruh Perwakilan RI di AS terus menjalin kontak dengan simpul-simpul masyarakat Indonesia, termasuk mahasiswa, di berbagai wilayah di AS untuk membantu memantau dari dekat dan memastikan keselamatan WNI dalam situasi saat ini.  KBRI Washington DC dan KJRI-KJRI se-AS juga membuka layanan nomor hotline bagi masyarakat Indonesia di AS jika membutuhkan bantuan atau pertolongan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat