Perempuan di era digital | Pixabay

Inovasi

Teknologi untuk Pemberdayaan Perempuan

Untuk bisa terus mengembangkan pasar, literasi digital kepada para perempuan harus terus dilakukan.

 

Ada berbagai hal yang bisa dicapai dengan memanfaatkan teknologi. Salah satu usaha rintisan yang menamai dirinya Woobiz, kini hadir di Tanah Air sebagai platform social commerceyang fokus pada pemberdayaan perempuan.

Dengan pendekatan komunitas, Woobiz mempunyai misi memberdayakan perempuan dan membuatnya mandiri secara finansial. Caranya adalah dengan penyediaan barang dan edukasi untuk wirausaha pemula di bidang usaha mikro kecil menengah (UMKM).

Founder sekaligus CEO Woobiz, Putri Noor Shaqina, mengungkapkan, banyak peran penting yang dimiliki perempuan dalam kehidupan. Untuk itu, Woobiz bergerak memberikan akses literasi digital kepada mereka.

Menurutnya, memberdayakan perempuan memang hal yang penting. Apalagi, berdasarkan jumlah data yang dikeluarkan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), pada 2019 jumlah perempuan kini berada di angka 132 juta.

Tekad kuat Woobiz untuk meningkatkan kualitas finansial perempuan ini diwujudkannya dengan menjadi agen bagi para pengusaha baru untuk memasok barang dagangannya. Tak hanya itu, Woobiz juga menjadi tempat bagi UMKM mengenalkan produk dan memasarkan produknya kepada para mitra.

Setelah berdiri selama sekitar empat bulan, Woobiz kini sudah memiliki 5.000 mitra dengan penjual tetap di angka 50 sampai 100. Para mitra tersebut bisa membeli barang dagang dari Woobiz sebelum dijual kembali, baik secara luring maupun daring.

Barang yang bisa dijual cukup beragam, mulai dari makanan, pakaian, hingga kosmetik, baik merek besar maupun lokal. "Tapi, sebenarnya kami malah fokus ke barang yang secondary product atau layer duanya FMCG atau local brand yang punya kemampuan pelayanan mirip FMCG, tapi nanti dari sisi operation-nya kita yang bantu," jelas Putri.

Meskipun mengutamakan merek dan produk lokal, ia menjelaskan, Woobiz tak membatasi untuk produk besar, bahkan internasional. Semua bisa bekerja sama dan bisa memasarkan produknya untuk dijual kembali oleh para mitra ke pasar yang lebih luas.

Untuk bisa terus mengembangkan pasar, literasi digital kepada para perempuan pun terus dilakukan. Menurut Putri, biasanya, Woobiz akan menggunakan cara yang akan menunjukkan bukti nyata.

Misalnya, dengan mengatakan bahwa ibu bisa mendapat Rp 3 juta sebulan dari handphone. Ini ada cara untuk bisa dapat Rp 3 juta sebulan. "Nah kalau sudah begitu, para ibu pasti akan langsung merespons, `gimana tuhmbak caranya',: cerita Putri.

Kalau sudah demikian, upaya pendekatan untuk terus melebarkan upaya Woobiz pun biasanya akan berjalan mulus. Karena, dalam urusan hitung-hitungan, para perempuan memang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya.

Ke depannya, Woobiz akan mulai merambah kota lain di Indonesia, seperti Yogyakarta dan Jawa Timur, sebab kedua kota ini dinilai memiliki pasar yang baik.

Terbuka pada perubahan

photo
Perempuan di era digital - (Pixabay)

Tak semua orang bisa menerima perubahan atau terbuka dengan teknologi, terutama generasi X dan baby boomers. Butuh upaya ekstra untuk mengajak mereka merasakan manfaat dari kehadiran teknologi di masa kini.

Namun, hal itu tak membuat Asmuni, pedagang tempe di Bantul, Yogyakarta, patah semangat. Sebagai generasi milenial ke lahiran 1986, Asmuni ingin warga senior yang tinggal di sekitarnya bisa belajar dan merasakan manfaat teknologi dalam men dukung kegiatan ekonomi mereka sehari-hari.

Salah satu implementasi yang kini telah ia lakukan adalah mengajarkan penggunaan dompet digital Dana kepada pembeli yang mayoritas merupakan ibu-ibu di atas usia 50 tahun. Sehari-hari, Asmuni berdagang tempe di Pasar Imogiri.

Pria asal Brebes ini juga menyetor tempenya di warung-warung kecil dalam perjalanan pulangnya dari pasar. Satu blok tempe ia banderol sebesar Rp 2.500. Dengan demikian, pemasukan kotor Asmuni per hari bisa mencapai Rp 500 ribu.

Lewat bisnis tempe inilah, Asmuni berkenalan dengan Dana. "Saya waktu itu sempat menabung di Tamzis (Koperasi Simpan Pinjam-Red) waktu awal jualan tempe, ditawari untuk bergabung dengan Usaha Mikro Indonesia (UMI). Salah satu syaratnya adalah mengharuskan pedagang menghadirkan metode pembayaran dengan dompet digital. Saya terkesan dengan konsepnya, ya saya langsung gabung," ujar Asmuni.

Menurutnya, kini, melalui Dana, ia belajar banyak dengan sejumlah fitur yang membantu aktivitas hariannya. Sekarang, orang-orang bayar tempe saya bisa lewat Dana.

 
Saya juga sangat antusias ngajarin ibu-ibu pakai smartphone untuk menggunakan dompet digital,
Asmuni
Pedagang tempe di Bantul, Yogyakarta
 

Menurut Asmuni, ada dua keuntungan yang ia rasakan saat ini, pertama tempe dagangannya bisa laku terjual. Sementara, yang kedua, adalah ia ikut membantu para ibu langganannya mengenal teknologi digital.

Untuk menjamin keamanan pengguna, termasuk pelaku UMKM dan industri kreatif, Dana kini sudah bermitra dengan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil (Ditjen Dukcapil) untuk verifikasi data pengguna dan validasi layanan. Dana pun kini juga memiliki sertifikat PCIDSS (Payment Card Industry Data Security Standard) yang merupakan standar keamanan tinggi setingkat keamanan perbankan.

Selain itu, dompet digital Dana dilengkapi dengan teknologi pemindaian yang telah mendukung QR Indonesia Standard (QRIS) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai lembaga yang mengawasi sistem pembayaran di Indonesia. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat