Membaca buku | Pixabay

Inovasi

Rehat Sejenak dari Konektivitas

Sulit membayangkan hidup tanpa konektivitas internet.

Saat ini, sulit rasanya membayangkan seperti apa hidup tanpa konektivitas internet. Tapi, meski kini rasanya semua orang sudah menjadi bagian dari era digital, sebenarnya keinginan untuk rehat sejenak dari bisingnya jagat maya kerap juga melintas di pikiran banyak orang.

Salah satu travel journalis Telegraph, Chris Moss, menceritakan pengalaman cutinya selama sepekan. Ia memilih Labuan Bajo sebagai destinasi wisatanya, lengkap dengan berlayar di atas kapal pinisi bertiang dua dan berlayar ke timur

Kapal itu tidak memiliki Wi-Fi sama sekali serta tak ada kesempatan berlabuh untuk bertemu penduduk yang ramah, snorkeling, atau sekadar melihat komodo. Saat di dekat pantai, Moss hanya melihat kapal berlalu-lalang dan melihat orang-orang mengantre bergantian untuk diperiksa dalam pos pengamanan.

Menurut dia, saat itu adalah saat yang tepat untuk masuk dalam dunia nyata yang sesungguhnya, yakni berinteraksi antara manusia secara langsung dan mematikan jaringan internet untuk membebaskan diri. Karena, menurut Ofcom, orang dewasa di Inggris saja kini menghabiskan 23,5 jam untuk sekadar online setiap pekannya. "Berapa banyak orang yang ingin menenangkan diri di pantai dan istirahat sejenak dari keriuhan kota? Apakah masih ada orang- orang yang tidak terlalu mementingkan internet?" ujar Moss.

Bagi sebagian orang, terhubung jaringan internet kini sudah masuk dalam masalah hak asasi manusia (HAM) di beberapa negara. Namun, bagi sebagian besar, kesempatan berlibur justru menjadi salah satu pelarian dari dunia maya. Termasuk juga, beristirahat dari hiruk-pikuk politik, argumen para warganet, atau rutinitas harian.

Dikutip dari The Telegraph, berikut adalah beberapa wilayah yang bisa menjadi pilihan untuk melakukan detoks digital karena memiliki kebebasan konektivitas yang terbatas.

1. Cina

Meskipun memiliki jumlah pengguna internet terbesar di dunia, sensor internet di Negeri Tirai Bambu terbilang cukup ekstrem. Sebutan `Great Firewall of China' melibatkan sejumlah pihak, senantiasa memantau akses internet dan memblokir berbagai konten situs web.

Facebook telah dilarang sejak kerusuhan 2009, sementara Twitter, Snapchat, Instagram, Youtube, Pinterest, dan Reddit, semuanya masuk dalam daftar hitam, sementara anak perusahaan Google di Cina, aksesnya juga sangat terbatas.

2. Greenland

Terlepas dari kenyataan bahwa setiap rumah sudah memiliki jaringan internet, menurut para turis, negara es yang besar itu merupakan salah satu wilayah yang pas untuk memutuskan jaringan internet dan memulai liburan dengan lingkungan alam mereka yang luar biasa.

Visitgreenland.com mencatat, untuk membeli Wi-Fi di sebagian besar wilayah di sana harus membayar dengan harga yang lebih tinggi daripada harga biasanya. Namun, Perpustakaan Nuuk menawarkan akses internet gratis terbatas untuk semua orang dan beberapa tempat, seperti Hotel Arctic di Ilulissat, Hotel Qaqortoq, Vandrehuset, dan Hotel Hans Egede di Nuuk juga menawarkan kepada para tamu mereka Wi-Fi gratis di setiap kamar.

3. Kuba

Internet diperkenalkan ke Kuba pada akhir 1990-an, tetapi perkembangannya terlihat lambat. Sebagian besar akses publik dan akses wisata, seperti di hotel, harus menggunakan scratch cards yang tampaknya sengaja dirancang untuk tidak berfungsi. Scratch cards adalah kata sandi yang panjang dan mudah terhapus jika tergores sedikit terlalu keras.

Telepon seluler di Kuba juga berfungsi dengan baik, tetapi tarifnya cukup mahal. Pada Juli lalu pemerintah  bergerak untuk mematikan jaringan SNet yang banyak digunakan warga untuk bermain gim atau melakukan streaming film.

4. Iran

Pemerintah Iran menggunakan penghambat kecepatan untuk memperlambat unduhan. Langkah ini dilakukan sebagai bentuk pembatasan penggunaan internet. Pembatasan kecepatan internet dilakukan, di antaranya, ketika pemilu berlangsung atas ketika pergolakan politik Arab Spring terjadi.

Sekitar setengah dari populasi Iran saat ini memiliki koneksi internet, terutama di kota-kota. Warga Iran kelas atas dapat menggunakan VPN untuk menyensor media sosial dan situs berita populer. Kelompok garis keras Iran sempat menyerukan sensor internet yang lebih ketat, termasuk juga seruan untuk memblokir Instagram.

5. Korea Utara

Internet dikontrol secara ketat di Korea Utara. Izinnya hanya bisa dikeluarkan melalui otorisasi khusus dan hanya diutamakan untuk akses pemerintah, kemudian akses ke dunia internet terbatas pada sekelompok kecil elite saja.

Meskipun demikian, pasar smartphone di sana tumbuh cepat dan tiruan lokal ponsel Barat sukses dibuat di sana. Turis dapat melakukan panggilan telepon internasional dan berselancar di jagat maya dengan membeli kartu USIM internasional yang tersedia di bandara dan beberapa lokasi lainnya dengan harga lebih kurang 200 euro hingga 250 euro.

6. Turkmenistan

Sistem pers dan komunikasi Turk menistan dikendalikan sepenuhnya oleh negara.Hal ini berarti sebagian besar aplikasi media sosial diblokir dan apa yang dilihat masyarakat juga sangat disaring serta diawasi.

Termasuk, saat mencoba mengakses surel pribadi. Di sini, biaya roaming untuk pengguna telepon asing pun sangat tinggi. Namun, beberapa hotel bintang lima memiliki akses Wi-Fi cepat.

Managing Director Akamai Mark Weeks mengungkapkan, saat ini tempat di mana kita ingin tidak terjamah internet terus berkurang. Menurut Weeks, saat penetrasi smart phone merayap, bahkan di negara-negara berkembang, penyedia jaringan akan membuat jaringan stabil dan terus membawa jaringan internet kemana pun ada permintaan. Jadi, orang-orang yang menginginkan liburan detoksifikasi digital sejati, harus semakin belajar menahan diri untuk mematikan ponsel mereka sendiri, tambah dia.

7. Vietnam

Menurut survei salah satu penyedia layanan broadbanddan seluler Inggris, Cable, rata-rata kecepatan broadband Vietnam, 10 kali lebih lambat dari Singapura. Aksesibilitas internet Vietnam diblokir oleh pemerintah, terutama ke situs-situs yang kritis terhadap pemerintah. Informasi tentang oposisi politik luar negeri, topik agama, atau hak asasi manusia (HAM) juga kadang-kadang diblokir.

 
Menghilangkan jaringan internet bukan sekadar meletakkan handphone dalam kantong.
MARK WEEKS, Managing Director Akamai
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat