Warga melakukan ziarah kubur usai shalat Idul Fitri 1441 H di Pemakaman Umum Terban, Yogyakarta, Ahad (24/5). | Wihdan Hidayat/ Republika

Kabar Utama

Waspada Lonjakan Pasca-Lebaran

Warga masih memenuhi makam dan tempat wisata pada hari kedua Idul Fitri.

Oleh MIMI KARTIKA, RIGA NURUL IMAN, FEBRIAN A

Lokasi pemakaman warga Kampung Cadas dan Lebak, Kabupaten Tangerang, Banten, pada Senin (25/5) seperti biasanya tempat itu selepas Lebaran. Pada hari kedua Idul Fitri 1441 Hijriyah, warga menyemuti lokasi tersebut, abai dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yang sedianya masih berlaku.

"Kan niatnya baik ya mendoakan keluarga yang sudah meninggal. Semoga enggak ada itu korona, insya Allah," ujar Larasati (30) warga Kampung Lebakwangi ditemui Republika di lokasi, Senin (25/5).

Di lokasi pemakaman, tak ada imbauan penerapan protokol kesehatan yang dipasang di pintu masuk. Tak ada sabun cuci tangan disiapkan di dekat keran air yang digunakan peziarah untuk berwudhu.

Setiap orang juga bebas berdekatan tanpa ada jarak minimal untuk mencegah penularan virus korona. Masyarakat tak ragu bersalaman atau berjabat tangan dengan orang lain yang bertemu di makam. Masih bagus ada sejumlah warga yang memakai masker. "Iya pakai masker biar aman, jadi kita tetap bisa ziarah," kata Salamah (27).

photo
Peziarah berdoa di pemakaman khusus kasus Covid-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Keputih, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (16/5). - (Zabur Karuru/ANTARA FOTO)

Di sisi lain, menurut penjual bunga, Ahyar (30), penziarah lebih sepi dibandingkan Lebaran tahun lalu. "Kalau Lebaran kemarin sih kejual 100 kantong plastik (harga Rp 5.000) lebih, kali. Kalau sekarang lebih sedikit yang kejual, mungkin korona kali ya, ada yang nggak ke makam," ungkap Ahyar.

Di makam itu, tak hanya penziarah dan penjual bunga. Ada beberapa pedagang lainnya yang ikut meramaikan kerumunan pintu gerbang makam, seperti penjual makanan dan minuman dan mainan anak-anak.

Tak ada kasus Covid-19 di kampung tersebut menjadi alasan banyak warga tetap melakukan tradisi Lebaran. Selain berziarah, masyarakat juga tetap berjabat tangan saat Hari Raya Idul Fitri untuk bermaaf-maafan. "Kita salaman sama orang kenal ini. Insya Allah nggak ada korona," tutur Rosmawati.

Di Sukabumi, Jawa Barat, juga masih nampak warga mengunjungi lokasi wisata yang sedianya ditutup terkait PSBB. Salah satunya terlihat di kawasan Geopark Ciletuh Palabuhanratu. '' Hasil pantauan di Pantai Ujunggenteng, Kecamatan Ciracap diperkirakan ada sebanyak 100 orang pengunjung yang menggunakan kendaraan motor dan mobil pelat Bandung,'' ujar Kepala Divisi Operasional, SDM, dan Diklat, Badan Penyelamat Wisata Tirta (Balawista) Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi, Asep Edom kepada Republika, Senin (25/5).

Selain dari luar kota, ada pengunjung lokal yang datang ke tempat wisata tersebut. Lokasi lainnya yakni di Pantai Cibuaya, di mana pengunjung masuk ke kawasan Pasir Putih, zona di luar pengawasan Balawista. Menurut Asep, mereka membuat tenda yang diperkirakan mencapai 10-20 tenda dengan jumlah pengunjung sekitar 500 orang. Para pengunjung kebanyakan datang dengan sepeda motor berpelat nomor Bandung. Di Pantai Minajaya kata Asep, total tidak ada pengunjung. Sedangkan di Pantai Palangpang situasinya hampir sama dengan Pantai Ujunggenteng.

Koordinator Forum Koordinasi SAR Daerah Okih Pajri menambahkan, wisatawan lokal juga sempat memadati poin periksa Pos Gunung Butak dan Pondok Dewata Palabuhanratu. '' Namun sesuai intruksi pak Sekda mereka di putar balikan kembali,'' tutur dia.

Waspada

Terkait fenomena seperti di Tangerang itu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengingatkan semua pihak untuk mewaspadai lonjakan kasus Covid-19 usai perayaan Idul Fitri. Sebab, masih banyak masyarakat dinilai tidak mematuhi protokol kesehatan selama merayakan Lebaran.

"Kita masih lihat masyarakat yang ritualnya lebih didahulukan daripada apa yang sudah dihimbau pemerintah. Kondisi seperti ini bakal mempersulit dan memperlama kita dalam mengatasi virus ini," kata Wakil Ketua Umum PB IDI dr. Adib Khumaidi, kepada Republika, Senin (25/5).

Adib menjelaskan, perayaan lebaran tanpa mengikuti protokol kesehatan akan memunculkan klaster baru kasus Covid-19 dan tentu peningkatan kasus baru. "Itu berpotensi besar," katanya.

Ia juga mengingatkan potensi lonjakan kasus di Jakarta karena arus balik pemudik dari daerah. Padahal dalam beberapa waktu terakhir sudah terjadi penurunan angka penularan di Ibu Kota.

"Jakarta sebenarnya sudah bagus ini karena angka reproduksi (R) sudah sekitar 1,1 atau di atas satu sedikit lah. Artinya penambahan kasus baru di Jakarta sudah menurun. Tapi itu harus dievaluasi lagi saat Lebaran dan pasca-Lebaran di mana kita akan menghadapi arus balik mudik," kata Adib.

Ia mendukung kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang mewajibkan masyarakat untuk mengantongi Surat Izin Keluar-Masuk (SKIM) jika ingin datang ke ibu kota. Ia berharap agar pemerintah daerah tempat asal pemudik untuk melakukan hal serupa, sehingga arus balik bisa diredam. 

Kendati demikian, Adib meminta pemerintah tetap melakukan evaluasi sesuai Lebaran. Mengingat masa inkubasi virus corona sekitar dua pekan, kata dia, maka setidaknya dua pekan setelah Lebaran sudah harus ada hasil evaluasinya. Hal ini agar bisa disusun kebijakan lebih lanjut. 

Ia juga mengimbau masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan. Sebab, kunci memutus mata rantai penularan Covid-19 ada pada masyarakat itu sendiri. Hingga Ahad (24/5) atau hari pertama Lebaran, kasus positif Covid-19 di Indonesia telah mencapai 22.271. Sebanyak 1.372 di antaranya meninggal dunia dan 5.402 berhasil sembuh.

Kondisi daerah

Sementara itu, kasus positif covid-19 di Kota Bandung bergerak landai sejak pemberlakukan PSBB jilid III hingga 29 Mei mendatang. Namun, jumlahnya masih mengalami peningkatan dan pada hari pertama Lebaran hampir tembus 300 orang positif.

Data Pusat Covid-19 Kota Bandung, hingga Ahad (24/5) sore, jumlah positif covid-19 sebanyak 296 orang. Terdiri dari 38 orang meninggal dunia, 93 orang sembuh dan 165 orang masih mendapatkan perawatan.

Total Pasien dalam Pengawasan (PDP) mencapai 888 orang terdiri dari 476 orang yang selesai dipantau dan 412 orang masih dirawat. Total Orang Dalam Pemantauan (ODP) mencapai 3.978 orang terdiri dari 3.566 orang selesai dipantau dan 412 orang masih dipantau.

Penyebaran covid-19 menyebar merata di 30 kecamatan di Kota Bandung. Kecamatan yang paling banyak positif corona berada di Kecamatan di Andir, Bandung Kulon, Cicendo, Kiaracondong, Regol, Sukajadi.

Sedangkan di DI Yogyakarta, ada tambahan satu kasus terkonfirmasi positif pada 24 Mei. Sehingga, total kasus positif Covid-19 di DIY sudah mencapai 226 kasus.

photo
Umat muslim usai Shalat Iedul Fitri 1441 H di Masjid Jogokariyan, Yogyakarta, Ahad (24/5). Imbas wabah Covid19 Shalat Iedul Fitri diadakan di Masjid Jogokariyan dari sebelumnya di lapangan - (Wihdan Hidayat/ Republika)

Tambahan satu kasus positif baru tersebut merupakan laki-laki berumur 25 tahun, warga Kabupaten Sleman. Juru Bicara Penanganan Covid-19 untuk DIY, Berty Murtiningsih mengatakan, riwayat dari kasus ini belum diketahui dari mana tertular Covid-19. "Riwayat masih dalam penelusuran Dinas Kesehatan Sleman," kata Berty, Ahad (24/5).

Selain ada tambahan kasus positif baru, juga ada tambahan kasus positif yang sudah dinyatakan sembuh. Berty menyebut, ada satu tambahan kasus positif yang dinyatakan sembuh di DIY yakni kasus nomor 147 di DIY yang dinyatakan positif pada 9 Mei 2020 lalu. "Kasus 147 ini berjenis kelamin perempuan, berumur 24 tahun dan asal Sleman," jelasnya.

Dari 226 kasus positif, 123 diantaranya sudah dinyatakan sembuh dan delapan kasus diantaranya meninggal dunia. Dengan begitu, total kesembuhan dari seluruh kasus positif di DIY yakni sudah mencapai 54 persen.

Sementara, Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Covid-19 di DIY sudah mencapai 1.409 orang dengan 152 orang diantaranya masih dalam perawatan. Sedangkan, 153 PDP masih dalam proses laboratorium, yang mana 21 orang diantaranya meninggal dunia.

"Jumlah 21 PDP meninggal dunia itu karena ada satu tambahan PDP meninggal dunia pada 24 Mei. PDP tersebut laki-laki dengan umur 66 tahun, asal Sleman. PDP ini sudah menjalani rapid test dengan hasil nonreaktif dan juga sudah tes swab dan masih dalam proses lab," ujar Berty.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat