Dokter patologi klinik memeriksa sampel media pembawa virus Corona untuk penelitian pada hari Idul Fitri. | Umarul Faruq/ANTARA FOTO

Kabar Utama

Kesedihan di Tengah Perayaan Idul Fitri

Pada Idul Fitri, mereka tetap bersemangat menangani pasien covid-19

Bagi kebanyakan orang, Idul Fitri adalah hari bahagia. Penuh canda dan tawa. Saling tegur-sapa dan bertukar cerita. Semuanya berkumpul bersama keluarga. Ada yang mencium dan memeluk orang tua, juga sahabat tercinta.

Tapi kebahagiaan batin itu tak dirasakan para tenaga medis. Di hari nan fitri, bukan keluarga, tapi para pengidap virus mematikan covid-19 yang mereka jumpai. Yang seharusnya mereka berkumpul dengan keluarga, malah tetap memastikan apakah seseorang positif mengidap covid-19 atau sebaliknya.

Dalam suasana demikian, dokter Indriani Febriani tak kuasa menahan tangis. Derai air mata membasahi wajah dokter yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu Jakarta Selatan tersebut. "Pokoknya sabar ya. Teteh kan dari kecil mau jadi dokter. Harus dibuktikan sekarang, harus dijalani ya. Nanti kita pasti bertemu lagi," kata sang ibu yang berpesan kepada dokter Indriani melalui telpon video.

Hal yang serupa juga dialami para tenaga medis lainnya, seperti dokter Lia di Rumah Sakit Duren Sawit Jakarta, Kevin William Hutomo, dan Suhartiningsih. Biarlah orang lain berbahagia pada perayaan tahunan Idul Fitri tersebut.  

Di tengah momen perayaan Lebaran yang biasanya digunakan banyak orang untuk berkumpul dengan keluarga, para tenaga medis itu memilih tetap bertugas dan tinggal di fasilitas yang telah disediakan oleh pemerintah dibandingkan pulang ke rumah. "Sebisa mungkin saya tidak pulang ke rumah karena bisa aja saya menjadi 'carrier' (pembawa virus)," kata Kevin. 

Para dokter itu berpesan dengan tegas agar di masa Lebaran ini, masyarakat tetap menjalani Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan disiplin dan tetap di rumah saja. "Kami itu miris kalau pada waktu memeriksa, hasilnya tuh positif semuanya. Itu luar biasa sedihnya," kata dokter Suhartiningsih yang bertugas sebagai Kepala Satuan Pelaksana di Laboratorium Masyarakat.

Mereka juga meminta jika harus beraktivitas di luar ruangan, masyarakat harus tetap menjalankan protokol kesehatan dengan sebaik-baiknya. Mulai dari menggunakan masker, menjalankan jaga jarak, hingga rajin mencuci tangan.

 
Aku dan teman-teman di sini (di Rumah Sakit) kan masih terus berjuang, kita nggak akan menyerah. Kita akan tetap bertugas dengan baik semaksimal mungkin untuk melewati pandemi ini. Aku juga kangen keluargaku.
Tenaga Medis RSUD Pasar Minggu dr Indriani Febriani 
 

Sementara itu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengingatkan semua pihak untuk mewaspadai lonjakan kasus Covid-19 usai perayaan Idul Fitri. Sebab, masih banyak masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan selama merayakan Lebaran.

"Kita masih lihat masyarakat yang ritualnya lebih didahulukan daripada apa yang sudah dihimbau pemerintah. Kondisi seperti ini bakal mempersulit dan memperlama kita dalam mengatasi virus ini," kata Wakil Ketua Umum PB IDI dr. Adib Khumaidi, kepada Republika, Senin (25/5).

photo
Seorang dokter membetulkan posisi kacamata pelindung saat berada di salah satu ruang modular di Rumah Sakit Pertamina Jaya, Cempaka Putih, Jakarta, Senin (6/4/2020). (M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO)

Adib menjelaskan, perayaan lebaran tanpa mengikuti protokol kesehatan akan memunculkan klaster baru kasus Covid-19 dan tentu peningkatan kasus baru. "Itu berpotensi besar," katanya.

Ia juga mengingatkan potensi lonjakan kasus di Jakarta karena arus balik pemudik dari daerah. Padahal dalam beberapa waktu terakhir sudah terjadi penurunan angka penularan di ibu kota.

"Jakarta sebenarnya sudah bagus ini karena angka reproduksi R sudah sekitar 1,1 atau di atas satu sedikit lah. Artinya penambahan kasus baru di Jakarta sudah menurun. Tapi itu harus dievaluasi lagi saat lebaran dan pasca-Lebaran di mana kita akan menghadapi arus balik mudik," kata Adib.

Ia pun mendukung kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang mewajibkan masyarakat untuk mengantongi Surat Izin Keluar-Masuk (SKIM) jika ingin datang ke ibu kota. Ia juga berharap agar pemerintah daerah tempat asal pemudik untuk melakukan hal serupa, sehingga arus balik bisa diredam. 

 

Kendati demikian, Adib meminta pemerintah untuk melakukan evaluasi sesuai lebaran. Mengingat masa inkubasi virus corona sekitar dua pekan, kata dia, maka setidaknya dua pekan setelah Lebaran sudah harus ada hasil evaluasinya. Sehingga bisa disusun kebijakan lebih lanjut.

Sebaliknya, ia juga mengimbau masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan. Sebab, kunci memutus mata rantai penularan Covid-19 ada pada masyarakat itu sendiri.

Hingga Ahad (24/5) atau hari pertama Lebaran, kasus positif Covid-19 di Indonesia telah mencapai 22.271. Sebanyak 1.372 di antaranya meninggal dunia dan 5.402 sembuh. Angka tersebut akan terus bertambah hari demi hari.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat