Diklat Inspiratif Republika | Republika

Nasional

Peserta Interaktif Ikuti Diklat Inspiratif Republika

Kapan waktu yang efektif dan seperti apa cara mencari materi yang efektif.

YOGYAKARTA -- Diklat Inspiratif Republika yang digelar secara daring melalui aplikasi Zoom sebagai dukungan pencegahan penyebaran Covid-19 berlangsung atraktif dan interaktif. Diklat ini sudah berlangsung lima kali dan telah sukses diadakan di Yogyakarta dan Jakarta.

Diklat kali ini menjadi yang pertama dilakukan secara daring. Pesertanya datang dari berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari Jakarta, Yogyakarta, Tangerang, Bandung, Bogor, Malang, sampai Wonosobo. Yang berbeda, Diklat Inspiratif kali ini tidak cuma melatih teknik berbicara di depan orang banyak, tapi berbicara dalam konferensi daring.

photo
Persiapan sebelum acara dimulai - (Republika)

Salah satu peserta, Tedy Rusmawan, mengajukan pertanyaan terkait teknik bicara singkat, tapi memikat. Ia meminta pembicara memberi tips cara membuka komunikasi serta kiat ketika sulit menemukan inspirasi saat berbicara. "Bagaimana cara kita membuka komunikasi, dan bagaimana ketika berbicara kita kehilangan kata-kata," ujar Tedy, Kamis (14/5).

Tidak mau ketinggalan, peserta lain, Rismawaty, mengajukan pertanyaan terkait waktu dan materi yang sebaiknya disampaikan ketika jadi pembicara. Sehingga, apa yang disampaikan pembicara bisa dipahami pendengarnya. "Kapan waktu yang efektif dan seperti apa cara mencari materi yang efektif," ujar Risma.

photo
Suasana Peserta Interaktif Ikuti Diklat Inspiratif Republika - (Republika)

 

Dalam paparannya, Inspirator Metamorphosis, HD Iriyanto, membagikan tips berbicara di depan publik yang dirangkum menjadi SEPIA. SEPIA merupakan kependekan dari solutif, efektif, persuasif, interaktif, dan atraktif.

Solutif ditekankan agar saat kita memberikan materi bisa menghadirkan solusi bagi siapa saja yang mendengarkan. Jika begitu, apa yang kita sampaikan akan lebih diterima karena memberi pencerahan kepada orang lain.

Efektif penting diperhatikan agar penyampaian kita tidak bertele-tele atau berputar-putar. Hal ini penting disadari pembicara agar tidak membuat mereka yang mendengarkan bosan ketika menerima pesan yang disampaikan.

Kemudian persuasif, yakni membuat apa yang kita sampaikan mampu memengaruhi orang lain, bukan malah memaksa. Terakhir adalah interaktif, yang penting dilakukan agar interaksi pembicara dan pendengar menjadikan pesan tersampaikan. "Karenanya, cara-cara yang atraktif memang harus dipikirkan agar pesan-pesan yang disampaikan tidak membosankan," kata Iriyanto.

photo
Pemaparan materi pelatihan - (Republika)

Pada sesi kedua, Direktur Kehumasan dan Urusan Internasional Universitas Amikom Yogyakarta, Erik Hadi Saputra, membagikan tips menerobos alam bawah sadar, termasuk yang dapat dilakukan secara daring. Seseorang tidak akan sukses menguasai lawan bicaranya ketika orang lain tidak melihat ketertarikan dari pembicara itu sendiri. Karenanya, ia menyarankan agar kita menunjukkan dulu ketertarikan untuk berbicara. "Kita tidak pernah sukses bicara kepada orang lain kalau kita tidak tunjukkan ketertarikan ketika berbicara kepada mereka," ujar Erik, mengutip Larry King.

Seperti sesi pertama, pertanyaan-pertanyaan mengalir sesaat setelah sesi kedua selesai disampaikan. Suasana yang interaktif dan atraktif itu turut dirasakan dan disyukuri Wakil Pemimpin Redaksi Republika, Nur Hasan Murtiaji. "Alhamdulillah, walaupun dilaksanakan secara daring, Diklat Inspiratif bisa berjalan dengan sangat interaktif," kata Hasan.

Sumber: ">Diklat Inspiratif 1

 

Sumber: ">Diklat Inspiratif 2

Sumber: ">Diklat Inspiratif 3

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat