Ilustrasi banjir | Thoudy Badai/Republika

Bodetabek

Bogor-Lebak Diterjang Banjir dan Longsor

Wilayah banjir dan longsor berada di kaki Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

 

BOGOR -- Bencana banjir melanda Desa Sukamulih, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Rabu (13/5) dini hari WIB. Hal itu sebagai imbas atas hujan yang terus menguyur wilayah itu mulai Selasa (12/5) sore WIB. Secara bersamaan, longsor juga terjadi tidak jauh dari lokasi banjir, yaitu di Desa Wangun Jaya, Kecamatan Leuwisadeng, yang mengakibatkan puluhan rumah tertimbun. Kesamaan lokasi itu adalah berada di kaki Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

"Telah terjadi musibah di dua tempat, yaitu banjir di Desa Sukamulih, Kecamatan Sukajaya, dan longsor di Desa Wangun Jaya, Kecamatan Leuwisadeng," kata Bupati Bogor Ade Munawaroh Yasin di Kabupaten Bogor, Rabu.

Menurut dia, hujan yang terus mengguyur memicu meluapnya Sungai Ciputih dan terkikisnya tanah di Desa Wangun Jaya hingga mengakibatkan puluhan rumah terendam dan belasan lainnya tertimbun longsor. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor sudah sudah menginstruksikan petugas BPBD dan pemerintah kecamatan bergerak menolong warga yang menjadi korban bencana. "(Petugas) melakukan penanggulangan bencana serta memetakan kejadian di lapangan," ujar Ade.

Pada Senin (11/5), Desa Sukamulih juga sempat terendam bersamaan dengan Desa Jayaraharja, yang berlokasi di sebelahnya. Sedikitnya, ada 33 rumah terendam aliran Sungai Ciputih akibat hujan dengan intensitas tinggi. Kecamatan Sukajaya juga menjadi wilayah terdampak bencana pada awal 2020 di Kabupaten Bogor, selain Nanggung, Cigudeg, dan Jasinga. Kala itu, peristiwa longsor dan banjir bandang pada Rabu (1/1) mengakibatkan ribuan rumah rusak, terdiri atas 1.092 unit rusak berat, 1.625 unit rusak sedang, dan 1.334 unit rusak ringan.

Peristiwa banjir dan tanah longsor juga menimpa Kecamatan Lebakgedong dan Cipanas, Kabupaten Lebak, Banten, pada Rabu (13/5) dini hari WIB. Kebetulan pula, wilayah itu berbatasan dengan Kabupaten Bogor. Camat Lebakgedong, Wahyudin, menjelaskan, longsor di beberapa titik membuat infrastruktur jalan rusak dan permukiman warga terendam. Selain itu, jembatan Kampung Cinyiru dan Kampung Muhara mengalami rusak berat. Menurut Wahyudin, peristiwa itu merupakan kedua kalinya setelah bencana datang pada awal 2020.

Wahyudin menuturkan, banjir terdeteksi mulai terjadi pada Rabu sekira pukul 03.00 WIB, setelah sebelumnya hujan dengan intensitas tinggi terus mengguyur Lebakgedong dan Cipanas. "Jembatan di Cinyiru sebenarnya sudah rusak dari bencana banjir bandang pada Januari kemarin. Kalau Jembatan di Muhara itu sudah jebol, karena memang setelah banjir Januari hanya dibuat jembatan darurat, jadi kalau banjir kecil saja akan rusak lagi," ucapnya di Kabupaten Lebak.

Karena infrastruktur rusak, kata Wahyudin, akses masyarakat di Kampung Muhara terputus. Sementara, di Kampung Cinyiru hanya bisa dilewati kendaraan roda dua. Itu pun akses sepeda motor bisa lewat setelah warga bergotong royong membuat jembatan darurat. "Roda empat untuk akses ke Cinyiru sekarang belum bisa lewat."

Dari pantauan petugas di lapangan, Wahyudin mendapati, banjir yang menyebabkan longsor terjadi di enam titik jalan yang sempat memutus akses transportasi di daerah tersebut. Enam titik longsor itu diketahui merupakan area yang juga longsor pada awal Januari lalu. Menurut dia, lokasi itu berstatus jalan provinsi. "Titik longsor masih yang lama," kata Wahyudin menjelaskan.

Perbaikan TNGHS

Dengan kondisi itu, Wahyudin khawatir, bencana yang sama bisa terulang lagi. Apalagi, cuaca di Lebakgedong yang termasuk wilayah di kaki TNGHS cukup ekstrem. Karena itu, pihaknya berharap pemerintah daerah maupun pusat turun tangan melakukan rehabilitasi total. Pasalnya, kalau perbaikan hanya mengandalkan masyarakat, akses jalan ataupun jembatan bisa terganggu sewaktu-waktu. "Sebelumnya, sudah ada info kalau infrastruktur akan diperbaiki, tapi karena berbenturan dengan masalah Covid-19 ini jadi terhambat," ujar Wahyudin.

Camat Cipanas, Oleh Najmudin, menerangkan, di wilayahnya setidaknya ada tiga desa terendam, meliputi Desa Sipayung, Bintang Resmi, dan Talagahiyang. Tiga desa yang menjadi langganan banjir dan terdampak bencana pada awal tahun lalu itu kini tergenang dengan ketinggian 30-50 sentimeter (cm). "Banjir merendam, tapi memang tidak lama. Sekitar waktu Subuh masyarakat mulai bersih-bersih sisa banjir," kata Oleh.

Dia menyebut, kerusakan jembatan di Talagahiyang yang dipicu arus banjir mendesak untuk ditangani karena mengganggu mobilitas masyarakat. Oleh pun mengusulkan agar ada perbaikan total di TNGHS yang menjadi hulu beberapa sungai di Kabupaten Lebak. Karena, jika di bagian hilir hutan rusak, dia menambahkan, banjir dan longsor akan terus menghantui warga yang tinggal di Cipanas. "Hulu sungainya kan ada di atas gunung, kita harap ada perbaikan agar tiap hujan besar Kecamatan Cipanas dan Lebakgedong nggak kena imbasnya lagi," ucap Oleh.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat