Seorang relawan disuntik vaksin eksperimental Covid-19 di Universitas Oxford, Inggris, pada 25 April lalu. | undefined/AP

Kisah Mancanegara

Jangan Monopoli Vaksin Korona

Vaksin Covid-19 harus jadi milik umat manusia.

 

Presiden Joko Widodo menekankan agar rezim paten dan hak kekayaan intelektual terkait obat dan vaksin dapat diterapkan secara fleksibel demi kemanusiaan. Isu ini menjadi salah satu poin yang diungkap dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Non-Blok (GNB) secara virtual membahas mengenai penanganan pandemi virus korona tipe baru atau Covid-19, Senin (4/5) malam.

"Kita harus berjuang untuk mendapatkan akses yang berkeadilan dan tepat waktu terhadap obat-obatan dan vaksin Covid-19 dengan harga yang terjangkau," kata Presiden yang bersumber dari konferensi pers Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi.

Jokowi mengingatkan, 59 tahun lalu, GNB didirikan untuk melawan “musuh bersama” imperialisme dan neokolonalisme. Saat ini musuh bersama itu adalah Covid-19. Menurut Jokowi, pandemi ini masih jauh dari usai. Oleh sebab itu, ia mengajak negara-negara GNB untuk bergerak cepat, cermat, dan strategis.

"Negara-negara harus memfokuskan energi dan waktu untuk menghadapi Covid-9. Intinya jangan sampai negara-negara GNB terjebak dalam hal-hal yang bisa mempertajam perbedaan yang melemahkan kerja sama," ujar Jokowi.

Menlu Retno ikut mendampingi Jokowi dalam KTT virtual ini. Terkait Covid-19 Retno mengatakan, KTT ini penting untuk disampaikan karena banyak sekali negara berkembang terutama yang paling tertinggal, mengalami kesulitan di dalam menangani Covid-19.

"Indonesia menekankan negara berkembang perlu menjadi solusi bagi perbaikan tata kelola kesehatan global agar kita lebih siap dan menghadapi pandemi ini di masa yang akan datang," ujar Retno.

KTT kali ini digelar atas inisiatif Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, yang saat ini negaranya menjadi ketua GNB. Tema dari KTT GNB kali ini adalah “Bersatu Melawan Covid-19” dan diikuti oleh sebagian besar pemimpin negara GNB, dan sejumlah organisasi internasional dan regional.

photo
Relawan menerima suntikan dalam tahap pertama uji klinis vaksin Covid-19 di Kaiser Permanente Washington Health Research, Seattle, AS, Maret lalu. - (AP)

KTT kali ini berakhir dengan kesepakatan membentuk gugus tugas. Tugas dari gugus tugas adalah menyusun data base kebutuhan medis dan kemanusiaan negara-negara GNB untuk selanjutnya disampaikan ke negara dan organisasi donor. Selain itu, deklarasi juga menegaskan dukungan terhadap multilateralisme dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam penanganan Covid-19

"Jadi, KTT ini bukan hanya sekedar menghasilkan pernyataan politik, tetapi juga menghasilkan sesuatu gagasan yang konkret, yaitu pembentukan gugus tugas penanganan dari negara-negara GNB tadi," ujar Retno. 

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga mengatakan, vaksin untuk virus corona atau Covid-19 harus menjadi milik bersama umat manusia. Hal itu dia sampaikan dalam pesan video yang diputar pada Coronavirus Global Response Summit yang diselenggarakan Uni Eropa, Senin (4/5). 

"Vaksin Covid-19 harus menjadi milik bersama seluruh umat manusia. Sangat penting bahwa akses global ke vaksin yang akan diproduksi dijamin dan prinsip 'tidak meninggalkan siapa pun' dilaksanakan dengan tekun," kata Erdogan, dikutip laman Yeni Safak. 

Dia turut menjanjikan dana untuk membantu proses pengembangan vaksin Covid-19. Namun, Erdogan belum dapat memastikan jumlah yang dapat diberikan negaranya. “Kami akan mengumumkan jumlah yang akan kami tentukan dalam penilaian berikut pada 23 Mei,” ucapnya. 

Erdogan mengungkapkan, sejauh ini Turki telah memberikan bantuan medis kepada 57 negara. Dia menekankan negaranya akan tetap menjadi mitra dalam hal pasokan medis kritis, mulai dari masker hingga ventilator.  “Kami juga berbagi pengalaman negara kami dalam perang melawan virus dengan teman-teman kami," ujar Erdogan. 

 
Vaksin Covid-19 harus menjadi milik bersama seluruh umat manusia. Sangat penting bahwa akses global ke vaksin yang akan diproduksi dijamin.
RECEP TAYYIP ERDOGAN, Presiden Turki
 

Paus Franciskus juga menyerukan kerja sama ilmiah internasional untuk menemukan vaksin Covid-19. Dia menyebut setiap vaksin yang berfungsi harus tersedia di seluruh dunia. “Faktanya penting untuk menyatukan kemampuan ilmiah secara transparan dan tidak memihak untuk menemukan vaksin serta perawatan,” kata Paus Francis pada Ahad (3/5).

Terkait hal tersebut, akses universal tak kalah pentingnya. “Menjamin akses universal ke teknologi penting yang memungkinkan setiap orang yang terinfeksi, di setiap bagian dunia, untuk menerima perawatan medis yang diperlukan,” ujarnya.

Hingga saat ini, ada 102 kandidat vaksin Covid-19 yang masih dalam pengembangan. Delapan kandidat vaksin Covid-19 kini sudah memasuki tahap uji klinis pada manusia. Negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Israel, dan Cina sejauh ini paling maju progresnya.

Bila berjalan lancar, vaksin Covid-19 bisa dikembangkan dan digunakan untuk masyarakat luas dalam waktu 12 hingga 18 bulan. Akan tetapi, belum ada pengembangan vaksin yang berhasil dilakukan dalam kurun waktu tersebut sejauh ini. Pengembangan vaksin Covid-19 mungkin saja membutuhkan waktu bertahun-tahun.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat