ilustrasi bank wakaf mikro 2 | Antara

Khazanah

BWI Dorong Wakaf Atasi Pandemi Korona

Rumah Zakat menargetkan kenaikan wakaf 30 persen pada Ramadhan ini.

 

JAKARTA – Peran wakaf dinilai belum optimal dalam menangani pandemi virus korona (Covid-19). Bantuan kepada masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19 lebih banyak berasal dari zakat, infak, dan sedekah (ZIS). 

"Saat ini, banyak lahan wakaf yang belum produktif, sehingga peran wakaf dalam pandemi masih belum maksimal dibandingkan zakat yang memang penyalurannya langsung," kata Komisioner Badan Wakaf Indonesia (BWI) Bidang Advokasi dan Kelembagaan, Iwan Agustiawan Fuad, Senin (4/5).

Hal itu patut disayangkan mengingat manfaat wakaf sebenarnya begitu penting di masa pandemi ini. Dalam sejarah Islam banyak aset wakaf yang telah dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat. Masjid Nabawi di Madinah adalah contoh wakaf Rasulullah dan para sahabat yang manfaatnya dirasakan jutaan Muslim hingga detik ini. Lainnya adalah Universitas Al-Azhar di Kairo Mesir yang manfaatnya dirasakan umat Islam dari berbagai penjuru dunia.

Ulama asal Indonesia juga mewakafkan asetnya di Tanah Suci Makkah, seperti yang dilakukan Habib Bugak al-Asyi. Wakaf masyarakat Aceh di sana sudah ada sejak sebelum Kerajaan Arab Saudi berdiri dan manfaatnya dirasakan umat Islam. Jamaah haji asal Aceh akan mendapatkan manfaatnya setiap pelaksanaan haji. 

Pada saat ini pun, aset-aset wakaf digunakan untuk membantu mengatasi persoalan terkait wabah Covid-19. Sebagai contoh, rumah sakit wakaf, properti wakaf, lahan wakaf untuk makam korban pandemi, resto wakaf, dan lainnya. 

"Selain aset tersebut, hasil investasi wakaf produktif dapat juga disalurkan untuk membantu masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19," ucap Iwan. 

Menurut Iwan, animo masyarakat untuk berwakaf pada masa krisis ini masih rendah. Hal itu karena literasi untuk pengenalan peran wakaf produktif dalam penyelesaian krisis, juga pembangunan jangka panjang jarang diangkat di media sosial dan elektronik. 

Selain itu, lanjut dia, sebagian besar masyarakat Muslim masih mengenal wakaf hanya untuk makam, masjid, dan pesantren. 

Iwan mengatakan, saat ini sebagian nazir telah menyalurkan berbagai bantuan berbasis wakaf, tapi memang belum sempurna. Hal ini bergantung pada besarnya aset wakaf yang dikelola dan penghimpunan wakaf yang diperoleh. Umumnya, dalam menyalurkan bantuan, nazir menggabungkan dengan sumber dana yang lain, seperti zakat dan infak. 

Potensi wakaf di Indonesia sebenarnya begitu besar. Hal ini terutama karena jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 237 juta jiwa dengan 87 persennya beragama Islam atau sekitar 207 juta jiwa. Saat ini, 90 persen tanah wakaf digunakan untuk pemakaman, masjid, dan pesantren. Sementara, 10 persen untuk kegiatan sosial lainnya.

Iwan berharap, wakaf semakin dekat dan diminati oleh masyarakat, sehingga tumbuh cepat di Indonesia. 

“Manfaatnya juga dapat dirasakan langsung oleh masyarakat pada saat pandemi ini secara maksimal,” katanya. 

Ia berharap, seluruh stakeholder wakaf, seperti dunia pendidikan, pengusaha, komunitas, pemerintah daerah, media massa, dan tokoh masyarakat dapat bersama-sama menyuarakan wakaf.

Penerimaan wakaf meningkat

photo
CEO Rumah Zakat Nur Efendi memberikan sambutan pada pembukaan perdagangan sekaligus dalam rangka launching wakaf saham oleh rumah zakat dan MNC sekuritas di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (21/1). - (Republika/Prayogi)

Meski secara umum wakaf belum berperan optimal dalam membantu menangani pandemi Covid-19, penerimaan wakaf di Rumah Zakat meningkat. CEO Rumah Zakat Nur Efendi menyebut, penerimaan wakaf Rumah Zakat naik 20 persen. 

"Wakaf memang berbeda dengan ZIS. Meskipun terjadi pertumbuhan, namun tidak terlalu signifikan seperti ZIS. Untuk ZIS, angka pertumbuhannya sudah sampai 41 persen, sementara wakaf masih di sekitar 18-20 persen," ucap Nur Efendi saat dihubungi Republika, Senin (4/5).

Nur Efendi menjelaskan, oleh Rumah Zakat, pemanfaatan wakaf dikaitkan dengan kondisi saat ini. Di antaranya dalam bentuk wakaf ventilator (alat bantu napas) yang sangat penting bagi para pasien Covid-19. 

Sementara, untuk menunjang kehidupan masyarakat, Rumah Zakat mengelola wakaf  dalam bentuk lumbung pangan. Dalam hal ini, Rumah Zakat membeli hasil panen petani yang kemudian dioptimalkan untuk menjaga pasokan pangan masyarakat. 

"Kita juga mau merilis wakaf lahan pertanian untuk menumbuhkan produksi pangan. Ini supaya produksi semakin besar dan lahan yang digarap semakin luas," lanjutnya. 

Pada Ramadhan kali ini, Rumah Zakat menargetkan kenaikan wakaf hingga 30 persen.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat