Asma Nadia | Daan Yahya | Republika

Resonansi

Sepenggal Catatan di Hari Buruh

Jika gerak negeri mengandalkanmu, lalu mengapa kehidupan buruh kebanyakan tak bertambah sejahtera?

Oleh Asma Nadia

 

Oleh ASMA NADIA

Selamat hari buruh internasional, saudara dan saudariku.

Timeline media sosial dibanjiri ucapan dari berbagai pihak, suasana pandemik tak mengurangi kemeriahan sambutan dari mereka di hari bersejarah ini, ulang tahunmu. 

Jajaran menteri dan pejabat pemerintah memberikan selamat, begitu juga pemimpin negara.  Mampukah ucapan-ucapan selamat yang dihaturkan menghapus atau mengurangi dukamu?

Masih terbayang tangis cah dan air mata yang tumpah di wajahmu, pada video yang viral saat sebuah mall besar memutuskan hubungan kerja, dan merumahkan karyawannya di awal-awal wabah terjadi.

Dan sekarang? Berapa banyak air mata yang kemudian kau dekap hingga ke rumah, setelah wabah terus memuncak.  Situasi pahit yang semakin sulit. 

Media di tanah air mengutip pernyataan menaker betapa  dampak dari COVID-19 telah menyebabkan lebih dari dua juta pekerja di-PHK dan dirumahkan. Tak sedikit di antaranya bahkan tanpa pesangon, sebagai pelipur kesedihan, yang seharusnya memberimu sedikit bekal sebelum kembali menemukan tempat mencari nafkah. 

Selamat Hari Buruh Internasional saudara dan saudariku. 

Pada kalian gerak Indonesia bertumpu. Betapa beruntungnya tinggal di bumi Indonesia. Teringat percakapan saya dengan seorang kawan saat di Dubrovnik, yang mengeluhkan betapa mahal biaya yang harus mereka keluarkan untuk tenaga kerja asing, sebab warga di sana rata-rata kehilangan minat bekerja di negeri sendiri. Sementara kawan-kawan di Bosnia tak urung mengatakan, mereka telah kehilangan tenaga-tenaga produktif sebab generasi muda di sana lebih tertarik untuk bekerja di belahan eropa lain, karena menganggap di negerinya tak ada yang bisa dibanggakan atau diharapkan. Cuma keluh kesah dari beberapa teman, tapi cukup membuat hati saya mendetakkan syukur. 

 
Seperti dirimu, aku pun masih tak mengerti. Mengapa  hal yang sedikit menguntungkanmu justru terancam dihilangkan.
 
 

Jika gerak negeri mengandalkanmu, lalu mengapa kehidupan buruh kebanyakan tak bertambah sejahtera? Malah seolah kini kian dijauhkan dari hal-hal yang menjadi jaminan hidup sederhana?

Selalu,  jika perusahaan harus melakukan penghematan maka prioritas pertama untuk dikorbankan, adalah dirimu. Entah berupa pengurangan jam kerja, rasionalisasi, atau pemutusan hubungan kerja, seperti yang terjadi saat ini. 

Masih juga dirimu  yang  kini terancam berbagai kebijakan yang jelas merugikan bila kelak disahkan. UMR yang menjaga minimal penghasilan mungkin menurun karena dipaksa menyesuakan terhadap standar yang lebih umum. Padahal selama ini,  masih saja ada pengusaha yang nakal dan membayarmu di bawah angka seharusnya.

Selamat Hari Buruh saudara dan saudariku.

Seperti dirimu, aku pun masih tak mengerti. Mengapa  hal yang sedikit menguntungkanmu justru terancam dihilangkan, dan hal-hal lain yang merugikan sebaliknya  masuk dalam wacana untuk diterapkan?

Jika dulu semakin loyal dan lama dedikasi  akan semakin dihargai, sekarang perusahaan seolah berlomba untuk tidak memiliki pekerja tetap. Mereka akan memilih mempekerjakanmu dalam jangka waktu pendek, sehingga tidak perlu terbebani tanggung jawab lebih besar. 

 
Andai bisa kukabarkan berita-berita gembira di hari spesial ini, kenyataannya sebagian besar baru sebatas harapan dan doa-doa yang perlu disangga perjuangan.
 
 

Terbayang senyum yang selama ini terkembang,  mengiringi peluh setelah bekerja berpuluh tahun, berangsur menguncup,  sebab aturan pesangonmu yang juga terancam diralat. 

Selesaikan penderitaanmu?

Belum, sebab bahkan dalam situasi sedemikian terjepit pun dirimu masih dengan mudah tergantikan tenaga kerja asing bila mereka memperoleh ruang yang semakin lapang di negeri kita. 

Selamat Hari Buruh Internasional saudara dan saudariku. 

Andai bisa kukabarkan berita-berita gembira di hari spesial ini, kenyataannya sebagian besar baru sebatas harapan dan doa-doa yang perlu disangga perjuangan.  Terlalu banyak penggalan duka masih mengiringi perjalananmu, termasuk nasib buruh perempuan  yang dieksploitasi dan membutuhkan pengawalan pihak berwenang  agar mereka mendapat kepastian perlindungan saat bekerja. 

Maafkan kami- yang juga adalah bagian darimu- namun belum mampu berbuat banyak. Walau tak mengubah keadaan, perkenankan aku menghatur ribuan terima kasih sebab kemana pun mata memandang, jejak  keringatmu menghiasi  seantero negeri. n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat