Manusia dan Media Sosial | Pixabay

Inovasi

Lika-Liku Berjejaring Maya

Media sosial ternyata juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan mental.

Eratnya hubungan antara manusia dengan media sosial membuat banyak kekhawatiran muncul. Media sosial (medsos) kerap dianggap memiliki banyak pengaruh buruk untuk penggunanya, di antaranya potensi perundungan daring, memicu bunuh diri, dan banyaknya ancaman kejahatan yang meng incar dari para predator di jagat maya.

Namun, hadirnya medsos di era digital ternyata tak selalu berdampak buruk. Dikutip dari Harvard School of Public Health, salah seorang ilmuwan riset di Pusat Kesehatan dan Kebahagiaan Lee Kum Sheung di Harvard TH Chan School of Public Health, Mesfin Awoke Bekalu, membahas sebuah studi terbaru.

Studi yang ia tulis bersama beberapa rekannya ini, membahas hubungan antara penggunaan medsos dengan kesehatan mental dan kesejahteraan hidup. Menurut Bekalu, penelitian yang dilakukan ini membawa bukti awal untuk menjawab pertanyaan mengenai dampak medsos.

Dengan menggunakan sampel yang representatif secara nasional, ada hubungan dua dimensi penggunaan media sosial. Penggunaan media sosial secara rutin, misalnya, menggunakan media sosial sebagai bagian dari rutinitas sehari-hari dan merespons konten yang dibagikan orang lain, dapat memberikan dampak yang positif.

Meski, ada pula dampak negatif yang juga berpotensi muncul, koneksi emosional ke media sosial, seperti memeriksa aplikasi secara berlebihan karena takut ketinggalan informasi, kecewa atau merasa terputus dari teman ketika tidak masuk ke medsos, juga tecermin dari hasil penelitian. "Dalam istilah yang lebih umum, temuan ini menunjukkan bahwa selama seseorang adalah pengguna media sosial yang penuh perhatian, menggunakan medsos secara rutin justru bisa membawa manfaat," ujar Bekalu menjelaskan.

Studi terbaru dari Harvard ini justru bertolak belakang dengan informasi yang kerap mengungkapkan penggunaan media sosial berbahaya bagi kesehatan mental dan kesejahteraan hidup, terutama bagi kaum muda.

Menurut Bekalu, penggunaan media sosial secara rutin memang dapat mengimbangi berkurangnya interaksi sosial tatap muka dalam kehidupan sehari-hari yang sudah supersibuk.

 
Media sosial dapat memberikan platform yang mengatasi hambatan jarak dan waktu kepada individu.
MESFIN AWOKE BEKALU, ilmuwan riset di Pusat Kesehatan dan Kebahagiaan Lee Kum Sheung di Harvard TH Chan School of Public Health
 

 

Hadirnya medsos, memungkinkan mereka yang supersibuk itu untuk tetap berhubungan, atau kembali terhubung dengan orang baru. Sehingga dapat memperluas dan memperkuat jaringan dan interaksi langsung mereka.

Data platform terkait

Saat ini, lebih dari 2,45 miliar penduduk bumi tercatat aktif menggunakan Facebook, dan ini baru salah satu dari beberapa platform yang ada di dunia internet. Jumlahnya tentu kian bertambah dari tahun-tahun sebelumnya.

Beberapa orang menggunakan platform-platform itu secara teratur, untuk mendapatkan pengikut, likes, atau sekadar menginformasikan keseharian hidup melalui status pribadi.

Suka atau tidak suka, penggunaan medsos secara intrinsik juga begitu berkaitan erat dengan kesehatan mental manusia. Dikutip dari TheWeek.co.uk, penelitian yang dilakukan oleh Royal College of Psychiatrist (RCP) mengungkapkan, dampak negatif dari pemanfaatan media sosial akan sulit dipastikan, apabila platform seperti Facebook dan Twitter belum membagikan data relevan yang terkait hal ini.

Ketua fakultas kesehatan mental anak dan remaja RCP, Dr Bernadka Dubicka, menjelaskan, sudah saatnya media sosial seperti Facebook dan Instagram mau membagikan data yang mereka miliki dengan para periset. Dengan penggunaan data yang lengkap, manfaat dan dampak negatif yang ditimbulkan media sosial dapat dengan lebih mudah diidentifikasi,ujarnya.

Departemen Pendidikan Inggris juga menemukan bahwa media sosial menjadi salah satu penyebab kesehatan mental remaja perempuan makin menurun. Hal ini diperparah dengan tingkat kepuasan publik yang rendah terhadap pelayanan kesehatan mental di negara tersebut. Semakin hari, makin banyak orang meninggalkan praktisi kesehatan mental mereka karena merasa tidak mendapat dukungan yang dibutuhkan.

Waktu menunggu konse ling yang lama dan praktisi-praktisi kesehatan mental yang terlalu bergantung kepada obat-obatan juga merupakan alasan lain semakin banyak orang berhenti pergi ke klinik untuk meng atasi masalah kesehatan mental mereka.

Akibatnya, orang-orang ini berpaling kepada media sosial untuk menceri takan keluh kesah dan mencari dukungan yang tidak mereka dapat dari praktisi kesehatan mental. "Semakin banyak orang berpaling ke platform-platform media sosial ini untuk meminta bantuan," tulis pemimpin studi dan Asisten Riset dari Manchester Metropolitas University Kim Heyes, beberapa waktu lalu.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat