Virtual reality | Pixabay

Inovasi

Napas Baru Teknologi AR dan VR

Karantina memberi momentum baru untuk pemanfaatan teknologi VR dan AR.

Pandemi Covid-19 saat ini telah memengaruhi hampir semua perusahaan di berbagai industri. Tindakan karantina yang diterapkan di sejumlah negara di seluruh dunia mampu memaksa bisnis menggeser operasinya menjadi daring agar konsumen mereka bisa belanja walau tetap di rumah.

Saat ini, beberapa konsekuensi pandemi untuk bisnis dapat dicegah dengan pemanfaatan teknologi. Seperti yang dilansir dari situs Skywell Software, teknologi yang paling berguna selama pandemi seperti saat ini, adalah virtual reality(VR) dan augmented reality(AR). VR dan AR mampu mempermudah ber bagai macam industri. Misalnya, pengapli kasian VR dan AR untuk pengecer selama pandemi.

Mengingat, mayoritas toko ritel dan pusat perbelanjaan tutup selama periode karantina. Artinya, tidak ada pemasukan keuntungan bagi perusahaan. Ketika fokus dialihkan untuk mendorong konsumen belanja dari rumah, pelanggan justru kerap ragu karena harus membeli barang tanpa memegang secara fisik. Hal ini terjadi, terutama menyangkut toko pakaian karena umum nya orang tidak akan berkomitmen membeli celana atau baju tanpa mencobanya terlebih dulu.

Namun, berkat teknologi, sekarang konsumen tak perlu lagi berjalan ke ruang ganti suatu toko untuk memegang pakaian di depan cermin dan mencobanya. Mereka cukup berdiri di cermin AR yang dimiliki oleh pusat perbelanjaan kelas atas.

Cermin tersebut akan menunjukkan pada konsumen bagaimana penampilan mereka jika benar-benar mencoba pakaian itu. Selangkah lebih maju, perusahaan sekarang juga telah menggunakan kamera ponsel pintar yang diberdayakan dengan AR untuk menunjukkan seperti apa pakaian yang ingin dibeli oleh konsumen.

Substitusi kegiatan luar ruang

photo
Virtual reality - (Pixabay)

Hadirnya pandemi akibat Covid-19 ternyata mampu memberi napas baru bagi pemanfaatan teknologi AR dan VR. Meski sudah mulai dikenal sejak beberapa tahun lalu, tapi pemanfaatan kedua teknologi ini terasa stagnan alias jalan di tempat.

Namun kini, selama karantina, masyarakat dapat mengobati kejenuhan dengan `berjalan-jalan' mengunjungi alam atau pemandangan melalui layar dengan memanfaatkan video VR. Mereka juga bisa merasakan seperti berada di sana secara langsung karena video latar belakang alam yang dilengkapi dengan melodi alam dan kicau burung.

 
VR dapat menjadi sumber inspirasi untuk apa yang tidak bisa dilihat. Tapi, saya tidak berpikir itu bisa menggantikan keluar rumah.
Direktur Eksekutif Boulder-based Outdoor Industry As sociation, Lise Aageenburg
 

 

Pada Januari lalu Frontiers in Psychology menerbitkan makalah yang dipimpin oleh University of Illionis. Universitas tersebut mengajukan perta nyaan, Dapatkah alam yang disimulasikan men dukung kesehatan mental? Dalam menganalisis hampir 200 studi ilmiah, jawabannya adalah ya.

Mereka mencatat dalam literatur tersebut bahwa tidak jelas apakah simulasi alam dapat berfungsi sebagai pengganti alam nyata yang dialami di luar ruangan. Namun, mereka memberitakan teknologi yang baru muncul seperti Oculus.

Headset teknologi ini mampu bertindak layaknya portal ke tempat yang tenang dan membuat mereka berjalan- jalan. Penggunanya pun dapat menemukan kejutan dari sana dengan memasang kan headset dan mengeklik tombol sederhana.

Peneliti dari University of Illinois menyimpulkan, paparan alam dalam realitas virtual (VR) dapat memberikan manfaat kesejahteraan emosional bagi orang-orang yang tidak dapat mengakses alam bebas.

Senada, Ilmuwan University of Waterloo pada 2010 membuat kesimpulan yang sama dari penelitian VR. Subjek yang diinduksi stres menghabiskan waktu di hutan maya dan keluar dengan tekanan darah rendah. Pengukuran fisiologis dan kognitif pada objek penelitian pun ditemukan lebih positif.

Tim Waterloo menulis, hasil ini dan menunjukkan sifat yang dihasilkan komputer dalam VR dapat mempromosikan efek restoratif. Mereka menambahkan, kemajuan teknologi akan memungkinkan kostumisasi lengkap dan penciptaan lingkungan restoratif.

 

Dari Kecantikan Hingga Wisata

Baik teknologi VR maupun AR, dapat disematkan untuk berbagai jenis industri. Dunia kosmetik yang disisipi teknologi AR memungkinkan konsumen mencoba barang-barang individual atau penampilan yang sudah jadi.

Skywell Software bahkan telah mengembangkan satu produk yang disebut aplikasi riasan Cosmia AR. Aplikasi tersebut menawarkan segala macam manfaat pada pembeli, seperti kemampuan meniru tampilan riasan selebritas favorit mereka dan aplikasi riasan virtual yang terperinci.

Di industri pariwisata, saat ini, masyarakat dunia tentunya ingin berlibur sejenak, sekadar untuk melepaskan diri dari tekanan yang disebabkan oleh pandemi. Tapi, sayangnya sebagian besar negara telah menutup perbatasan mereka dan maskapai penerbangan tidak mengoperasikan penerbangan komersial dengan pengecualian evakuasi darurat.

Sebagai gantinya, orang-orang kini dapat melakukan tur realitas virtual untuk membawa mereka ke kota-kota yang selalu diimpikan. Meskipun mungkin tidak sebagus yang asli, pengalaman mendalam akan menunjukkan seperti apa lokasi tertentu dalam kehidupan nyata. Dengan cara ini, turis bisa memutuskan apakah benar-benar ingin pergi ke sana ketika semua ini selesai.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat