Ilustrasi pelaku tawuran. Di Pamulang, pelaku tawuran menjadi korban penghakiman massa. | ANTARA FOTO

Bodetabek

Tawuran dan Penghakiman Massa di Awal Bulan yang Mulia

 

 

Malang nian nasib pemuda asal Kedaung Pamulang berinisial RR (19 tahun). Di awal bulan Ramadhan yang mulia ini, hidupnya berakhir karena menjadi target penghakiman massa. Diduga, dia terlibat tawuran dan mengganggu keamanan serta ketertiban lingkungan setempat.

Dalam video yang beredar di media sosial, peristiwa pengeroyokan RR hingga tak berdaya itu diabadikan oleh warga. Tampak sejumlah warga dalam video tersebut menghakimi RR secara membabi buta. Dalam video tersebut salah satu warga juga berteriak, "Kalau ini orang hidup, bakal begal lagi."

Tepat di pemakaman RR di salah satu tempat pemakaman umum (TPU) Kedaung, Pamulang, Tangerang Selatan, tampak sejumlah tetangga, teman, dan keluarga korban berkumpul di tempat peristirahatan terakhir sang pemuda, Jumat (24/4). Salah satu tetangga korban yang ditemui berinisial Y (33 tahun) mengatakan, malam sebelum kejadian, korban keluar rumah bersama tiga orang temannya tanpa diketahui tujuannya.

Sepupu korban, Rizal (36 tahun), menuturkan, korban meninggalkan rumah pada pukul 22.00 WIB. Korban mengatakan ingin pergi ke warung dan berkumpul dengan teman-temannya.

"Informasi dari teman-temannya almarhum itu mau janjian tawuran. Belum tahu juga pastinya, terus korban jatuh, dikejar warga karena mungkin bawa senjata tajam terus dikeroyok," kata Rizal.

Sementara ibu korban, Rita (60 tahun), tak bisa berkata apa-apa saat dimintai keterangan oleh para wartawan. Terlihat kesedihan mendalam di wajah ibu korban yang tak menyangka kejadian tersebut menimpa anaknya.

"Terakhir itu semalam anak saya minta uang, katanya mau keluar nongkrong sama temennya. Tiba-tiba dapat kabar kayak gini. Anak saya sudah koma, anak saya meninggal," ujar Rita.

Tampak dari wajah dan perkataan sang ibu, ia tak rela anaknya meninggal dalam kondisi seperti itu. Terlebih, dirinya harus kehilangan anak kandungnya, tepat sehari sebelum melaksanakan puasa. 

Rita menyatakan tidak ikhlas dengan keadaan yang diterimanya tersebut. Ia meminta pihak kepolisian dapat mengusut kasus yang merenggut nyawa anaknya. “Saya enggak ikhlas, anak saya diperlakukan seperti itu," ujar dia.

Kanit Reskrim Polsek Ciputat Iptu Erwin Subekti menjelaskan, peristiwa yang merenggut nyawa seorang pemuda karena dikeroyok massa di Kampung Gunung, Jombang, Ciputat, Tangerang Selatan. Erwin membenarkan bahwa tewasnya pemuda asal Kedaung itu dipicu oleh teriakan oknum warga yang menyebut korban sebagai begal.

Saat dikonfirmasi, Erwin menjelaskan, insiden nahas itu terjadi saat korban sedang merencanakan tawuran antarpemuda di Kampung Gunung, Jombang, Ciputat, pada Kamis (23/4) dini hari. "Ya, tawuran, itu tawuran," kata Erwin saat dihubungi, Jumat (24/4).

Lebih lanjut, saat korban tengah melarikan diri, salah satu warga ada yang berteriak menyebutkan bahwa korban seorang begal. "Ya mungkin karena dia (korban) tertinggal dari kelompoknya yang sudah melarikan diri," kata dia.

Mendengar teriakan tersebut, sejumlah orang pun langsung mengalihkan perhatiannya dan mengejar korban. Korban dikeroyok hingga meregang nyawa. "Ya, jadi korban ketinggalan. Dia mengambil ponselnya yang jatuh, dan diteriaki begal sama lawannya itu," kata Erwin.

Erwin mengatakan, hingga kini pihaknya masih melakukan penyelidikan lebih lanjut guna memastikan kejadian sebenarnya. "Ya intinya ada korban meninggal, semuanya harus kita mintai keterangan. Nanti unsurnya apa yang masuk. Apakah ini murni tawuran yang saling membalas, apa ada unsur main hakim sendiri atau tidak," ujar dia menambahkan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat