Pejabat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) yang dikoordinir Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman (kiri) bersama petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melepas armada dan petugas penyemprotan disinfektan di depan Masjid Raya Baiturra | ANTARA FOTO

Tajuk

Bergerak dari Masjid

Masjid bisa menjadi titik serang sekaligus titik pertahanan dalam satu kesempatan melawan Covid-19.

Upaya meredam penyebaran virus korona baru atau Covid-19 tidak bisa dilakukan dalam satu titik serang dan pertahanan. Melakukan penjarakan secara sosial dan fisik adalah satu titik serang melawan penyebaran Covid-19.

Melengkapi tenaga kesehatan dengan alat pelindung diri yang lengkap dan sesuai standar medis adalah titik serang lainnya. Menjaga ketersediaan bahan pangan dan pasokannya juga menjadi titik serang dalam bidang ekonomi.

Membangun dan menyediakan jaring pengaman sosial agar ketahanan maupun keamanan masyarakat tetap terjaga meski pembatasan sosial berskala besar diterapkan adalah titik pertahanan lain dalam melawan Covid-19. Membuka peluang-peluang baru dalam menggerakkan perekonomian masyarakat yang terdampak korona juga titik pertahanan lainnya.

Perlu dipikirkan sejuta titik serang dan titik pertahanan lainnya. Dalam kondisi melawan musuh yang tidak terlihat seperti penyebaran korona ini, memperbanyak titik serang dan titik pertahanan adalah keniscayaan. Membangunkan sel-sel jaringan koordinasi di masyarakat bisa menjadi opsi lain melawan Covid-19.

Adalah masjid yang menjadi opsi itu. Masjid dengan sel-sel jaringan koordinasi yang dimilikinya. Masjid bisa menjadi titik serang sekaligus titik pertahanan dalam satu kesempatan. Titik serang yang dimaksud adalah meredam dampak penyebaran virus korona. Sedangkan titik pertahanan adalah membangun daya tahan dan imunitas masyarakat dalam beragam sektor, bisa kesehatan maupun secara ekonomi.

Mengapa masjid? Di wilayah Indonesia yang hampir dua juta kilometer persegi, dihuni oleh 270 juta jiwa, terdapat kurang lebih 800 ribu masjid dan mushala. Menurut Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla, hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah masjid terbanyak sejagat. Artinya, kata JK, kalau dirata-ratakan, setiap 220 orang di suatu daerah pasti ada masjid.

Mengacu pada data yang disampaikan Jusuf Kalla tersebut berarti di setiap rukun tetangga (RT) terdapat masjid. Dengan asumsi, satu RT dihuni oleh 30-50 kepala keluarga (KK) atau sekitar 200 jiwa. Permasalahannya adalah, sel jaringan ini belum diberdayakan maksimal. Jaringan masjid ini seolah urat-urat tubuh yang masih tertidur.

Saatnyalah kini sel-sel jaringan masjid ini bergerak. Ramadhan sudah di depan mata. Di bulan suci inilah bisa kita mulai untuk menggerakkan masjid. Bila pada sebelumnya masjid ramai dengan kegiatan jamaah melaksanakan ibadah, kali ini tentu kegiatan yang berbeda. Mari kita berhitung dengan kekuatan masjid ini.

 
Saatnyalah kini sel-sel jaringan masjid ini bergerak. Ramadhan sudah di depan mata. 
 
 

 

 

Bila ada 800 ribu masjid dan mushala, berarti ada 800 ribu titik koordinasi dan komunikasi. Andaikan dari jumlah tersebut hanya 10 persen saja yang bisa diandalkan, itu berarti ada 80 ribu masjid dan mushala yang bisa diberdayakan dengan melakukan beragam program melawan Covid-19.

Yang dibutuhkan sekarang adalah menggerakkan 80 ribu masjid atau mushala ini dalam satu titik komando dan koordinasi. Ada kepengurusan masjid di dalamnya, ada manajemen pengelolaan masjid yang bisa dimaksimalkan.

Langkah awal adalah mengklasifikan dari 80 ribu masjid tersebut: tergolong tingkat RT, RT, kelurahan, kecamatan, kota atau provinsi. Klasifikasi masjid ini akan menentukan bagaimana jalur komunikasi dan koordinasi yang akan dilakukan, termasuk pembagian peran dan tugas masing-masing.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, terdapat 83.931 wilayah administrasi setingkat desa di Indonesia pada 2018. Jumlah tersebut terdiri atas 75.436 desa, 8.444 kelurahan, 416 kabupaten, dan 98 kota. Pengelompokan tugas dan peran masjid bisa didasarkan pada tingkatan struktur pemerintahan ini.

Tim inti kepengurusan masjid bisa dibentuk. Tentu harus dipilih mereka yang mau bekerja keras dan melayani umat tanpa pamrih. Tim inti ini kemudian bertugas mencari tim pendukung yang akan mengeksekusi program-program masjid dalam melawan penyebaran Covid-19.

Jaringan koordinasi, komunikasi, dan informasi dari satgas masjid ini bertugas mendata warga sekitar masjid yang rentan terdampak Covid-19 secara kesehatan maupun ekonomi. Dari data yang ada bisa diketahui kekuatan masjid dalam menyalurkan bantuan, termasuk membuat jaringan antarmasjid untuk saling membantu jika dibutuhkan.

 
Jaringan koordinasi, komunikasi, dan informasi dari satgas masjid ini bertugas mendata warga sekitar masjid yang rentan terdampak Covid-19 secara kesehatan maupun ekonomi.
 
 

 

Berikutnya adalah mendata donatur. Satgas masjid melawan Covid-19 bertugas mencari dan menggalang bantuan. Mana saja warga yang berkemapuan menyumbang dalam bentuk bahan pangan dan sejenisnya. Dari sini kemudian dipikirkan seperti apa manajemen distribusi bantuan yang akan dilakukan.

Masjid juga bisa berperan membangkitkan kesadaran untuk membantu warga yang membutuhkan. Fungsi masjid sebagai titik pasokan dan jaringan distribusi ketahanan pangan pun bisa dilakukan.

Tak kalah penting adalah menjadikan masjid sebagai sumber informasi tentang korona. Pengurus masjid bisa membagikan informasi rutin mengenai pencegahan maupun kiat-kiat dalam meredam penyebaran virus korona. Melek dan sadar informasi apa itu bahaya Covid-19 bisa dimulai dari masjid.

Bukan tak mungkin pula mengalihfungsikan masjid sebagai tempat isolasi mandiri. Sejumlah masjid memiliki ruang aula yang bisa disekat sebagai bilik-bilik perawatan. Tentu untuk hal ini harus ada koordinasi yang baik dengan rumah sakit terdekat, petugas kesehatan daerah, pimpinan desa, maupun warga sekitar masjid. Protokol dan standar pencegahan Covid-19 harus benar-benar dijalankan bila opsi ini ingin dieksekusi. 

Tentu ini semua bisa digerakkan dengan kepemimpinan satu komando. Pimpinan masjid, ulama, dai, ustaz, kiai, Dewan Masjid Indonesia, Kementerian Agama setempat mesti berkoordinasi dengan baik dan terpadu dengan ketua RT/RW, pemerintahan desa, pemerintah daerah, hingga pemerintah pusat.

Masjid yang pada Ramadhan dijadikan basis kegiatan ibadah ritual, pada masa pandemi ini bisa menjadi basis kepedulian untuk sama-sama turun dan bergerak melawan penyebaran Covid-19. Titik 800 ribu masjid dan mushala bisa menjadi titik hubung dan jaringan sosial yang dahsyat jika digerakkan. Semua bergerak dari masjid.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat