Iqtishodia
Ketika Pohon Itu Berganti Perawat: Mengiring IPB Menjelang Musim Tumbuh Baru
Pergantian rektor bukan semata pergantian komando.
Oleh Budi Purwanto (Dosen Manajemen & Kepala Kantor Manajemen Risiko IPB University)
Pergantian rektor di sebuah perguruan tinggi besar bukanlah sekadar prosesi seremonial. Ia adalah bab baru dalam kisah panjang universitas, momen refleksi kolektif tentang arah masa depan ilmu pengetahuan, dan titik kritis bagi keberlanjutan organisasi. Di banyak kesempatan, pergantian pemimpin sering dianalogikan sebagai “ganti sopir, balapannya tetap sama”.
Analogi ini menenangkan, menunjukkan kesinambungan, namun sekaligus menyimpan risiko menyederhanakan kenyataan yang jauh lebih kompleks.
IPB University—dengan usia lebih dari setengah abad, lahir dari rahim kebangsaan dan pengabdian ilmu—tidak tumbuh seperti mobil balap yang hanya menunggu dikemudikan, tetapi lebih menyerupai pohon besar yang hidup.
Ia memiliki akar sejarah, batang intelektual, cabang fakultas, daun sivitas, serta buah inovasi yang harus terus dihasilkan untuk umat dan negeri.
Karena itu pergantian rektor bukan semata pergantian komando. Ia adalah pergantian penjaga musim, peralihan perawat pohon, momen mengintip kembali akar nilai—seraya menyiapkan tunas pertumbuhan baru.
Pohon Ilmu: dari Akar Nilai hingga Buah Kebermanfaatan
Pohon IPB tumbuh dari akar yang panjang: integritas, kejujuran akademik, etos keilmuan, komitmen pada keadilan pangan dan lingkungan. Akar itulah yang menjaga pohon tetap berdiri dalam kemarau anggaran, kemelut regulasi, hingga angin perubahan zaman.
Batangnya adalah struktur organisasi—tata kelola, sistem akademik, mekanisme riset dan inovasi. Cabangnya adalah fakultas, sekolah, lembaga riset dan pusat studi yang terus merentang ke arah cahaya peluang. Daunnya adalah para dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, alumni, yang bekerja seperti klorofil—menangkap sinar pengetahuan, mengolahnya menjadi karya dan manfaat.
Dan buahnya? Buah IPB adalah inovasi benih unggul, riset pangan futuristik, kebijakan publik yang lebih adil, teknologi hijau yang menjaga bumi, UMKM naik kelas, startup agritech, hingga generasi muda yang berakhlak dan berdaya.
Buah tak lahir dari daun semalam. Ia tumbuh dari akar yang sehat, dari batang yang kokoh, dari daun yang tekun berfotosintesis.
Pergantian rektor berarti pergantian perawat kebun. Perawat yang baik tidak hanya memetik buah, tetapi memastikan tanah tetap subur untuk musim-musim berikutnya.
Transisi: Antara Peluang dan Risiko
Dalam kacamata manajemen risiko, transisi kepemimpinan adalah fase kritis. Setidaknya terdapat tiga potensi risiko institusional: (1) risiko stagnasi jika pergantian hanya dimaknai sebagai status quo tanpa inovasi; (2) risiko disrupsi jika perubahan dilakukan terlalu drastis tanpa mitigasi risiko; (3) risiko fragmentasi jika ego akademik mendominasi daripada kolaborasi dan kebangsaan visi.
Karena itu diperlukan keseimbangan antara kontinuitas dan transformasi. IPB harus tetap stabil—namun tidak boleh statis. Harus bergerak cepat—namun tetap mawas risiko.
Dunia perguruan tinggi sedang berubah
Kampus hari ini tidak lagi hidup dalam ruang hampa. Ia bagian dari ekosistem global yang sedang diredefinisi oleh AI generatif, geopolitik pangan-energi-iklim, digitalisasi pembelajaran, kompetisi WCU, serta tuntutan publik akan kampus yang bermanfaat dan berakhlak. Maka menjadi perguruan tinggi kelas dunia bukan sekadar mengejar ranking, tetapi menyempurnakan habitat keilmuan.
Overhaul Sistem: Keberlanjutan dengan Peremajaan
Ada momentum besar yang dapat ditangkap IPB melalui pergantian rektor: (1) rejuvenasi tata kelola agar adaptif dan ramping, (2) budaya riset berbasis meritokrasi, (3) integrasi GRC (tatakelola, risiko, dan kepatuhan) agar risiko tidak menjadi titik buta, (4) hilirisasi inovasi yang kuat, (5) memunculkan pemimpin ilmiah baru, (6) memasukkan AI sebagai akselerator pembelajaran, (7) meningkatkan kesejahteraan sivitas.
IPB tidak boleh sekadar survive. IPB harus lead withwisdom.
Optimisme Berhikmat
Universitas besar bukan dibangun oleh bangunan atau ranking, melainkan budaya ilmu yang tawadhu. Karena itu pergantian rektor harus disambut dengan optimisme berhikmat—optimisme yang berakar pada nilai, dan kebijakan yang dituntun oleh data serta mitigasi risiko.
Semoga siapa pun yang memegang amanah rektorat diberkahi kekuatan menjaga akar nilai, merawat daun pengetahuan, dan memekarkan buah kebermanfaatan bagi umat. Karena pohon yang akarnya kuat tak tumbang oleh badai, dan pohon yang buahnya manis akan selalu dicari umat. Wallahu a’lam.
Salam untuk IPB yang terus tumbuh.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
