Internasional
Israel Buka Front di Suriah
Serangan Israel ke Suriah membunuh anak-anak dan perempuan.
DAMASKUS – Kementerian Luar Negeri Suriah mengecam keras serangan Israel ke kota Beit Jinn, dan menyebutnya sebagai “kejahatan perang total”. Dalam serangan pada Jumat itu, belasan warga Suriah dibunuh Israel termasuk anak-anak dan perempuan.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis di media sosial, kementerian tersebut mengatakan bahwa pihaknya “meminta otoritas pendudukan Israel bertanggung jawab penuh atas agresi serius ini dan korban serta kehancuran yang diakibatkannya”.
“Berlanjutnya serangan kriminal ini mengancam keamanan dan stabilitas di kawasan dan terjadi dalam konteks kebijakan sistematis untuk mengacaukan situasi dan memaksakan kenyataan agresif dengan kekerasan,” tambah pernyataan itu. Kementerian mendesak Dewan Keamanan PBB dan Liga Arab untuk “mengambil tindakan segera untuk mengakhiri kebijakan agresi dan pelanggaran yang berulang”.
Setidaknya 12 orang, termasuk anak-anak, meninggal ketika Israel kembali melancarkan serangan ke wilayah Suriah di pedesaan Damaskus, menurut media pemerintah. Sementara beberapa tentara Israel juga dilaporkan terluka dalam bentrokan.
Media pemerintah Suriah melaporkan pada Jumat bahwa dua anak termasuk di antara mereka yang dibunuh Israel dalam serangan dan serangan fajar Israel. Serangan itu memaksa puluhan keluarga melarikan diri dari kota Beit Jinn ke daerah terdekat dan lebih aman.
Lima jenazah warga Suriah, termasuk dua anak-anak, dibawa ke Rumah Sakit Nasional Golan di kota al-Salam di Quneitra, menurut Kantor Berita Arab Suriah (SANA). Drone Israel juga terus terbang di atas wilayah tersebut, tambah laporan itu.
Pertahanan Sipil Suriah mengatakan tim mereka tidak dapat memasuki Beit Jinn untuk menyelamatkan korban luka karena militer Israel terus menargetkan gerakan apa pun.
Serangan militer Israel menjadi lebih berani, lebih sering, dan lebih kejam sejak Israel memperluas pendudukannya di Suriah selatan setelah tergulingnya Presiden Bashar al-Assad pada Desember 2024.
Sumber-sumber lokal juga mengkonfirmasi kepada Aljazirah pada hari Jumat bahwa beberapa warga Suriah tewas dan lainnya terluka dalam serangan artileri dan rudal Israel di kota Beit Jinn.
Bentrokan antara warga dan pasukan penjajah Israel meletus setelah serangan tersebut. Dalam pernyataan yang diposting di X, militer Israel mengatakan enam tentaranya terluka, tiga diantaranya luka serius dalam baku tembak.
Militer Israel menambahkan bahwa meskipun operasi tersebut telah “selesai” dan semua tersangka telah ditangkap atau “dihilangkan”, pasukannya masih dikerahkan di wilayah tersebut “dan akan terus beroperasi melawan segala ancaman” terhadap Israel.
Israeli drones are flying over the village of Beit Jinn in the southwestern countryside of Damascus after nine Syrians, including two children, were killed last night in an Israeli attack on the village. Seven Israeli soldiers were also reported injured as locals resisted the… pic.twitter.com/A43WCbHV9H — Quds News Network (QudsNen) November 28, 2025
Outlet berita Israel Yedioth Ahronoth mengatakan laporan menunjukkan bahwa pasukan Israel yang memasuki desa Beit Jinn di Suriah telah dikepung, sehingga memicu serangan udara dan tembakan artileri untuk mengekstraksi dan menyelesaikan penarikan pasukan tersebut. Hal ini mengakibatkan kematian beberapa warga Suriah dan cedera lainnya.
Daerah tersebut telah menjadi saksi baku tembak yang melibatkan helikopter militer Israel setelah pasukan Israel memasuki kota tersebut. Tentara Israel sering melakukan serangan darat ke wilayah Suriah di provinsi Quneitra di Dataran Tinggi Golan dan wilayah pedesaan Damaskus yang diduduki.
Akiva Eldra, seorang analis politik Israel, mengatakan kepada Alljazirah bahwa sebagian orang di Israel melihat “segala bentuk ketidakstabilan” di perbatasannya dengan Suriah sebagai pembenaran untuk memulai operasi militer dan menetapkan apa yang disebutnya sebagai “zona keamanan”.
Israel merebut wilayah di Dataran Tinggi Golan Suriah setelah perang tahun 1967 dan terus menguasainya sejak saat itu. Namun, setelah jatuhnya Assad, Israel melanggar perjanjian tahun 1974 dan kembali menginvasi wilayah tetangganya, menduduki lebih banyak lahan di sepanjang perbatasan sebagai bagian dari “zona penyangga”, termasuk pertemuan puncak Jabal al-Sheikh yang strategis dan penting.
Israel sudah membom Suriah sebelum jatuhnya al-Assad, sekutu musuh regionalnya, Iran. Namun alih-alih berupaya memulai jalur baru dengan Suriah, Israel malah menggandakan kampanye pengebomannya dan meningkatkan jumlah serangan tahun ini, termasuk di ibu kota, Damaskus, yang menyebabkan kematian beberapa tentara Suriah dan menghantam Kementerian Pertahanan.
Awal bulan ini, kemunculan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersama pasukan Israel di wilayah yang diduduki secara ilegal di Suriah selatan membuat marah Damaskus. Hal ini meningkatkan keraguan lebih lanjut mengenai apakah kesepakatan keamanan antara kedua negara dapat disepakati.
Kunjungan Netanyahu – didampingi oleh beberapa pejabat seniornya – mengisyaratkan bahwa ia tidak berencana untuk beralih dari posisi garis kerasnya terhadap Suriah, meskipun ada dorongan dari Amerika Serikat.
Di seluruh provinsi Quneitra, tank militer Israel telah mendirikan pos pemeriksaan dan patroli, bahkan mendirikan gerbang. Mereka berhenti dan menggeledah warga sipil, dan beberapa di antaranya diculik.
Digambarkan oleh Israel sebagai operasi keamanan, pihak berwenang Suriah dan kelompok hak asasi manusia menyebut insiden tersebut sebagai penculikan atau penangkapan yang melanggar hukum. Sebanyak 40 orang dilaporkan telah ditahan dalam beberapa pekan terakhir.
Selain pemboman dan serangan Israel yang berulang kali, pemerintahan baru Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa juga berupaya keras untuk meredam ledakan kekerasan sektarian di negara yang dilanda perang saudara yang menghancurkan selama 14 tahun, seiring dengan keluarnya negara tersebut dari isolasinya untuk bergabung kembali dengan dunia internasional, sehingga menjamin jalur kehidupan ekonomi yang penting.
Pelanggaran di Jalur Gaza
Sementara, seorang pria Palestina terbunuh pada hari Jumat setelah pesawat tak berawak Israel menyerang sebuah lokasi di kota Bani Suheila, sebelah timur Khan Younis di Jalur Gaza selatan. Koresponden WAFA melaporkan, serangan drone tersebut menewaskan Abdullah Wajdi Hammad.
Artileri Israel juga menyerang beberapa wilayah di timur Khan Younis, bersamaan dengan serangan udara baru di Rafah dan tembakan dari kapal angkatan laut Israel yang menargetkan pantai kota tersebut.
Sejak perjanjian gencatan senjata mulai berlaku pada 11 Oktober, setidaknya 352 warga Palestina telah tewas dan 896 lainnya terluka akibat serangan Israel, dan 605 jenazah ditemukan dari puing-puing.
Militer Israel mengklaim telah melacak dan membunuh sembilan pejuang yang terjebak di terowongan bawah tanah di wilayah Rafah timur di Gaza selatan yang dikuasai Israel.
Dalam sebuah pernyataan, tentara mengatakan para pejuang tersebut terbunuh ketika Israel menghancurkan terowongan di daerah tersebut “melalui serangan udara dan sarana rekayasa”.
Korban terbaru ini menjadikan jumlah total pejuang yang tewas setelah terjebak di terowongan di Gaza selatan menjadi 30 orang, kata militer Israel, dan berjanji “perburuan” mereka akan terus berlanjut.
Kemarin, kantor berita AFP mengutip beberapa sumber, termasuk seorang pemimpin Hamas yang tidak disebutkan namanya, yang mengatakan negosiasi dengan mediator sedang dilakukan untuk menjamin perjalanan yang aman bagi sisa pejuang Hamas yang terjebak di terowongan di sisi garis kuning yang dikuasai Israel di selatan Gaza.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
