Opini
Baldah Tayyibah dan Peran Strategis Muhammadiyah
Konsep Baldah Tayyibah dapat diwujudkan melalui keseimbangan spiritual, keadilan sosial dan kesejahteraan.
Oleh BARUS SURUR-IYUNK; Dosen STIT Muhammadiyah Paciran Lamongan, Penulis Buku Teologi Amal Saleh: Membongkar Nalar Kalam Muhammadiyah Kontemporer
REPUBLIKA.ID, Pada tanggal 18 November 2025, Muhammadiyah menginjakkan usianya yang ke-113. Sebuah usia yang panjang dari usia negara ini. Milad kali ini Muhammadiyah mengambil tema “Memajukan Kesejahteraan Bangsa”. Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir, tema ini sengaja diangkat, karena, pertama, Muhammadiyah melalui gerakannya semakin memperkuat dan memperluas usaha dalam memajukan kesejahteraan masyarakat yang berorientasi pada kesejahteraan sosial-ekonomi dan bertumpu pada kesejahteraan ruhaniah (sejahtera spiritual dan moral), untuk melahirkan kesejahteraan lahir dan batin.
Kedua, Muhammadiyah terus mendorong kebijakan-kebijakan pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan umum. Sejak berdirinya, menurut Haedar, Muhammadiyah telah berperan aktif dalam mendirikan dan membangun NKRI, meneguhkan komiten kebangsaan berbasis nilai-nilai keislaman untuk terwujudnya cita-cita “Baldatun Thayyibatun Wa rabbun Ghafur”, yaitu “Suatu negara yang indah, bersih suci dan makmur di bawah perlindungan Tuhan Yang Maha Pengampun”.
Baldah Tayyibah, dalam hal ini, merupakan konsep Qur’ani yang menggambarkan suatu wilayah yang diberkahi Allah dengan kesejahteraan, keamanan, dan keberlanjutan moral. Dalam Al-Qur’an, istilah ini disebut dalam Surah Saba’ ayat 15, "Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan), ‘Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu adalah) negeri yang baik (Baldah Tayyibah) dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun.’"
Makna Qur’ani ini menekankan bahwa suatu negeri yang baik tidak hanya memiliki kesejahteraan material, tetapi juga keberkahan spiritual yang terjaga melalui nilai-nilai keadilan dan kesyukuran. Di antara ciri-ciri masyarakat yang mendukung terwujudnya Baldah Tayyibah mencakup beberapa aspek fundamental. Antara lain, masyarakatnya menjunjung tinggi prinsip keadilan dalam segala aspek kehidupan. Kondisi ekonominya stabil dan inklusif, sehingga tidak ada kesenjangan yang mencolok. Norma dan nilai keislaman dijaga serta diwariskan kepada generasi berikutnya.
...Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu adalah) negeri yang baik (Baldah Tayyibah) dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha PengampunQS SABA AYAT 15
Dalam konteks Indonesia, konsep Baldah Tayyibah dapat diwujudkan melalui keseimbangan antara spiritualitas, keadilan sosial, dan kesejahteraan ekonomi. Beberapa indikator utama yang dapat digunakan untuk mengukur implementasi konsep ini adalah, pertama, adanya keseimbangan antara spiritualitas dan materialitas. Artinya, masyarakat Indonesia yang religius harus tetap mampu bersaing dalam bidang ekonomi dan sains tanpa kehilangan nilai-nilai Islam.
Kedua, berlakunya prinsip kesetaraan dan penghormatan terhadap keberagaman. Sebagai negara dengan latar belakang social-budaya dan agama yang plural, penguatan harmoni dan toleransi antarumat beragama merupakan kunci keberlangsungan negeri yang baik.
Ketiga, adanya tata kelola pemerintahan yang bersih dan berorientasi pada kemaslahatan rakyat. Pemerintahan yang adil, bebas dari korupsi, serta memiliki kebijakan yang pro-rakyat merupakan fondasi utama bagi terwujudnya Baldah Tayyibah.
Dari tiga fondasi ini saja, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia dan dunia, Muhammadiyah memiliki potensi dan kontribusi besar dalam merekonstruksi konsep Baldah Tayyibah melalui berbagai aspek kehidupan. Beberapa peran strategis Muhammadiyah yang bisa dilakukan untuk membangun negeri yang baik itu bisa dilakukan melalui, pertama, pengembangan pendidikan berbasis nilai-nilai Islam yang progresif, sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
Selama ini, Gerakan Islam modernis ini telah melakukannya. Sebagaimana dilansir muhammadiyah.or.id., Muhammadiyah memiliki 30.125 TK, PAUD dan KB, 2.817 SD/MI, 1.826 SMP/MTs, 1.407 SAM/MA/SMK, 562 Panti Asuhan, 440 Pondok Pesantren, 583 Rumah Sakit/Klinik, dan 171 Perguruan Tinggi. Belum lagi, masjid dan musalla, BMT, mini market, swalayan dan sebagainya yang tersebar di seluruh negeri ini. Dan ini akan sangat mungkin terus berkembang.
Kedua, mendorong gerakan ekonomi Islam yang mandiri dan berkeadilan. Muhammadiyah aktif mengembangkan koperasi, Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dan bank syariah sebagai instrumen ekonomi berbasis syariah untuk meningkatkan kesejahteraan umat. Berbagai program pemberdayaan ekonomi, termasuk penguatan UMKM dan filantropi Islam, menjadi bagian dari strategi Muhammadiyah untuk mewujudkan kesejahteraan sosial.
Ketiga, advokasi kebijakan publik yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Muhammadiyah sangat mungkin berperan aktif dalam mengawal kebijakan yang mendukung keadilan sosial dan kesejahteraan melalui Majelis Tarjih dan organisasi sayap lainnya. Partisipasi Muhammadiyah dalam berbagai diskusi kebijakan, baik di tingkat nasional maupun daerah, menjadi bagian dari upaya mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berkeadilan.
Dengan demikian, rekonstruksi Baldah Tayyibah di era kekinian bukanlah sebuah utopia, tetapi merupakan sebuah keniscayaan yang dapat diwujudkan melalui kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi Islam, seperti Muhammadiyah. Dengan berlandaskan pada nilai-nilai keislaman yang progresif (berkemajuan), keadilan sosial, serta kesejahteraan ekonomi, Indonesia dapat berkembang menjadi negeri yang makmur dan diberkahi sesuai dengan prinsip Baldah Tayyibah yang diajarkan dalam Islam. Wallahu a’lam.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Reformasi yang Tertunda: Membongkar Masalah Polisi Aktif di Kursi Birokrasi
Posisi sipil yang diduduki aparat keamanan mempengaruhi persepsi publik tentang netralitas negara.
SELENGKAPNYAMenapaki Jalan Baru Energi Bersih
Transisi menuju energi bersih kini menjadi salah satu langkah strategis.
SELENGKAPNYADakwah dan Perjuangan Nabi Ilyas
Nabi Ilyas diutus kepada masyarakat Baalbek, tergolong Bani Israil.
SELENGKAPNYA
