Kegiatan diskusi Katadata Policy Dialogue, di Jakarta, Kamis (13/11/2025). | Istimewa

Nasional

Menakar ‘Purbaya Effect’

Kondisi ekonomi saat ini masih stabil, namun rapuh dari sisi konsumsi rumah tangga.

JAKARTA — Dua bulan setelah Purbaya Yudhi Sadewa duduk sebagai Menteri Keuangan, sejumlah ekonom menilai arah kebijakan fiskal mulai menciptakan perubahan nyata di sektor keuangan. Dampak paling cepat terlihat pada likuiditas perbankan, yang memicu akselerasi kredit dan menopang pertumbuhan ekonomi kuartal III 2025.

Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI) Sunarsip menjelaskan, penempatan dana pemerintah sebesar Rp200 triliun di bank-bank Himbara sejak 12 September 2025 langsung mendorong percepatan penyaluran kredit. Kredit tumbuh dari 6,96 persen pada Agustus menjadi 7,2 persen.

“Pertumbuhan kredit itu sebagian besar masih ditopang oleh debitur BUMN. Dari 1,69 persen naik menjadi 10,04 persen,” ujar Sunarsip dalam Katadata Policy Dialogue di Jakarta, Kamis (13/11).

Menurut Sunarsip, tanpa lonjakan kredit tersebut yang ia sebut sebagai bagian utama dari “Purbaya Effect”, pertumbuhan ekonomi kuartal III 2025 berpotensi tidak mencapai 5,04 persen. “Mungkin tanpa ini, pertumbuhan ekonomi kuartal III tidak bisa di atas 5 persen. Itu sebabnya saya bilang Purbaya Effect sudah bekerja,” ujarnya.

Ia menilai kondisi ekonomi saat ini masih stabil, namun rapuh dari sisi konsumsi rumah tangga. Konsumsi masyarakat belum pulih dan terus tertahan di bawah 5 persen, sementara pertumbuhan justru ditopang konsumsi pemerintah yang naik 5,49 persen pada kuartal III 2025.

Sunarsip mendorong pemerintah mulai beralih dari strategi boosting demand ke penguatan struktur supply sektoral. “Kalau saya, lebih baik perbaiki sisi supply-nya, bukan demand,” katanya, seraya menilai sejumlah sektor industri belum pulih sepenuhnya dari dampak pandemi.

Tenaga Ahli Utama Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Lutfi Ridho menambahkan bahwa pemerintah tetap fokus memperkuat konsumsi rumah tangga, tetapi prasyarat utamanya adalah membangun keyakinan publik terhadap stabilitas pendapatan. “Mereka harus yakin terutama keyakinan pendapatan di masa yang akan datang,” kata Lutfi.

Ia menegaskan, DEN akan memprioritaskan peningkatan optimisme pendapatan masyarakat. Jika kepercayaan itu terbentuk, konsumsi rumah tangga diyakini dapat kembali menjadi motor utama ekonomi, meskipun investasi masih diperkirakan menjadi pendorong terbesar pada 2026.

Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya telah merilis data Produk Domestik Bruto (PDB) untuk kuartal III 2025. Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik, Moh Edy Mahmud menyampaikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2025 tumbuh 5,04 persen secara yoy dari periode yang sama tahun lalu. 

"Bila dibandingkan kuartal II 2025 tumbuh 1,43 persen dan periode Januari-September 2025 tumbuh 5,01 persen," ujar Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik, Moh Edy Mahmud dalam konferensi pers pertumbuhan ekonomi kuartal III 2025 di kantor BPS, Jakarta, Rabu (5/11/2025).

Edy menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan ekonomi global maupun negara berkembang. Edy mengatakan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada kuartal III 2025 sebesar 3,2 persen dan pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang mencapai 4,2 persen.

"Hasil proyeksi IMF juga menunjukkan inflasi negara berkembang pada 2025 cenderung lebih tinggi dari kondisi global, tetapi lebih rendah dari 2024," ucap Edy. 

Dalam Hasil Survei Ekonomi Rumah Tangga Triwulanan (Seruti) menunjukkan konsumsi per kapita jasa makan minum & akomodasi serta barang & jasa lainnya masing-masing tumbuh 5,76 persen dan 7,49 persen (yoy). Kemudian pertumbuhan transaksi online dari e-retail dan marketplace sebesar 6,19 persen (q-to-q), indeks penjualan eceran riil tumbuh 4,67 persen (yoy). Nilai transaksi uang elektronik, kartu debit, dan kredit tumbuh 10,30 persen (yoy).

"Survei IBS Triwulanan menunjukkan peningkatan produksi di beberapa industri pengolahan nonmigas, seperti industri logam dasar," lanjut Edy. 

Edy mencatat penjualan listrik kuartal III 2025 tumbuh 2,83 persen (yoy), terutama didorong konsumsi listrik rumah tangga dan industri yang tumbuh masing-masing 0,76 persen dan 3,23 persen (yoy).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat