Anggota KTH menunjukkan stup lebah madu di Taman Cemara Kulon. | Lilis Sri Handayani/Republika

Ekonomi

Cerita di Balik Manisnya Madu di Taman Cemara Kulon

PHE ONWJ juga melakukan edukasi terhadap anggota kelompok tentang budidaya lebah madu.

Oleh Lilis Sri Handayani



INDRAMAYU – Tujuh ekor lebah trigona itama (Heterotrigona itama) terbang mengitari bunga taiwan beauty yang tumbuh di Taman Cemara Kulon, yang terletak di bantaran Sungai Desa Cemara Kulon, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Ahad (14/9/2025). Serangga berwarna hitam berukuran kecil dengan panjang 3–4 mm itu kemudian menyedot nektar yang ada di dalam bunga-bunga kecil berwarna ungu tersebut.

Ada pula sejumlah lebah trigona itama lainnya yang terlihat mengitari rimbunnya bunga air mata pengantin, yang berjarak selemparan batu dari taiwan beauty. Para lebah itu pun sedang mengisap nektar dari bunga-bunga berwarna merah muda cerah tersebut.

Tak berselang lama, para lebah pekerja itu terbang masuk ke dalam stup, rumah lebah yang terbuat dari kayu berbentuk kotak berukuran 30 cm x 30 cm. Di dalam stup yang berjarak sekitar lima meter dari bunga taiwan beauty itulah nektar tersebut diletakkan dan selanjutnya akan berproses menjadi madu, propolis, dan bee pollen.

Ada sepuluh stup yang diletakkan saling berdekatan di Taman Cemara Kulon. Setiap setengah bulan sampai satu bulan, madu yang terkumpul di dalam stup-stup itu akan dipanen oleh Kelompok Tani Hutan (KTH) Taman Cemara Kulon, yang mengelola peternakan lebah dan taman tersebut.

“Madu yang didapat sekitar satu liter untuk panen yang dilakukan sebulan sekali dari satu stup. Jika panennya setengah bulan, hasilnya setengahnya,” ujar salah seorang anggota KTH Taman Cemara Kulon, Kadori, kepada Republika, Ahad (14/9/2025).

Namun, Kadori mengakui, produksi madu sangat bergantung pada musim. Ia menyebut, musim penghujan akan meningkatkan semangat para lebah untuk berproduksi lebih banyak karena suhu udara yang sejuk dan vegetasi yang lebih segar, dibandingkan saat musim kemarau.

photo
Bunga air mata pengantin yang menjadi salah satu vegetasi di Taman Cemara Kulon. - (Lilis Sri Handayani/Republika)

Selain musim, banyaknya vegetasi di Taman Cemara Kulon juga turut memengaruhi kuantitas madu yang dihasilkan para lebah. Ada sejumlah vegetasi bunga yang bisa bertahan hidup di bantaran sungai bersuhu udara panas dan dekat dengan pesisir pantai itu. Yakni, air mata pengantin (Antigonon leptopus), taiwan beauty (Cuphea hyssopifolia), batavia (Jatropha integerrima), dan santos lemon (Xanthostemon chrisanthus).

Tak hanya bunga, vegetasi lain yang sengaja ditanam di Taman Cemara Kulon juga berupa mangrove, mangga, jambu air, dan kelengkeng. Semua pohon keras itu juga menghasilkan nektar bagi lebah-lebah trigona itama yang diternakkan di taman tersebut.

Kepala Desa Cemara Kulon, Sudarno, menjelaskan, usaha peternakan lebah tersebut baru dimulai pada awal 2023. Keberadaan ternak lebah madu itu hadir seiring babad alas semak belukar yang tumbuh di bantaran sungai desa setempat.

Menurut Sudarno, bantaran sungai sepanjang 1.300 meter itu dulunya ditumbuhi semak belukar, layaknya hutan belantara yang tidak terawat. Selain tak produktif, bantaran berstatus tanah desa tersebut berpotensi menimbulkan masalah jika dimanfaatkan warga untuk membangun bangunan liar.

Untuk itu, Sudarno memiliki ide mengubah bantaran sungai itu menjadi taman yang estetik, produktif, dan bermanfaat luas bagi warganya. Dengan ide dan keberaniannya, ia bahkan membuat masterplan desa wisata, dengan bantaran sungai tersebut sebagai embrionya.

Dimulai pada akhir 2022, Sudarno lantas menggerakkan warganya, termasuk RT, RW, lembaga desa, hingga ibu-ibu PKK. Mereka bergotong royong melakukan pembersihan semak belukar di bantaran sungai tersebut.

“Untuk babad (pembersihan lahan) semak belukar ini butuh waktu sampai lebih dari tiga bulan. Prinsip kami, lahan tidak produktif menjadi lahan produktif, lahan tidur jadi lahan ibadah. Semoga ke depannya jadi amal jariyah,” cetus Sudarno.

Setelah semak belukar dibersihkan, Sudarno kembali menggerakkan warganya untuk melakukan penanaman bunga maupun pohon. Untuk memotivasi warganya agar lebih giat menanam bunga dan pohon, tercetus pula ide beternak lebah trigona itama.

“Yang namanya taman kan harus ada bunga, pohon. Supaya lebih semangat menanamnya, maka kami budidayakan lebah madu karena bunga dan pohon itu akan jadi makanan bagi lebahnya,” ucap Sudarno.

Budidaya lebah trigona itama kemudian dimulai pada 2023. Jenis lebah itu dipilih karena tidak menyengat sehingga aman bagi pengunjung taman. Untuk tahap awal, jumlah stup hanya dua buah. Stup itu mereka beli, termasuk isinya yang berupa lebah pekerja, lebah penjaga, hingga ratu lebah yang menjadi denyut utama kehidupan koloni lebah.

Untuk menjalankan budidaya lebah madu itu, dibentuk KTH Taman Cemara Kulon yang beranggotakan 18 orang. Meski dengan pengetahuan nol tentang budidaya lebah, mereka tetap semangat dalam menjalaninya.

Beruntung, upaya mereka kemudian mendapat dukungan dari Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ). Perusahaan pelat merah itu kemudian memberikan bantuan penambahan stup, penanaman 3.500 bibit mangrove, 200 pohon mangga, 150 pohon jambu air, dan penanaman vegetasi bunga lebah lebih dari 1.000 bibit, serta pembuatan jembatan kayu dan gazebo.

Tak hanya itu, PHE ONWJ juga melakukan edukasi terhadap anggota kelompok tentang budidaya lebah madu. Karenanya, anggota kelompok diajak untuk mengunjungi sejumlah sentra budidaya lebah madu.

Seiring upaya tersebut, budidaya lebah madu di Taman Cemara Kulon pun mengalami peningkatan, dari yang awalnya dua stup kini menjadi sepuluh stup. Begitu pula vegetasi di taman itu juga semakin bertambah hingga mencapai ribuan batang.

Untuk menyirami berbagai vegetasi itu, digunakan sumur bor yang digali dengan kedalaman 90 meter. Karenanya, dibutuhkan listrik untuk menyedot airnya, dengan menghabiskan biaya Rp 300 ribu–Rp 400 ribu per bulan.

“Area taman ini kanan-kirinya airnya asin semua. Jadi kami mengandalkan sumur bor untuk menyirami tanamannya,” terang Sudarno.

Air dari dalam sumur bor itu dialirkan langsung ke tanaman dengan sistem irigasi tetes. Yakni, air dialirkan melalui pipa-pipa kecil langsung ke akar tanaman sehingga tidak terbuang percuma.

photo
Panel Surya di Taman Cemara Kulon. - (Lilis Sri Handayani/Republika)

Kesulitan pengairan yang dihadapi dalam pengembangan Taman Cemara Kulon itu kembali ditangkap oleh PHE ONWJ. Karenanya, BUMN itu kembali memberikan bantuan berupa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 10.000 WP. Fasilitas tersebut bisa menghemat penggunaan listrik.

“Keberadaan PLTS itu memberi kami dukungan yang luar biasa untuk mengurangi beban pengeluaran token listrik. Tak hanya untuk penyiraman tanaman, adanya PLTS ini ke depannya juga bisa memenuhi kebutuhan pertanian hortikultura, perikanan, peternakan, dan UMKM karena taman ini akan jadi eduwisata,” tukas Sudarno.

Sudarno optimistis, budidaya lebah trigona itama di Taman Cemara Kulon akan semakin berkembang seiring penambahan vegetasi. Apalagi, madu dari vegetasi pesisir memiliki rasa manis yang khas.

“Madunya manis, dan konon katanya lebih banyak kandungan mineralnya. Dari UGM (Universitas Gadjah Mada) dan IPB (Institut Pertanian Bogor) juga sudah berkunjung ke sini dan uji laboratorium, (hasilnya) ini kategori madu yang unik,” jelasnya.

Madu dari Taman Cemara Kulon itu dijual seharga Rp 300 ribu per liter. Dengan produksi yang belum maksimal, madu itu baru dijual di kalangan terbatas. Hasil penjualannya pun bisa dinikmati anggota kelompok meski baru menjadi penghasilan tambahan di sela pekerjaan utama mereka di bidang perikanan tambak.

Tak hanya madu, propolis dari budidaya lebah di Taman Cemara Kulon juga memiliki kualitas tinggi. Karenanya, ada perlakuan lebih untuk memanennya, yakni dengan pemasangan propolis trap atau jaring propolis.

Pemasangan propolis trap itu merupakan peran dari Dinas Kehutanan Wilayah IX Jawa Barat dalam pengembangan Taman Cemara Kulon. Budidaya lebah memang menjadi bagian dari program dinas tersebut, yang tujuan akhirnya adalah pelestarian kawasan hutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini KTH.

“Dengan memasang propolis trap, maka pemanenan propolis akan lebih mudah karena terpisah dari madunya. Ini pilot project untuk propolis trap pertama di Indramayu,” terang Penyuluh Kehutanan Cabang Dinas Kehutanan Wilayah IX Jawa Barat, Musa Musyaffa.

Musa mengatakan, pasar bagi madu dan propolis masih terbuka luas. Meski tidak menyebutkan angka pastinya, ia menyebut produk madu dan propolis saat ini masih belum bisa memenuhi kebutuhan pasar.

Sementara itu, Head of Communication, Relations & CID PHE ONWJ, R Ery Ridwan, menegaskan komitmen pihaknya dalam mendukung pelestarian lingkungan dan pengembangan masyarakat di Desa Cemara Kulon. Selain bertujuan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan, langkah itu juga dimaksudkan untuk mengembangkan potensi ekonomi masyarakat setempat.

“Kami berharap Taman Cemara Kulon dapat menjadi model kawasan hijau produktif yang memberikan manfaat ekologis dan ekonomi bagi masyarakat setempat,” kata Ery.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat