Kapal yang membawa relawan dan aktivis dari Global Sumud Flotilla tiba di Pelabuhan Sidi Bou Said, Tunisia, Ahad (6/9/2025). | Republika/Thoudy Badai

Internasional

Serangan Perdana ke Armada Sumud

Aparat keamanan Tunisia mencoba mengecilkan serangan.

TUNIS – Armada Sumud Global alias Global Sumud Flotilla (GSF) mengalami serangan perdananya bahkan sebelum berlayar ke Jalur Gaza pada Selasa dini hari. Meski coba disangkal aparat setempat, bukti-bukti video dan saksi mata menunjukkan serangan drone yang membakar kapal utama armada itu, Family.

“Situasi terbaru di pelabuhan Tunis. Satu kapal delegasi dikabarkan ditembak dan terbakar,” lapor jurnalis Republika Bambang Noroyono dari Tunis. Ia mengatakan lokasi pelabuhan langsung disterilkan dan aparat keamanan menutup akses ke pelabuhan.

Kapal utama tersebut mula dilaporkan terbakar sekitar pukul 12.30 waktu setempat. Kapal yang terbakar itu dilaporkan berbendera Portugal. Pihak penyelenggara melarang semua delegasi mendekat ke pelabuhan.

Kabar tersebut juga disampaikan aktivis Jerman Yasemin Acar dalam unggahan media sosialnya. "Kapal Family secara resmi diserang sebuah drone yang melepaskan bom yang kemudian meledak dan menyebabkan kebakaran di kapal," ujarnya.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Republika Online (republikaonline)

Kapal tersebut baru tiba dari Barcelona kemarin. Seluruh awak kapal tersebut merupakan awak kapal Madleen yang coba menerobos blokade Gaza beberapa waktu lalu. Selain Yasemin, Greta Thunberg dan aktivis Brasil Thiago Avila juga merupakan awak kapal itu.  "Seluruh awak kapal selamat dan api telah dipadamkan,” kata Yasemin.

Seorang anggota GSF yang tidak disebutkan namanya, dalam sebuah video yang diposting di halaman Instagram grup tersebut, mengatakan bahwa enam orang berada di dalam Family pada saat serangan drone terjadi, dan dua di antaranya sedang tidur relatif dekat dengan area yang dibom.

“Jadi bukti yang kami miliki, yang jelas terbatas saat ini, menunjukkan bahwa ada alat pembakar, sejenis alat pembakar yang digunakan di kapal itu sendiri, yang menyebabkan kebakaran sekitar 2 meter, berlangsung sekitar lima hingga enam menit,” kata wanita tersebut.

"Awak kapal yang berada di kapal bisa memadamkan api sendiri. Syukurlah juga tidak ada yang terluka," tambahnya. “Ada dua orang yang sedang tidur, relatif dekat dengan lokasi kebakaran, dan total ada enam orang di dalam kapal.”

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Republika Online (republikaonline)

Aparat keamanan Tunisi berupaya mengecilkan kejadian kebakaran di kapal Family, bagian dari Armada Sumud Global, yang terjadi pada Selasa dini hari ini. Mereka menyatakan kebakaran bukan karena serangan drone meski kesaksian awak kapal dan rekaman video mengindikasikan sebaliknya.

Badan keamanan Tunisia mengeluarkan pernyataan tersebut di laman Facebook-nya. Dikatakan bahwa laporan tentang serangan pesawat tak berawak “sama sekali tidak berdasar”. Menurut aparat keamanan Tunisia, penyelidikan awal menunjukkan bahwa kebakaran di kapal tersebut terjadi di salah satu jaket pelampung “akibat dari korek api atau puntung rokok”.

“Tidak ada bukti adanya tindakan permusuhan atau penargetan eksternal,” mereka menambahkan. 

Juru bicara Garda Nasional Tunisia juga mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa penyelidikannya menunjukkan bahwa insiden di Kapal Keluarga terjadi setelah jaket pelampung di kapal terbakar.

“Menurut temuan awal, kebakaran terjadi di jaket pelampung di kapal yang berlabuh 80 km dari pelabuhan Sidi Bou Said, yang datang dari Spanyol,” kata Houcem Eddine Jebabli kepada AFP. “Penyelidikan sedang berlangsung dan tidak ada drone yang terdeteksi,” tambahnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Global Sumud Flotilla (@globalsumudflotilla)

Sementara, Miguel Duarte, seorang aktivis di kapal Family, mengatakan kepada Middle East Eye (MEE) bahwa dia melihat sebuah drone melayang di atas kapal sebelum menjatuhkan bahan peledak ke dalamnya.

“Saya berdiri di bagian belakang kapal, dek belakang, dan saya mendengar suara drone,” kata Duarte dalam video yang diposting online oleh MEE. "Saya melihat drone dengan jelas sekitar empat meter di atas kepala saya. Saya menelepon seseorang. Kami sedang melihat drone itu, tepat di atas kepala kami," ia menuturkan.

Drone berhenti di dekat kedua awak kapal, lalu bergerak perlahan ke dek depan kapal, dan menjatuhkan yang jelas-jelas merupakan bom,” ujarnya. “Ada ledakan besar, banyak kebakaran, kobaran api yang sangat besar… Kami bisa saja terbunuh,” tambah Duarte.

Kesaksian itu didukung dengan video yang dilansir Global Sumud Flotilla. Dalam video di akun instagram tersebut, terlihat awak Family melihat ke atas sebelum berlari ketakutan karena menyaksikan ada yang dijatuhkan dan kemudian membakar kapal. 

GSF juga menerbitkan rekaman dari kapal lain dalam armada tersebut yang dikatakan “menunjukkan momen ketika Family diserang dari atas”. Video hitam putih yang diposting di Instagram menunjukkan alat pembakar jatuh ke kapal dan menyebabkan ledakan dan kebakaran.

photo
Pelapor Khusus PBB untuk Wilayah Palestina yang diduduki Francesca Albanese saat menyampaikan keterangan pers terkait misi kemanusiaan untuk Gaza yang terbagung dalam gerakan Global Sumud Flotilla di Tunisia, Senin (8/9/2025). - (Republika/Thoudy Badai)

Francesca Albanese, pakar PBB tentang Palestina, berbicara dari Tunisia tentang serangan pesawat tak berawak tersebut. Dia mengatakan rinciannya harus diverifikasi, namun mencatat bahwa penyerangan adalah bagian dari “sejarah serangan terhadap armada tersebut”.

“Saat ini ada pernyataan yang menentang armada tersebut, yang tentu saja mengancam armada tersebut dari Israel,” kata Albanese. Ia mencatat bahwa tidak ada negara lain yang saat ini melindungi armada selain Tunisia, yang menciptakan pelabuhan yang aman.

“Jika dipastikan bahwa ini adalah serangan pesawat tak berawak, itu akan menjadi serangan dan agresi terhadap Tunisia dan kedaulatan Tunisia,” tambah Albanese. “Sekali lagi, kita tidak bisa terus menoleransi hal ini dan menormalisasi hal-hal ilegal.”

Saif Abukeshek, seorang aktivis Palestina dan anggota komite pengarah GSF, mengatakan para anggota armada tersebut bertekad untuk melanjutkan misi mereka meskipun ada serangan terbaru. 

"Oleh karena itu, misi kami tetap berjalan. Persiapan akan kami lanjutkan segera setelah kami memastikan kapal aman dan awak serta peserta selamat," ujarnya dalam postingan di Instagram. “Kami akan terus menghentikan pengepungan di Gaza.”

Ketua Koordinator Indonesia Global Peace Convoy (IGPC), Muhammad Husein memastikan tidak ada delegasi Indonesia yang menjadi korban dalam peristiwa tersebut. "Alhamdulillah semua WNI yang menjadi delegasi dalam misi pelayaran akbar ini semua dalam kondisi baik-baik saja, karena saat peristiwa terjadi para delegasi sedang berada di penginapanya masing-masing, " kata Husein. 

Mengenai jadwal keberangkatan kapal, pihaknya masih menunggu informasi lanjutan dari steering committee GSF. "Kami terus melakukan monitoring dan update informasi terkait teknis keberangkatan kapal, kita doakan yang terbaik semoga tidak ada hambatan dan rintangan dalam misi kemanusiaan ini, " kata dia. 

Sejauh ini belum ada kejelasan soal siapa pengirim drone yang menyerang kapal Family.  Yang jelas, dukungan terhadap Armada Sumud tergolong menyeluruh.

Duta Besar Indonesia di Tunisia Zuhairi Misrawi menerangkan pelatihan para peserta Global Sumud Flotilla di Gedung Buruh Tunisia menunjukkan hal itu. "Serikat buruh Tunisia ini, secara politik yang terkuat di Tunisia. Melebihi partai politik, bahkan melebihi pemerintahan," kata Zuhairi, saat ditemui di Wisma Indonesia di Lac 1, Tunisia. Menurut Zuhairi, para delegasi 44 negara Global Sumud Flotilla yang terkonsentrasi di Gedung Serikat Buruh dan Pekerja menunjukkan bahwa entitas sosial-politik terkuat di Tunisia mendukung konvoi pelayaran akbar menembus blokade Gaza itu.

"Konsentrasi Global Sumud Flotilla di General Union of Tunisian Workers itu sudah menunjukkan bahwa seluruh masyarakat Tunisia itu sangat mendukung gerakan ini," ujar Zuhairi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Israel Hancurkan 50 Gedung di Gaza dalam Sehari

Warga Gaza tak lagi punya tempat untuk mengungsi.

SELENGKAPNYA

Tiba di Tunisia, Greta Thunberg Siap Tembus Gaza Bersama Global Sumud Flotilla

Greta dan Thiago sempat diperiksa di kantor polisi setempat.

SELENGKAPNYA

Gedung-Gedung Perumahan di Gaza Jadi Sasaran Baru Israel

Israel kembali mengebom sekolah tempat warga mengungsi.

SELENGKAPNYA