Petugas menunjuk data rekam seismograf pemantau aktifitas letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) di Pos Pengamatan GAK Pasauran, Serang, Banten, Kamis (27/12/2018). | ANTARA FOTO

Kabar Utama

Dentuman Misterius yang Menggegerkan

Suara dentuman terdengar warga Bogor hingga Jakarta.

 

 

Pada Sabtu (11/4) sekitar pukul 02.00 WIB, Fauzan Mulyono (26 Tahun) tengah mendengarkan siaran Podcast dengan menggunakan pengeras suara di kamarnya. Perhatiannya terusik oleh dua kali suara dentuman yang ia dengar dari luar kamar. Pria yang kerap disapa Adut itu kemudian memutuskan untuk mematikan siaran yang ia dengarkan.

 

"Gue matiin Podcast, merhatiin suara apa. Gue nyalain Podcast lagi, eh nongol deui suarana," tutur warga Cibubur, Ciracas, Jakarta Timur, itu kepada Republika, Sabtu.

 

Adut memutuskan untuk membuka Twitter mencari informasi terkini dari sesama warganet. Di sana ia menemukan tak sedikit warganet yang juga mendengar suara yang sama. Adut masih penasaran, ia mencoba mengontak teman-temannya yang berada di dekat rumah dan di Condet, Jakarta Timur. "Gue chat temen gue deket rumah, juga denger. Gue tidak merasakan getaran. Temen gue di Condet kerasa," kata Adut. Ia mengaku, masih mendengar suara dentuman hingga pukul 02.56 WIB.

 

Bukan hanya Adut, Nila Kusumasari (26 Tahun) juga mendengar suara yang sama dari rumahnya yang terletak di wilayah Cijantung, Jakarta Timur. Ia mendengar suara gemuruh yang berasal dari dalam bumi. Nila mendengar suara tersebut cukup sering dimulai dari pukul 02.00 WIB. "Dentumannya kencang, tapi dari bawah tanah, intens dari jam 2-an. Kadang berhenti, nanti muncul lagi. Kadang frekuensinya mepet-mepet terus nanti hening lagi, bunyi lagi," tutur Nila.

photo
Petugas memeriksa data rekam seismograf pemantau aktifitas letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) di Pos Pengamatan GAK Pasauran, Serang, Banten, Kamis (27/12/2018). - (ANTARA FOTO)

 

Nila sempat mengira suara tersebut merupakan suara langkah kakaknya yang sedang berjalan di dalam rumah. Setelah mengecek, ternyata bukan. Ia juga sempat mengira rumahnya kemasukan maling dan meminta kakaknya untuk mengecek keluar rumah. "Sampai keluar abang gue cek ke bawah, rantai semua aman. Kaya meriam suaranya, tapi mendem," katanya.

 

Selain warga Jakarta Timur, suara dentuman juga dirasakan oleh warga Cikini, Jakarta Pusat. Ariotejo (26 tahun) terbangun dari tidur sekitar pukul 02.30 WIB karena temannya menelepon memberi kabar mengenai suara dentuman. Mulanya, dia menyangka suara itu merupakan suara gemuruh petir karena memang sedang hujan sebelum dia pergi tidur.

 

"Ternyata pas gue ke luar, hujan udah nggak ada. Suaranya nggak segede gemuruh. Suaranya gede, tapi jauh gitu," kata dia. Suara dentuman dapat didengar warga yang tinggal di wilayah Jakarta, Bogor, dan Depok.

 

Asal suara

 

Banyak warga yang mengira suara dentuman tersebut berkaitan dengan erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK). Sebab, GAK memang erupsi sebanyak dua kali pada Jumat (10/2) pukul 21.58 WIB dan 22.35 WIB. Namun, hingga berita ini diturunkan belum masih banyak beda pendapat soal asal suara dentuman yang menggegerkan warga pada dini hari itu.

 

Pakar vulkanologi, Surono, menduga dentuman yang terdengar di sejumlah daerah di Jakarta terkait GAK. Alasannya, suara dentuman muncul berbarengan dengan erupsi Gunung Anak Krakatau. Surono menjelaskan, sebagai gunung api muda, anak krakatau kerap meletus atau erupsi. Erupsi tersebut terjadi agar gunung api muda menjadi tinggi dan besar.

 

"Seperti anak-anak, harus dinamis, Gunung Anak Krakatau (GAK) mengikuti hukum atau kodrat alam, sering meletus seperti dahulu, pernah satu tahun tidak berhenti, guna membangun tubuhnya supaua tinggi dan besar," kata Surono.

photo
Abu vulkanik Gunung Anak Krakatau terlihat dari pinggir pantai di Desa Pasauran, Serang, Banten, Sabtu (11/4/2020). - (MUHAMMAD BAGUS KHOIRUNAS/ANTARA FOTO)

 

Mantan kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ini mengakui dirinya tak memiliki sumber pasti dari dentuman yang terdengar. Ia menduga, dentuman itu terdengar karena rambatan suara yang tergantung pada tekanan udara. Surono pun menceritakan, dirinya pernah dipanggil Gubernur Banten Atut karena masyarakat khawatir dengan suara dentuman GAK. Surono menjelaskan, bahwa pada siang hari pun kerap terjadi dentuman, tapi terdengar karena bising kendaraan dan lain-lain.

 

"Saat ini, mobil-mobil tidur di garasi, suara dentuman Gunung Anak Krakatau mengisir sepi. Tidak perlu takut," ujar dia.

 

Sementara itu, Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) menyebut suara dentuman yang ramai dibahas di media sosial bukan berasal dari erupsi GAK di Selat Sunda. Menurut PVMBG, erupsi gunung yang terletak di Selat Sunda dalam wilayah Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, itu hanya mengeluarkan semburan ketinggian berkisar 500 meter.

 

"Saya sudah konfirmasi petugas pos pengamatan, mereka tidak mendengar karena letusannya juga kecil," kata Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Hendra Gunawan dihubungi di Jakarta, Sabtu (11/4).

 

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga menyatakan, suara dentuman yang beberapa kali didengar masyarakat, bukan bersumber dari aktivitas gempa tektonik GAK. Meskipun ada aktivitas gempa kecil di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB Jumat (10/4) dengan magnitudo M 2,4, gempa ini kekuatannya tidak signifikan dan tidak dirasakan masyarakat. 

Vulkanolog Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr Eng Mirzam Abdurrachman, ST MT mengatakan, suara dentuman bisa terjadi salah satunya karena aktivitas magma dari suatu gunung api akibat perpindahan magma secara tiba-tiba dari dapur magma ke lokasi yang lebih dangkal. Menurut dia, kejadian ini mengakibatkan terjadinya kekosongan dan ambruknya dapur magma dalam sehingga menghasilkan dentuman dan getaran di daerah sekitarnya.

Fenomena yang sering juga disebut underground explosion ini bisa dan tidak selalu diikuti oleh suatu erupsi gunung api. "Namun, hal tersebut masih perlu mendapat dikaji terlebih dahulu dengan data kegempaan serta perubahan temperatur dan pelepasan gas dari gunung-gunung di sekitar Jabodetabek juga Gunung Anak Krakatau," ujarnya dalam siaran pers Humas ITB, Ahad (12/4).

Dia mengatakan, hipotesis tersebut didasarkan pada peristiwa serupa yang terjadi di tiga gunung api di tiga negara, yaitu Gunung Api Miyakejima Jepang (tahun 2000), Gunung Piton de La Fournaise Pulau Reunion (tahun 2007), dan gunung di Kepulauan Mayotte Prancis (tahun 2018). Dosen Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB tersebut memastikan bahwa hipotesis atau dugaan tersebut masih perlu dikaji dan dibuktikan, apakah dentuman keras misterius tersebut mempunyai hubungan dengan erupsi Gunung Anak Krakatau pada Jumat lalu.

Terletak di Selat Sunda Provinsi Lampung, Gunung Anak Krakatau berada di antara Pulau Panjang, Sertung, dan Pulau Rakata. Dia menjelaskan, letusan Gunung Anak Krakatau termasuk tipe 'strombolian' dan 'vulkanian' yang memiliki energi letusan tergolong rendah hingga sedang.

Berdasarkan data Volcanic Explosivity Index (VEI), Gunung Anak Krakatau memiliki nilai VEI 2-3, yang artinya tergolong rendah hingga sedang.

Dr Mirzam Abdurrachman mengatakan, Gunung Anak Krakatau baru muncul ke permukaan sejak tahun 1927. "Sejak tahun tersebut, Gunung Anak Krakatau tumbuh besar dan memesona," ujar Mirzam.

Gunung Anak Krakatau adalah sisa sejarah panjang letusan Krakatau Purba yang berlangsung sejak abad ke-5, hingga letusan pada tahun 1883 yang hanya menyisakan Rakata, Panjang, dan Sertung.

Hampir setiap tahun, Gunung Anak Krakatau memperlihatkan aktivitas vulkanisme. Pola letusannya pun kini tercatat semakin teratur sejak tahun 2008. Letusan eksplosif dan efusi tersebut datang silih berganti setiap dua tahun sekali dan membentuk sebuah pola. Sampai saat ini, tingkat aktivitas vulkanis Gunung Anak Krakatau masih tetap pada Level II (Waspada).n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat