Pesawat Chengdu J10 buatan China. | Public Domains

Internasional

Pekan Depan China Pamerkan Kekuatan Militer dan Diplomatik

Negara-negara Selatan bakal berkumpul di China pekan depan.

BEIJING – China bakal menggelar parade militer terbesarnya di Beijing pekan depan. Pameran kekuatan itu di sela berkumpulnya sejumlah negara yang belakangan bergesekan dengan Amerika Serikat di Tianjin dalam pelaksanaan KTT Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO).

Dalam pameran pekan depan, China  tidak hanya akan menyoroti kemajuan dalam perangkat keras senjata. Mereka juga memamerkan teknologi penting yang diperlukan untuk melindungi, mengendalikan, dan memerintahkan senjata yang akan digunakan dalam konflik di masa depan.

Alat tempur yang lebih menarik perhatian, seperti rudal hipersonik dan drone bawah laut, akan mencakup peralatan seperti sensor medan perang pada tank, radar peringatan dini dan penargetan canggih, serta laser pertahanan udara Semuanya merupakan bagian dari upaya yang oleh beberapa analis digambarkan sebagai transparansi yang dirancang untuk mengintimidasi dan menghalangi calon pesaing.

Namun di luar skala dan pertunjukan kekuatan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya, masih ada tanda tanya tentang seberapa efektif angkatan bersenjata Tiongkok – yang belum teruji sejak konflik perbatasan berdarah dengan Vietnam pada tahun 1979 – dapat menyatukan semuanya dalam konflik di masa depan.

Pakar keamanan yang berbasis di Singapura, Drew Thompson, mengatakan meskipun Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) mungkin akan mengungkap senjata dan sistem canggih untuk melindungi dan memimpin mereka, musuh potensial Tiongkok mungkin tidak akan tergoyahkan oleh “kemeriahan” parade tersebut.

Militer Cina vs Taiwan - (republika)

 “Ini bersifat performatif tetapi tidak mencerminkan kemampuan, dan kita masih belum tahu seberapa efektif China dapat menyatukan semuanya dan beroperasi dalam skenario konflik,” kata Thompson, peneliti senior di S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS) di Singapura.

Presiden China Xi Jinping akan juga mengumpulkan lebih dari 20 pemimpin dunia di forum keamanan regional di China pekan depan. Tujuannya ditengarai untuk menunjukkan solidaritas negara-negara Selatan di era Donald Trump.

Selain Presiden Rusia Vladimir Putin, para pemimpin dari Asia Tengah, Timur Tengah, Asia Selatan dan Asia Tenggara telah diundang ke pertemuan puncak Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO). Acara itu akan diadakan di kota pelabuhan utara Tianjin dari tanggal 31 Agustus hingga 1 September.

KTT ini akan menampilkan kunjungan pertama Perdana Menteri India Narendra Modi ke China dalam lebih dari tujuh tahun ketika kedua tetangga berupaya meredakan ketegangan yang bergolak akibat bentrokan perbatasan yang mematikan pada 2020.

photo
Dalam file foto tanggal 16 Oktober 2016 ini, Perdana Menteri India Narendra Modi, front dan Presiden Tiongkok Xi Jinping berjabat tangan dengan para pemimpin di KTT BRICS di Goa, India. - (AP/Manish Swarup)

Modi terakhir kali berbagi panggung yang sama dengan Xi dan Putin pada KTT BRICS tahun lalu di Kazan, Rusia, bahkan ketika para pemimpin Barat mengabaikan pemimpin Rusia tersebut di tengah perang di Ukraina. Pejabat kedutaan Rusia di New Delhi pekan lalu mengatakan Moskow berharap pembicaraan trilateral dengan China dan India akan segera dilakukan.

Pertemuan di Tianjin dilakukan di tengah renggangnya hubungan India dengan Amerika Serikat sehubungan penerapan tarif oleh Donald Trump. Sementara Rusia saat ini tengah mendapat tekanan dari AS dan Eropa untuk menyudahi serangan ke Ukraina. Sementara Iran, anggota SCO lainnya, baru saja dibombardir Israel dengan bantuan AS.

“Xi ingin menggunakan KTT ini sebagai kesempatan untuk menunjukkan seperti apa tatanan internasional pasca-dipimpin Amerika dan bahwa semua upaya Gedung Putih sejak Januari untuk melawan China, Iran, Rusia, dan sekarang India tidak membuahkan hasil yang diharapkan,” kata Eric Olander, pemimpin redaksi lembaga penelitian The China-Global South Project,dilansir Reuters.

“Lihat saja seberapa besar BRICS telah mengguncang (Presiden AS) Donald Trump, dan hal itulah yang memang dirancang untuk dilakukan oleh kelompok-kelompok ini.”

KTT tahun ini akan menjadi yang terbesar sejak SCO didirikan pada 2001, kata seorang pejabat Kementerian Luar Negeri China pekan lalu. Ia menyebut blok tersebut sebagai “kekuatan penting dalam membangun hubungan internasional jenis baru”.

10 organisasi internasional dijadwalkan ikut serta dalam pertemuan besar tersebut. Presiden Prabowo Subianto disebut nakal hadir dalam KTT tersebut meski belum ada konfirmasi resmi dari Istana Kepresidenan.

Blok yang berfokus pada keamanan, yang awalnya terdiri dari enam negara Eurasia, telah berkembang menjadi 10 anggota tetap dan 16 negara dialog dan pengamat dalam beberapa tahun terakhir. Kewenangannya juga diperluas dari keamanan dan kontra-terorisme hingga kerja sama ekonomi dan militer.

SCO saat ini merupakan salah satu organisasi negara-negara sewilayah terbesar di dunia. Wilayahnya mencakupi 60 persen Eurasia yang ditinggali populasi tiga miliar lebih. Negara-negara SCO juga meliputi seperempat ekonomi global.

Organisasi itu awalnya diprakarsai oleh China dan Rusia serta beberapa negara bekas pecahan Uni Soviet. Diantaranya Kazakhstan, Republik Kirgistan, dan Tajikistan. Pada 2001, setelah Uzbekistan bergabung, organisasi tersebut resmi dinamai Shanghai Cooperation Organisation (SCO).

Pada 2017, India dan Pakistan menjadi anggota penuh, kemudian disusul Iran pada 2023. Sejak 2008, sejumlah negara dirangkul sebagai mitra dialog. Diantaranya Azerbaijan, Armenia, Kamboja, Sri Lanka, Nepal, Mesir, Arab Saudi, Qatar, Maladewa, Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA), Kuwait, dan Myanmar. Sedangkan tiga negara, Belarus, Mongolia, dan Afghanistan tengah mengajukan keanggotaan penuh.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat