Seorang warga prasejahtera duduk di teras rumahnya memegang kantong pasltik berisi kebutuhan pokok seusai diserahkan langsung oleh personil Polri dan TNI di Kelurahan Kampung Mulia, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh, Aceh, Jumat (10/4/2020). | AMPELSA/ANTARA FOTO

Refleksi

Penguatan Solidaritas Kemanusiaan

Selain ikhtiar rasional-humanis, Muslimin juga hendaknya terus meningkatkan ikhtiar ruhaniah.

Oleh Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MS

Persebaran wabah Covid-19 semakin masif dan hampir menjangkiti seluruh dunia ini. Menurut sumber WHO yang dirilis CPRC per 8 April 2020, peningkatan kasus terus terjadi melibatkan negara-negara besar, seperti Amerika Serikat serta empat negara dari Benua Eropa (Italia, Spanyol, Jerman, dan Inggris) melebihi 100 ribu kasus. Kematian yang tertinggi masih terjadi di Italia, yaitu 12,63%. Adapun jumlah negara yang terjangkiti per 8 April 2020 sebanyak 183 negara dengan jumlah orang yang terjangkiti sebanyak 1.441.128 jiwa, jumlah kematian keseluruhan sebanyak 82.992 (5,76%) jiwa, dan jumlah yang sembuh sebanyak 307.819 (21,36%) jiwa.

Sedangkan, di Indonesia, menurut data BNPB (per 08 April 2020), sebanyak 2.956 kasus dan jumlah yang meninggal sebanyak 240 orang, sementara yang sembuh sebanyak 122 orang. Kepada mereka yang meninggal dunia, kita doakan mudah-mudahan ditempatkan di tempat yang layak di sisi Allah SWT. Dan bagi kaum Muslimin, mudah-mudahan dijadikan matinya mati syahid oleh Allah SWT. Keluarganya diberikan kesabaran dan keikhlasan menerima kenyataan ini. Karena kesabaran itulah inti utama dalam menghadapi berbagai macam musibah.

Sebagaimana digambarkan Allah SWT dalam QS al-Baqarah (2) ayat 155-157: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (155) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun’ (156). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (157).”

Bagi mereka yang menderita sakit, mudah-mudahan segera disembuhkan dan dimudahkan urusannya oleh Allah SWT. Di antara yang meninggal tersebut ada sekitar 20 dokter di berbagai rumah sakit yang menangani pasien yang terduga terinfeksi oleh virus korona ini. Para dokter ini adalah garda terdepan yang menangani kasus korona ini. Mudah-mudahan mereka ini diberikan kekuatan dan kesabaran oleh Allah SWT. Dan mereka melaksanakan tugas mulia ini sebagai ibadah (pengabdian) pada Allah SWT.

photo
Seorang pasien yang sembuh dari COVID-19, Lila Yanwar yang merupakan seorang dokter memberikan keterangan kepada wartawan di Kantor Gubernur di Padang, Sumatera Barat, Jumat (10/04/2020). - (Iggoy el Fitra/ANTARA FOTO)

Pemerintah DKI telah menetapkan kebijakan yang sangat menarik, yang perlu diapresiasi, yaitu untuk para dokter dan para perawat lainnya di DKI tidak perlu pulang ke rumahnya masing-masing setelah bertugas, tetapi disediakan hotel yang cukup representatif, untuk memberikan ketenangan batin dan menguatkan kesehatan jasmani mereka.

Tentu kita semua berharap dan berdoa, mudah-mudahan musibah Covid-19 ini akan segera berakhir, dan terutama bagi kaum Muslimin bisa menikmati ibadah di bulan suci Ramadhan 1441 H yang penuh dengan keberkahan dan kemuliaan.

Penanganan musibah ini, baik yang bersifat preventif (pencegahan) maupun kuratif (pengobatan), harus dilaksanakan secara bersama-sama, melibatkan semua komponen masyarakat dan bangsa, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, para alim ulama, para tokoh, maupun pimpinan umat dan bangsa lainnya. Solidaritas kemanusiaan harus diperkuat dan ditingkatkan dalam menangani musibah Covid 19 ini. Sejalan dengan hal ini, Dewan Pertimbangan MUI berdasarkan hasil rapat pleno ke 51 pada hari Jum’at 27 Maret 2020 dan Rabu 01 April 2020 yang lalu menyampaikan beberapa hal sebagai berikut.

Pertama, mendukung langkah pemerintah pusat maupun daerah dalam memberlakukan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) seperti yang dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta yang sudah diberlakukan hari Jumat kemarin (10 April 2020). Yang intinya untuk mencegah penyebaran virus korona ini yang lebih masif, diperlukan pembatasan hilir-mudiknya manusia, menjaga jarak, menghindari kerumunan manusia dalam segala bentuk, karena wabah ini sangat mudah menyebar dari satu orang ke orang yang lain.

photo
Petugas kepolisian menghentikan kendaraan yang melintas di perbatasan Tangerang-Jakarta di Jalan Daan Mogot, Jakarta, Jumat (10/4/2020). - (FAUZAN/ANTARA FOTO)

Oleh karena itu, masyarakat luas harus menaatinya dengan meningkatkan disiplin diri dan keluarga untuk tetap beraktivitas di rumah saja. Kebijakan pemerintah tersebut hendaknya disertai dengan program Jaminan Sosial bagi para fakir-miskin, terutama para pekerja lepas harian.

Kedua, mengajak semua pihak, terutama para pengusaha untuk memberikan donasi secara maksimal untuk misi kemanusiaan penanggulangan Covid-19, misalnya untuk optimalisasi kelengkapan alat pelindung diri (APD) dan alat-alat kesehatan lainnya yang mendesak yang diperlukan bagi para dokter dan perawat sebagai garda terdepan dalam menolong pasien yang terindikasi terpapar Covid-19.

Ketiga, mengimbau dan meminta pada semua lembaga ziswaf seperti Baznas (pusat sampai daerah) maupun laznas dan organisasi lainnya untuk meningkatkan dan menguatkan donasi bagi yang membutuhkan pertolongan, termasuk kaum dhuafa yang menggantungkan hidupnya pada sumber pendapatan harian, melalui berbagai program yang mampu menjamin keberlanjutan masa depan hidup mereka.

Keempat, mengimbau segenap kaum Muslimin untuk mengikuti petunjuk Fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Ibadah Dalam Situasi Terjadi Wabah Covid-19, Fatwa MUI Nomor 17 tentang Pedoman Kaifiat Shalat Bagi Tenaga Kesehatan Yang Memakai Alat Pelindung Diri (APD) Saat Merawat dan Menangani Pasien Covid-19, dan Fatwa MUI Nomor 18 Tahun 2020 tentang Pedoman Pengurusan Jenazah (Tajhiz al-Janaiz) Muslim yang Terinfeksi Covid-19.

Bagi masyarakat, tidak sepantasnya menolak penguburan jenazah yang terinfeksi Covid-19 ini. Karena kematian itu adalah takdir dan ketentuan dari Allah SWT. Kematian dari Covid-19 bukanlah suatu aib, tapi lagi-lagi adalah ketentuan dari Allah SWT. Kaum Muslimin diwajibkan menghormati jenazah seseorang, sama dengan menghormatinya ketika masih hidup.

photo
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kiri) meninjau Prosesi pemakaman Jenazah pasien Covid-19, di TPU Cikadut, Kota Bandung, Rabu (8/4). - (Humas Pemprov Jawa Barat)

Kelima, ormas Islam serta elemen lainnya hendaknya menyampaikan edukasi kepada umat dan jamaahnya dalam menyikapi penyebaran Covid-19 sebagai pandemi global secara serius, tenang, tetapi tetap penuh waspada serta memberi kepercayaan penuh kepada pemerintah dalam penanganannya secara total dan komprehensif meliputi aspek pencegahan, penyembuhan, atau pengobatan melalui Gugus Tugas Penanganan Covid-19.

Keenam, di samping disiplin dalam menerapkan ikhtiar rasional-humanis, hendaknya semua pihak selalu menjaga optimisme bahwa Indonesia dan dunia insya Allah akan mampu keluar dari pandemi global yang telah nyata berimbas kepada krisis ekonomi dan krisis sosial lainnya. Kaum Muslimin hendaknya terus meningkatkan ikhtiar ruhaniah, seperti rajin beribadah, melantunkan doa, wirid, zikir, dan membaca Qunut Nazilah dalam setiap shalat.

Semoga Allah SWT senantiasa menganugerahkan rahmat dan pertolongan-Nya kepada kita semua sehingga kita semua berhasil keluar dari ujian ini dengan ridha dan pertolongan Allah SWT.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab. n

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat