Petugas saat melayani nasabah di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (23/3). | Putra M. Akbar/Republika

Ekonomi

Industri Perbankan Masih Stabil?

 

 

JAKARTA — Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menjamin secara umum kondisi perbankan masih stabil di tengah penyebaran virus korona. Hal ini terlihat dari beberapa indikator industri perbankan per Februari 2020.

 

Sekretaris LPS Muhammad Yusron mengatakan, pihaknya mengklarifikasi sejumlah pemberitaan yang menyebut delapan bank berpotensi gagal.

 

“Sehubungan dengan munculnya berita-berita terdapat delapan bank yang berpotensi gagal, kami ingin menegaskan bahwa berita tersebut tidak benar,” katanya dalam keterangan tulis di Jakarta, Jumat (10/4).

 

Yusron merinci beberapa indikator kestabilan industri perbankan per Februari 2020 diantaranya tingkat permodalan perbankan mencapai 22,27 persen dan kondisi likuiditas relatif cukup dengan //Loan to Deposit Ratio// (LDR) mencapai 91,76 persen. “Beberapa bank memiliki LDR lebih rendah terutama BUKU 1 dan BUKU 2 yang berada level 81 persen hingga 82 persen,” ujar Yusron.

 

Kemudian indikator lainnya risiko kredit bermasalah (NPL gross) terpantau stabil level 2,79 persen dengan ROA 2,46 persen. Selain itu, simpanan juga masih menunjukkan pertumbuhan year on year (yoy) sebesar 9,79 persen dan tren rata-rata suku bunga simpanan industri perbankan yang masih turun menjadi 5,50 persen.

 

“LPS secara berkala membuat skenario yang bertujuan menguji kecukupan dana LPS dalam melaksanakan fungsinya menjamin simpanan nasabah dan resolusi bank,” kata Yusron.

 

Pada situasi normal, skenario yang digunakan LPS adalah menangani satu bank kecil, satu bank menengah besar, dan lima BPR. Dalam situasi tidak normal, kemampuan pendanaan LPS dewasa ini mampu menangani empat sampai lima bank kecil dan sebagian bank menengah.

 

Hal pendanaan LPS tidak mencukupi, berdasarkan Pasal 20 ayat (1) huruf b jo. Pasal 24 ayat (1) Perpu Nomor 1 Tahun 2020, LPS dapat melakukan/menerima penjualan/repo SBN yang dimiliki LPS kepada Bank Indonesia, penerbitan surat utang, pinjaman kepada pihak lain, dan/atau pinjaman kepada pemerintah.

 

Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistiran Adhinegara menambahkan saat ini masalah yang dihadapi industri perbankan terkait penangguhan cicilan kredit. Sebab, teknis di lapangan dengan pernyataan pemerintah banyak yang tidak sinkron.

photo
Nasabah membaca brosur ketika melakukan transaksi melalui ATM Bank BRI Syariah Jakarta,Ahad (5/1). - (Republika/Prayogi)

 

“Wajar debitur dan manajer bank atau leasing juga kebingungan. Selain itu dalam kondisi seperti sekarang hrusnya OJK bebaskan semua iuran bagi bank yang tertekan,” ucapnya.

 

Bhima pun menyoroti beberapa indikator industri perbankan yang harus diwaspadai, seperti penurunan pertumbuhan kredit bergerak sangat cepat, per Februari 2020 pertumbuhan kredit total tercatat 5,5 persen. Adapun tingkat pertumbuhan kredit konsumsi anjlok cukup dalam sebesar 6,1 persen.

 

Dari sisi kredit investasi juga mulai melandai ke level 10 persen dan kredit modal kerja turun tajam ke level 2,6 persen secara year on year (yoy). Artinya beragam indikator perbankan tersebut menunjukkan adanya pelemahan tajam dibanding 2019.

 

Per Februari 2019 pertumbuhan kredit sebesar 12 persen yoy dan kredit investasi kala itu masih cukup positif sebesar 13,4 persen dan kredit konsumsi tumbuh 9,5 persen.

 

Jika melihat dari sisi perbankan, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk akan merevisi target pertumbuhan kredit yang sebelumnya sebesar delapan persen hingga 10 persen. Adapun revisi tersebut akan masuk ke dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) pada tahun ini.

 

Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan perseroan akan merevisi kredit seiring dengan kondisi pertumbuhan ekonomi akibat virus korona. “Kalau pertumbuhan kredit tentu kami akan revisi ke depan. Kami melihat kondisi saat ini,” ujarnya. n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat