Karyawan melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (24/2). | Prayogi/Republika

Perencanaan

Menimbang Urgensi Berinvestasi Kala Pandemi

Dana darurat adalah sesuatu yang harus dipersiapkan meski tidak ada pandemi.

Pandemi Covid-19 tak hanya memukul sektor kesehatan. Virus yang bermula datang dari Wuhan, Cina, ini juga menyerang dari sisi ekonomi.

 

"(Dalam situasi pandemi) saat ini, perekonomian bergerak lambat dan bursa juga masih dalam tren menurun," ujar perencana keuangan dari Tatadana Consulting, Diana Sandjaja CFP, kepada Republika, beberapa waktu lalu.

 

Sebagian orang mungkin bertanya, apakah tetap perlu berinvestasi di tengah kondisi yang tak menentu seperti sekarang. Orang-orang yang penghasilannya tidak terlalu terdampak oleh pandemi pada dasarnya tetap bisa melanjutkan berinvestasi.

 

Jenis investasi yang bisa tetap dilanjutkan pada situasi pandemi seperti ini adalah investasi jangka panjang. "Instrumen saham dan reksadana saat ini cocok bila ingin averaging investasi," kata Diana.

 

Diana menyebut, masa pandemi ini bukan waktu yang tepat untuk menambah aset dalam bentuk emas. Alasannya, saat ini, harga emas sedang naik cukup signifikan. Diana menyarankan, rencana untuk menambah aset dalam bentuk emas sebaiknya ditunda sampai harga lebih stabil.

 

Di sisi lain, Diana menilai, momen ini merupakan saat yang tepat untuk menjual atau menggadaikan emas. Hal ini dikarenakan ada peluang yang lebih baik untuk bisa mendapatkan harga penawaran yang menarik. "Saat ini bisa mendapat harga penawaran yang cukup baik," kata Diana.

 

Dia menjelaskan, besaran pendapatan yang ideal untuk dialokasikan menjadi investasi adalah 10 persen. Namun, pada masa pandemi saat ini, investasi sebaiknya dilakukan apabila seseorang sudah memiliki dana darurat yang cukup. Dalam situasi seperti ini, memiliki dana darurat yang cukup sangat diperlukan.

 

Dana darurat sebaiknya dikumpulkan dalam bentuk instrumen likuid, yaitu yang mudah dicairkan ketika seseorang dalam kondisi membutuhkan uang. Menurut Co-founder sekaligus Vice-CEO Jouska Indonesia, Farah Dini Novita, dana darurat adalah sesuatu yang harus dipersiapkan, meski tidak ada pandemi.

 

Ironisnya, sebagian orang tak memandang dana darurat sebagai sesuatu yang penting dan prioritas. Pada akhirnya mereka kebingungan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari ketika situasi darurat terjadi dan pemasukan terhambat.

 

Sebagian orang mungkin tak memiliki dana darurat karena sama sekali tidak bisa menabung. Ada juga yang lebih senang memutar uang dalam investasi berisiko tinggi. Investasi berisiko tinggi lebih diminati karena bisa mendatangkan keuntungan lebih besar dibandingkan sekadar menabung atau menyimpan deposito untuk dana darurat.

 

Besaran dana darurat dipengaruhi oleh beragam hal, seperti status pernikahan, jenis pekerjaan, hingga ada atau tidaknya anak.

 

Untuk mengetahui besaran dana darurat, hitung terlebih dulu berapa jumlah pengeluaran yang dibutuhkan setiap bulan. Pada situasi sekarang seseorang idealnya memiliki dana darurat dengan besaran yang dapat membiayai pengeluaran bulanan selama 12 bulan ke depan.

 

"Kita harus sisihkan (pendapatan) setiap bulan untuk nabung si dana darurat ini, jadi jangan sampai investasi dulu, beli saham dulu, beli ini dulu, tapi dana daruratnya ngga (dipersiapkan)," ujar Farah.

 

Dana darurat perlu disimpan dalam akun tabungan atau deposito yang terpisah dengan akun untuk pengeluaran sehari-hari. Ini perlu dilakukan agar pemilik tabungan tak tergoda membelanjakan dana darurat tersebut untuk keperluan lain. Dana tersebut hanya diperuntukkan untuk kondisi darurat dan tak terduga. n

 

Percantik Diri Sambil Berinvestasi

 

Perhiasan dari logam mulia mampu mempercantik penampilan sekaligus menjadi instrumen investasi. Logam mulia dinilai memiliki nilai yang meningkat dari waktu ke waktu.

 

Salah satu produsen dan penyedia perhiasan emas terintegrasi Indonesia, PT Hartadinata Abadi Tbk (Hartadinata), meluncurkan tema koleksi perhiasan 2020 bertajuk "Journey of Love", beberapa waktu lalu. Peluncuran ini sekaligus memperkenalkan Logam Mulia Hartadinata sebagai produk terbaru yang tersedia di toko-toko emas mitra mulai 2020.

 

Hartadinata juga meluncurkan logam mulia Hartadinata pecahan kecil. Menurut Chief Executive Officer Hartadinata Abadi, Sandra Sunanto, peluncuran logam mulia ini dapat menjadi alternatif investasi dalam perencanaan keuangan oleh masyarakat Indonesia, terutama ibu-ibu muda milenial.

 

"Dengan pecahan 0,1 gram, 0,25 gram, 0,5 gram, dan satu gram, ibu-ibu muda dapat mulai menabung dan berinvestasi emas dengan harga yang terjangkau serta dapat disesuaikan dengan kemampuan anggaran masing-masing," kata dia.

 

Platform Lakuemas memperkenalkan inovasi dalam melakukan investasi dan transaksi melalui fitur Laku Tukar. Ini menjadi sebuah fitur yang menghadirkan pengalaman modern dalam berbelanja perhiasan.

 

Melalui fitur ini, pengguna layanan aplikasi dapat mewujudkan keinginannya untuk menabung dan mendapatkan perhiasan idaman dengan mudah. Melalui Lakuemas, pengguna dapat menukarkan saldo emas di toko emas mitra Lakuemas dengan perhiasan emas yang diinginkan.

 

Junior Sambyanto, Business Development Director Lakuemas, mengatakan, beberapa kali fluktuasi emas menembus level tertinggi pada 2020. Sampai saat ini, diprediksikan nilai emas akan terus meroket.

 

"Melalui aplikasi kami, Lakuemas hadir dengan fitur Laku Tukar yang mengakomodasi pembeli emas untuk mendapatkan kemudahan dalam berinvestasi perhiasan," kata Junior.

 

Permintaan masyarakat untuk perhiasan emas dapat digolongkan stabil dan cenderung meningkat setiap tahunnya. Pergerakan permintaan masyarakat Indonesia akan perhiasan emas sangat dipengaruhi dengan tren dan juga model yang dihadirkan. n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat