Kapal Madleen, sebelum berlayar ke Gaza bersama aktivis Freedom Flotilla Coalition, berangkat dari pelabuhan Sisilia di Catania, Italia, Ahad, 1 Juni 2025. | AP Photo/Salvatore Cavalli

Internasional

Israel Bajak Kapal Madleen, Culik Aktivis

Pasukan elite Israel kepung dan naiki Madleen.

GAZA – Pasukan Israel menghentikan kapal bantuan yang menuju Gaza dan menculik Greta Thunberg serta aktivis lainnya yang berada di kapal tersebut pada Senin pagi. Tindakan itu menegakkan blokade yang telah lama dilakukan terhadap wilayah Palestina yang telah diperketat selama genosida belakangan.

Para aktivis tersebut berangkat untuk memprotes kampanye militer Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, yang merupakan salah satu yang paling mematikan dan paling merusak sejak Perang Dunia II, dan pembatasan masuknya bantuan kemanusiaan, yang keduanya telah menempatkan wilayah berpenduduk sekitar 2 juta warga Palestina dalam risiko kelaparan.

Koalisi Freedom Flotilla, yang mengorganisir pelayaran tersebut, mengatakan para aktivis tersebut “diculik oleh pasukan Israel” ketika mencoba mengirimkan bantuan yang sangat dibutuhkan ke wilayah tersebut.

“Kapal itu ditumpangi secara tidak sah, awak sipil yang tidak bersenjata diculik, dan muatan yang menyelamatkan jiwa – termasuk susu formula bayi, makanan dan persediaan medis – disita,” katanya dalam sebuah pernyataan dilansir the Associated Press.

Kementerian Luar Negeri Israel menyebut pelayaran tersebut sebagai aksi hubungan masyarakat, dengan mengatakan dalam sebuah postingan di X bahwa “’kapal pesiar selfie’ milik para ‘selebriti’ dengan aman menuju ke pantai Israel.”

photo
Kapal Madleen, sebelum berlayar ke Gaza bersama aktivis Freedom Flotilla Coalition, berangkat dari pelabuhan Sisilia di Catania, Italia, Ahad, 1 Juni 2025. - (AP Photo/Salvatore Cavalli)

Dikatakan bahwa para penumpang akan kembali ke negara asal mereka dan bantuan akan dikirim ke Gaza melalui saluran yang sudah ada. Kemudian beredar rekaman yang menunjukkan personel militer Israel membagikan roti lapis dan air kepada para aktivis, yang mengenakan rompi pelampung berwarna oranye.

Thunberg, seorang aktivis iklim, termasuk di antara 12 aktivis di kapal Madleen, yang berlayar dari Sisilia seminggu lalu. Dalam perjalanannya, kapal tersebut berhenti pada hari Kamis untuk menyelamatkan empat migran yang melompat ke laut agar tidak ditahan oleh penjaga pantai Libya.

Aktivis Greta Thunberg telah membagikan rekaman video yang meminta bantuan internasional. “Nama saya Greta Thunberg, dan saya dari Swedia,” kata Thunberg dalam video yang direkam di kapal Madleen, sebelum kejadian kemarin malam.

“Jika Anda melihat video ini, kami dicegat dan diculik di perairan internasional oleh pasukan pendudukan Israel, atau kekuatan yang mendukung Israel,” katanya. “Saya mendesak semua teman, keluarga, dan kawan-kawan saya untuk menekan pemerintah Swedia agar membebaskan saya dan orang lain sesegera mungkin.”

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Republika Online (republikaonline)

Rima Hassan, seorang anggota Parlemen Eropa asal Prancis yang merupakan keturunan Palestina, juga termasuk di antara sukarelawan yang ikut dalam kapal tersebut. Dia dilarang memasuki Israel karena penolakannya terhadap kebijakan Israel terhadap Palestina.

Setelah blokade total selama dua setengah bulan yang bertujuan untuk menekan Hamas, Israel mulai mengizinkan sejumlah bantuan dasar ke Gaza bulan lalu, namun para pekerja kemanusiaan dan para ahli telah memperingatkan akan terjadinya kelaparan kecuali blokade tersebut dicabut dan Israel mengakhiri serangan militernya.

Upaya Freedom Flotilla bulan lalu untuk mencapai Gaza melalui laut gagal setelah kapal kelompok lainnya diserang oleh dua drone saat berlayar di perairan internasional di lepas pantai Malta. Kelompok tersebut menyalahkan Israel atas serangan yang merusak bagian depan kapal tersebut.

Israel dan Mesir telah memberlakukan berbagai tingkat blokade di Gaza sejak Hamas merebut kekuasaan dari pasukan Palestina yang bersaing pada tahun 2007. Israel mengatakan blokade tersebut diperlukan untuk mencegah Hamas mengimpor senjata, sementara para kritikus mengatakan hal itu sama dengan hukuman kolektif terhadap penduduk Palestina di Gaza.

Israel menutup Gaza dari semua bantuan pada hari-hari awal perang yang dipicu oleh serangan pejuang terhadap Israel selatan pada 7 Oktober 2023, namun kemudian mengalah di bawah tekanan AS. Pada awal Maret, tak lama sebelum Israel mengakhiri gencatan senjata dengan Hamas, negara tersebut kembali memblokir semua impor, termasuk makanan, bahan bakar, dan obat-obatan.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Republika Online (republikaonline)

Kampanye militer Israel telah menewaskan lebih dari 54.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang mengatakan perempuan dan anak-anak merupakan korban terbanyak. Tidak disebutkan apakah mereka yang tewas adalah warga sipil atau kombatan.

Perang telah menghancurkan wilayah yang luas di Gaza dan membuat sekitar 90 persen penduduk wilayah tersebut mengungsi, membuat masyarakat di sana hampir sepenuhnya bergantung pada bantuan internasional.

Upaya untuk menengahi gencatan senjata lainnya menemui jalan buntu selama berbulan-bulan. Hamas mengatakan mereka hanya akan melepaskan sandera yang tersisa sebagai imbalan atas gencatan senjata abadi dan penarikan pasukan Israel, sementara Israel telah berjanji untuk melanjutkan perang sampai semua tawanan dikembalikan dan Hamas dikalahkan atau dilucuti senjatanya dan diasingkan.

Pasukan Israel telah berulang kali menembaki warga Palestina yang mencari bantuan di Gaza setelah mengizinkan sejumlah makanan kembali ke jalur tersebut setelah blokade total terlama yang pernah mereka lakukan. Puluhan orang syahid ketika mencoba mencapai lokasi distribusi bantuan, termasuk setidaknya 13 warga Palestina pada hari Ahad saja.

Sebelum penangkapan kemarin, kapal kemanusiaan Madleen yang bergerak kian dekat ke Gaza dilaporkan diputus komunikasinya oleh pasukan Israel. Mereka juga disemprot bahan kimia oleh drone-drone Israel yang mengepung. 

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Republika Online (republikaonline)

Berbicara kepada Aljazirah dari atas kapal Madleen, Yasemin Acar, mengatakan bahwa empat kapal mendekati kapal tersebut dan dua lainnya masih berada di dekatnya. “Kami sangat dekat dengan Gaza, sekitar 100 mil jauhnya,” tambah aktivis Jerman itu. 

“Kami membunyikan alarm karena kami melihat empat kapal mendekati kami secara bersamaan, dua diantaranya memiliki lampu biru,” katanya. “Kami tiba-tiba melihat banyak cahaya di sekitar kami,” tambahnya. 

Acar mengatakan dua perahu datang sedekat 200 meter dari Madleen sebelum berangkat, sementara dua kapal lainnya tetap berada di dekatnya. “Dua di antaranya masih tepat di depan saya, berhenti begitu saja,” ujarnya. 

“Kami punya alasan untuk percaya bahwa ini adalah perang psikologis,” tambahnya. “Itu hanyalah cara untuk mengintimidasi kami dan cara untuk membuat kami berbalik dan tidak mencoba menentang blokade ilegal di Gaza.”

photo
Terpenjara di Gaza - (Republika)

Tak lama kemudian, para awak kapal Madleen terpaksa berlindung ketika dua drone melayang di atas mereka, kata pelapor khusus PBB Francesca Albanese. "Dua drone di atas Madleen. Mereka bilang itu quadcopter, yang berbahaya. TIM BERLINDUNG," tulis Albanese di X.

Armada Kebebasan Gaza mengatakan bahwa quadcopter telah mengepung Madleen dan “menyemprotnya dengan zat seperti cat putih”. “Komunikasi macet dan suara-suara mengganggu diputar melalui radio,” kata armada itu dalam sebuah postingan di Instagram.

Huwaida Arraf, salah satu pendiri Gerakan Solidaritas Internasional, yang mendukung Armada Kebebasan Gaza mengiyakan hal tersebut. “Beberapa saat yang lalu, komunikasi sepertinya terputus,” kata Arraf kepada Aljazirah dari Sisilia. “Jadi, kami kehilangan semua kontak dengan rekan-rekan kami di Madleen.” "Sebelumnya, kami tahu ada dua drone yang melayang di atasnya dan menjatuhkan sejenis bahan kimia ke kapal. Kami tidak tahu bahan kimia apa itu," katanya. 

"Beberapa orang melaporkan bahwa mata mereka seperti terbakar. Sebelumnya, mereka juga didekati oleh kapal dengan cara yang sangat mengancam." Jadi setidaknya selama satu setengah jam terakhir, mereka telah diancam oleh pasukan Israel.” 

“Yang terakhir kami lihat, kami dapat mendengar kabar dari mereka, mereka dikepung… oleh pasukan komando angkatan laut Israel dan sepertinya pasukan komando akan mengambil alih kapal tersebut.”

Sumeyra Mittelmeer, istri aktivis Turki Suayb Ordu dan sesama aktivis, berbicara kepada Aljazirah setelah kontak dengan Madleen terputus. “Kami sedang menelepon, dan saya mendengar alarmnya,” katanya. “Mereka sedang mempersiapkan jaket pelampung… kemudian sambungan terputus, dan saya mengikuti Aljazirah untuk mendapatkan informasi terbaru.

"Saya hanya ingin mereka pulang dengan selamat. Impian saya adalah mereka bisa mencapai Gaza, tapi meskipun mereka tidak berhasil, saya akan bersama mereka dengan segenap keberadaan saya."

Dia menyimpulkan dengan mengatakan bahwa kemunduran seperti itu tidak akan menghentikan kerja para aktivis yang bekerja untuk membantu rakyat Palestina, dan mereka akan mencobanya lagi dan lagi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Di Tengah Kelaparan di Gaza, Israel Lancarkan Pembantaian Total

Israel tembaki pencari makanan dan air bersih di Gaza.

SELENGKAPNYA

Idul Adha, Bom Terus Berjatuhan di Jalur Gaza

Sebanyak 52 warga Gaza syahid pada hari Idul Adha akibat dibom Israel.

SELENGKAPNYA

Terus Veto Resolusi Gaza, Amerika Dikecam

Pada Rabu AS kembali memveto resolusi DK PBB untuk gencatan senjata di Gaza.

SELENGKAPNYA