Kegiatan simposium nasional Sumitronomics dan Arah Ekonomi Indonesia, di Jakarta, Selasa (3/6/2025). | Istimewa

Ekonomi

Sumitronomics dan Tantangan Ekonomi Global

Salah satu gagasan utama Sumitro adalah ekonomi kerakyatan

JAKARTA — Ketegangan geopolitik dan perang dagang global menggeser perekonomian dunia dari kapitalisme dan sosialisme ke era baru yang disebut “ekonomi penuh ambisi” (the age of ambition). Di tengah ketidakpastian tersebut, sejumlah pemikiran ekonom senior Indonesia, Prof. Sumitro Djojohadikusumo, kembali mendapat sorotan karena dinilai tetap relevan sebagai rujukan kebijakan ekonomi nasional.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Prof. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, menyebut konsep-konsep ekonomi Sumitro masih bisa menjadi pegangan untuk merespons situasi global yang tak menentu.

“Sebagai solusinya, berbagai pemikiran begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo masih relevan membantu Indonesia bertahan di tengah ketidakpastian. Dorodjatun menyebut Sumitro merupakan salah satu dari tiga orang yang layak disebut sebagai begawan ekonomi Indonesia dan bisa diteladani pemikiran-pemikirannya hingga kini,” ujar Dorodjatun saat menjadi pembicara kunci dalam Simposium Nasional “Sumitronomics dan Arah Ekonomi Indonesia” di Jakarta, Selasa (3/6/2025).

Sumitro Djojohadikusumo merupakan salah satu perancang utama fondasi ekonomi Indonesia pascakemerdekaan. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Menteri Keuangan di masa awal Republik, serta dikenal luas atas kontribusinya dalam membangun basis industri nasional dan menekankan pentingnya intervensi negara dalam perekonomian.

Salah satu gagasan utamanya adalah ekonomi kerakyatan, yaitu model pembangunan yang menempatkan kesejahteraan rakyat sebagai pusat, bukan sekadar pertumbuhan angka makro.

Ia juga memperjuangkan industri substitusi impor sebagai strategi untuk memperkuat kemandirian ekonomi nasional. Dalam pandangannya, pembangunan ekonomi tak cukup hanya berdasarkan teori pasar bebas, melainkan juga membutuhkan perencanaan dan proteksi terhadap sektor strategis.

Dorodjatun menambahkan, pemikiran Sumitro memiliki kerangka yang utuh—dari filosofi, visi, dan misi, hingga teori dan kebijakan yang konkret.

Ia menilai ekonomi kerakyatan yang diperjuangkan Sumitro masih terus diupayakan hingga hari ini, meski dihadapkan pada tantangan struktural dan dinamika global.

Dekan FEB UI, Teguh Dartanto, menilai warisan pemikiran Sumitro terus menunjukkan relevansinya, terutama dalam agenda hilirisasi sumber daya alam dan kebijakan proteksionisme terukur yang kini dijalankan pemerintah.

“Perlu ada ketulusan untuk menggali pemikiran-pemikiran Sumitro untuk menemukan solusi nyata bagi kondisi perekonomian saat ini, sebagai modal di masa depan,” kata Teguh.

CEO dan Co-founder Katadata, Metta Dharmasaputra, menyebut simposium ini digelar untuk membuka ruang diskusi terhadap arah kebijakan Presiden Prabowo Subianto, yang disebut-sebut banyak terinspirasi oleh pemikiran Sumitro, ayahnya.

Simposium ini juga menjadi bagian dari upaya mendorong dialog lintas generasi mengenai arah ekonomi Indonesia. Melalui pendekatan historis dan analisis kebijakan, pemikiran Sumitro dinilai dapat menjadi bahan refleksi dalam merancang langkah-langkah pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat