
Internasional
Tanda Tanya Palestina di Kunjungan Trump
Kunjungan Trump ke Timur Tengah digadang-gadang jadi kesempatan pembebasan Palestina.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat Donald Trump bakal mengunjungi Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab pekan ini. Kunjungan tersebut diwarnai kemungkinan negara-negara Teluk itu menekan Trump soal status Palestina.
Lembaga penyiaran publik Israel Kan melansir pada Senin, selama kunjungan Trump ke Saudi akhir pekan ini, Riyadh akan mencoba mengajaknya ikut serta dalam paket kesepakatan regional yang mencakup pembentukan negara Palestina.
Ada tawaran soal Palestina yang didemiliterisasi, mengakhiri perang di Gaza sembari membubarkan Hamas, dan normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Arab. Media tersebut mengutip seorang pejabat keluarga kerajaan Saudi yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan ada banyak optimisme di Riyadh bahwa Trump akan terbujuk untuk mendukung kesepakatan tersebut.
Pejabat tersebut mengatakan bahwa beberapa rincian masih dapat diubah, namun pembentukan negara Palestina dan penghentian perang adalah komponen yang tidak dapat dinegosiasikan.
Presiden Trump mengatakan dia akan segera mengumumkan berita paling penting dan berpengaruh sepanjang masa. Hal ini disampaikan seturut meruaknya rumor bahwa AS akan segera mengakui kedaulatan negara Palestina.

Presiden AS menyatakan bahwa ia akan membuat pengumuman "sangat penting" mengenai kawasan tersebut sebelum lawatannya ke Timur Tengah, yang dimulai pada 13 Mei, tanpa memberikan indikasi apapun mengenai sifat kawasan tersebut.
Belum diketahui apakah pengumuman Trump tersebut berkaitan dengan perang Israel di Jalur Gaza dan perundingan yang telah berlangsung selama beberapa hari terakhir antara Hamas dan pemerintahannya, atau berkaitan dengan isu lain.
Meski begitu, pertemuan Trump dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman di Riyadh pada Selasa juga akan dihadiri oleh Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, Presiden Lebanon Joseph Aoun dan pemimpin de facto Suriah, Ahmed al-Sharaa, media Arab melaporkan. Mengutip sumber informasi yang menolak disebutkan namanya, surat kabar Palestina Al-Quds mengatakan Pangeran Saudi “menantikan persetujuan Trump terhadap syarat Saudi dalam mendirikan negara Palestina.”
Sementara kepemimpinan Palestina mendahului kunjungan Trump ke tiga negara Teluk minggu ini. Wakil Presiden Palestina Hussein al-Sheikh, melakukan kunjungan yang dimulai di Arab Saudi, kemudian berlanjut ke Mesir dan Qatar, dan berakhir di Yordania.
Selama kunjungannya, Syekh menegaskan kembali bahwa prioritas kepemimpinan Palestina dan tindakannya pada tahap ini adalah "menghentikan perang, memberikan bantuan segera, dan membebaskan sandera dan tahanan."
Dalam postingan di akun X-nya di awal turnya, ia menegaskan bahwa "kita kemudian akan beralih ke fase baru yang mengarah pada penarikan Israel dari Jalur Gaza dan memasuki proses politik komprehensif berdasarkan legitimasi internasional dan penerapan solusi dua negara."
Trump telah mengatakan pada Februari bahwa Arab Saudi tidak lagi menuntut pembentukan negara Palestina sebagai syarat untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, sebuah pernyataan yang pada saat itu memicu penolakan keras dari Saudi. Menurut sumber yang dikutip oleh Al-Quds, Trump telah menyetujui permintaan bin Salman untuk menyertakan para pemimpin Arab lainnya dalam pertemuan tersebut, yang akan dilakukan pada awal kunjungan Trump ke Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab antara 13 dan 16 Mei.
Trump tidak akan mengunjungi Israel, yang pemerintahannya menuduh Abbas dan Sharaa mendukung terorisme. Presiden AS memperkirakan sebelum kunjungannya bahwa normalisasi Saudi-Israel akan terjadi “dengan sangat cepat,” namun sementara itu, ia dilaporkan membatalkan normalisasi dengan Israel sebagai syarat kemajuan dalam program nuklir sipil Arab Saudi.
Pada Sabtu dilaporkan bahwa Trump akan mengumumkan pengakuan AS atas negara Palestina, namun utusan Washington untuk Israel Mike Huckabee menolak laporan tersebut dan menyebutnya sebagai “omong kosong.”
Normalisasi Israel-Saudi tampaknya sudah dekat sebelum serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang memulai perang di Gaza. Dua menteri Israel melakukan kunjungan kenegaraan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke kerajaan gurun pasir tersebut dalam beberapa minggu sebelum serangan mengejutkan yang memicu perang di Gaza. Namun prospek normalisasi memudar ketika sentimen anti-Israel mencapai puncaknya di dunia Muslim di tengah perang.
Trump pada masa jabatan pertamanya juga mengusulkan solusi terhadap konflik Israel-Palestina yang akan membuat negara Palestina terpenggal dan berdiri di beberapa bagian Tepi Barat, Gaza, dan Gurun Negev. Rencana tersebut ditolak mentah-mentah oleh Otoritas Palestina dan mitra koalisi propemukim Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dia mendengar di media bahwa dia akan memutuskan hubungan dengan Presiden AS Donald Trump, namun duta besar AS untuk Israel membantah laporan tersebut. Netanyahu menambahkan dalam sesi tanya jawab di hadapan Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Knesset bahwa dia dan Trump berbicara setiap beberapa hari.
Netanyahu menekankan bahwa dia tidak yakin Trump akan membahas negara Palestina, dan setiap pembicaraan mengenai keretakan antara Netanyahu dan Trump bermotif politik. Netanyahu mengatakan dia tidak meminta izin untuk menyerang Houthi, atau rencana perangnya di Gaza, dan menegaskan bahwa Amerika secara sukarela melakukan intervensi terhadap Houthi dan mengatakan mereka akan pergi ketika situasi berhenti.
Di sisi lain, Israel Ziv, mantan kepala Divisi Operasi militer Israel, mengatakan bahwa Tel Aviv sedang bertransformasi dari aset menjadi beban bagi Amerika Serikat. Ia menyatakan bahwa Trump mungkin memaksa Netanyahu untuk mengakhiri perang di Gaza atau bergerak menuju deklarasi negara Palestina.

Netanyahu membawa kita ke dalam perang tanpa akhir karena krisis politiknya,” tambah Ziv. NBC News mengutip para pejabat AS dan diplomat Timur Tengah yang mengatakan bahwa hubungan antara Trump dan Netanyahu menjadi tegang dalam beberapa pekan terakhir, dengan meningkatnya ketegangan akibat tantangan terkait Gaza dan Iran.
Jaringan tersebut mengutip para pejabat AS yang mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Ron Dermer menyampaikan ketidaksenangan Netanyahu kepada utusan AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff dalam pertemuan Gedung Putih pada Kamis, dan bahwa Trump telah membuat pernyataan publik yang membuat Netanyahu kesal dua kali dalam seminggu terakhir saja.
Netanyahu kecewa dengan pernyataan Trump yang belum memutuskan apakah akan mengizinkan Iran memperkaya uranium. Netanyahu juga merasa frustasi selama berminggu-minggu karena penolakan Trump untuk mendukung serangan terhadap fasilitas nuklir Iran dan terkejut dengan pengumuman presiden AS bahwa ia akan setuju untuk melakukan pembicaraan langsung dengan Teheran.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Menimbang Peluang Trump Mengakui Palestina
Pengumuman Trump disebut akan memicu gelombang kejut di Timur Tengah.
SELENGKAPNYASeorang Anak Palestina Syahid Setiap 40 Menit
Sejak 2 Maret, Israel menutup seluruh jalur penyeberangan ke Gaza bagi bantuan kemanusiaan.
SELENGKAPNYARakyat dan Pejuang Palestina Lawan Pencaplokan Gaza
Netanyahu menyatakan akan mengusir warga Gaza.
SELENGKAPNYA