|

Kabar Utama

Empati dan Itsar

Oleh Sigit Indrijono

 “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (QS al-Maidah [5]: 2).

Sesuai fitrah, manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Maka, manusia secara mutlak membutuhkan interaksi sehingga terjadi sosialisasi, tolong-menolong, dan saling melengkapi sesuai kemampuan yang ada pada tiap individu.

Kebanyakan orang lebih cenderung bersikap egoistis, mementingkan diri sendiri, mengabaikan kepentingan orang lain, dan tidak atau kurang peduli terhadap orang lain. Untuk menghilangkan sifat egoistis diperlukan suatu ikhtiar, yaitu dengan menumbuhkan empati. Dengan empati, kita bisa saling memahami yang dirasakan oleh orang lain. 

Rasulullah SAW, panutan kita, mempunyai empati yang dalam terhadap orang lain, seperti yang tergambar dalam ayat berikut ini. "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (QS at-Taubah [9]: 128).

Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda, ''Seorang Muslim bersaudara dengan sesama Muslim lainnya, tidak boleh menganiaya dan tidak boleh dibiarkan dianiaya oleh orang lain. Dan barang siapa yang menyampaikan hajat saudaranya, niscaya Allah akan menyampaikan hajatnya. Dan barang siapa membebaskan kesukaran seorang Muslim di dunia, niscaya Allah akan membebaskan kesukarannya di hari kiamat. Dan barang siapa yang menutupi kejelekan seorang Muslim, niscaya Allah akan menutup kejelekannya pada hari kiamat.'' (HR Bukhari Muslim).

Hadis tersebut menekankan pentingnya empati dengan memahami permasalahan yang dihadapi orang lain dan kepedulian terhadap kesulitan orang lain, dan Allah akan memberikan ganjaran pahala. ”Dan orang-orang (ansar) yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (muhajirin); dan mereka mengutamakan (muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan .... ” (QS al-Hasyr [59]: 9).

Ayat di atas menunjukkan sikap itsar, akhlak yang sangat mulia. Itsar mempunyai makna mendahulukan atau mengutamakan, sedangkan dari sisi istilah berarti mendahulukan orang lain daripada diri sendiri. Orang yang bersikap itsar akan mengorbankan kepentingan diri sendiri dengan mengutamakan kepentingan orang lain.

Dalam situasi dan kondisi berat dan sulit yang dialami banyak orang sebagai dampak pandemi Covid-19, hendaknya kita mengedepankan sikap empati dan itsar. Perwujudan kepedulian terhadap nasib orang lain dengan mengharap ridha Allah dan senantiasa memohon kepada-Nya agar cobaan ini segera berakhir. Amin. n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat