Petugas mempersiapkan alat medis ventilator di RS Darurat Covid-19 Kompleks Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta, Ahad (22/3). | Thoudy Badai/Republika

X-Kisah

Ikhtiar Pembuatan Ventilator Menalangi Keterbatasan

 

Bukan rahasia, keterbatasan alat kesehatan (alkes) menjadi salah satu kendala penanganan mewabahnya Covid-19 di Indonesia. Alih-alih berdiam diri, sejumlah pihak melakukan upaya-upaya menangani keterbatasan tersebut.

Para ilmuwan di Institut Teknologi Bandung (ITB), misalnya, berkolaborasi dengan Yayasan Pembina Masjid Salman ITB dan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) bekerja sama mengembangkan ventilator portabel Indonesia (Vent-I). Vent-I adalah Ventilator portabel Indonesia yang dikembangkan guna membantu kebutuhan di rumah sakit di tengah wabah Covid-19.

Perwakilan dari LPP Salman ITB, Jim, mengatakan, pada Senin (30/3), tim pengembang Vent-I melakukan presentasi pada video conference via aplikasi Zoom bersama Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin. Presentasi tersebut membahas alat ventilator yang sedang dikembangkan.

Jim mengatakan, tim pengembang sudah membuat purwarupa Vent-I. Tahapan selanjutnya adalah uji klinis oleh tim dari Kementerian Kesehatan. Pihaknya pun menargetkan setelah uji klinis, Vent-I bisa diproduksi secara massal. "(Diproduksi massal) setelah diuji klinis oleh Kemenkes (Kementerian Kesehatan), yang akan ditargetkan pada pekan ini," kata Jim kepada Republika, Senin (30/3).

photo
Sejumlah pengendara bergantian memasuki bilik disinfektan di sebuah kompleks perumahan daerah Bekasi, Jawa Barat, Selasa (31/3/2020). - (Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO)

Vent-I diklaim telah memenuhi fungsi CPAP (continous positive air pressure). Ventilator ini mudah digunakan oleh tenaga medis dokter umum dan perawat sehingga tidak membutuhkan keahlian khusus. Ventilator portabel ini diharapkan menjadi alat bantu yang sangat dibutuhkan pasien Covid-19 untuk mencegah kondisi paru paru pasien memburuk dan sukar bernapas sehingga membutuhkan mesin bantu pernapasan.

Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB yang sekaligus menjadi ketua tim, Syarief Hidayat, menilai, di tengah kondisi pandemi, alat kesehatan berpeluang tidak berfungsi baik. Oleh karena itu, dalam kondisi darurat seperti saat ini, komponen untuk membuat Vent-I diperoleh sesuai dengan yang tersedia di pasar.

Beberapa peralatan yang digunakan untuk membuat Vent-I, antara lain, pompa udara (blower) dan masker debu industri. Masker debu tersebut kemudian dimodifikasi dengan memberi sensor tekanan dan pengontrol bukaan katup.

Ia menargetkan, pada dua pekan pertama sejak hari ini dapat dibuat 100 unit menggunakan komponen yang tersedia di pasar. Penyempurnaan desain prototipe bekerja sama dengan industri. Selain itu, juga akan dibuat dokumen teknis dan petunjuk penggunaan. Pada 14 April 2020, ditargetkan prototipe beta sudah bisa mulai dibuat.

Ia merencanakan, untuk RS Darurat di Wisma Atlet atau rumah sakit rujukan lainnya, akan dibuat sistem yang menggunakan pompa sentral dan tangki penampung udara yang difilter dan oksigen tambahan. Filter tersebut kemudian dibuat agar bisa mendistribusikan oksigen untuk 20 saluran ventilator dengan sistem kontrol individual untuk masing-masing unit.

photo
Sopir dan kernet truk membongkar muat paket sembako bantuan Forum Komunikasi Badan Usaha Milik Negara (FK BUMN) Aceh saat penyerahan di Kantor Dinas Sosial, Banda Aceh, Aceh, Selasa (31/3/2020). - (ANTARA FOTO)

Sebelumnya, Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng Mohammad Faqih menyoroti kebutuhan ventilator bagi rumah sakit (rujukan) pasien korona. Ia berharap pemerintah dapat segera memenuhi kebutuhan tersebut di tengah pandemi korona.

"Di rumah sakit rujukan perawatan Covid memang lagi butuh kamar isolasi dan alat penunjang bantuan napas seperti oksigen dan ventilator," kata Daeng kepada Republika, akhir pekan lalu.,

Sayangnya, Daeng tak memerinci seberapa jauh kebutuhan RS terhadap peralatan tersebut. Kehadiran ventilator bermanfaat sebagai alat penopang pernapasan pasien positif korona.

Menurut dia, tiap-tiap pasien memiliki riwayat medis tersendiri, sebagian mengidap penyakit berbahaya. Alhasil, ketika korona menyerang, kondisi pasien dengan penyakit bawaan kian parah. "Semua berpengaruh. Kondisi imunitas pasien, penyakit penyerta, ketersediaan obat, serta alat bantu napas, seperti ventilator dan oksigen," ujar Daeng.

Sementara itu, perusahaan kosmetik PT Paragon Technology and Innovation (Paragon) telah menyalurkan donasi penanggulangan Covid-19 melalui program CSR-nya. Bantuan senilai Rp 40 miliar didistribusikan ke lebih dari 40 rumah sakit seluruh Indonesia.

"Kami telah memulai mendistribusikan bantuan sejak awal Maret 2020. Bantuan kami berikan dalam bentuk alat kesehatan dan alat pelindung diri (APD)," ungkap Presiden Komisaris Paragon, Nurhayati Subakat, lewat pernyataan resminya.

Tokoh Perubahan Republika 2016 itu menyampaikan, penyerahan bantuan dilakukan secara bertahap. Alat kesehatan yang didonasikan termasuk ventilator, monitor, bed set, video laryngoscope, infuse pump, syringe pump, EKG, dan mobile X-ray.

Alat-alat itu diberikan ke RS Persahabatan, RS Pelni, RSPI Sulianti Saroso, RSAB Harkit, RSCM, RSUP Dr M Djamil Padang, dan beberapa lainnya. Selain itu, Paragon menyumbangkan APD berupa masker N95 dan gown coverall ke lebih dari 40 RS.

Produsen yang membawahkan merek Wardah, Make Over, dan Emina itu juga mendonasikan sejumlah uang tunai. Bantuan berupa uang tunai disalurkan melalui organisasi kesehatan, seperti WeCare.id, untuk pengadaan APD.

"Mari putus penyebaran pandemi Covid-19 dengan terus melakukan aksi baik, patuh pada anjuran pemerintah, dan saling mendoakan. Semoga Indonesia dan seluruh negara yang sedang berjuang bisa terbebas dari wabah ini," kata Nurhayati.

Genjot APD

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga menyatakan tengah fokus mendorong pengoptimalan produktivitas industri alat pelindung diri (APD). Pemerintah menyatakan, kebutuhan APD di domestik terus meningkat, terutama demi memenuhi permintaan tenaga medis mengingat semakin bertambahnya penderita positif korona.

?Produsen APD tengah menghitung kemampuan produksinya pada 6 hingga 8 bulan mendatang. Perhitungan ini akan disesuaikan dengan jadwal distribusi ke setiap pengguna, seperti rumah sakit yang memang sangat memerlukan,? ujar Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Muhammad Khayam, di Jakarta, pada Selasa, (31/3).

photo
Pekerja menunjukkan pakaian alat pelindung diri (APD) tenaga medis di konveksi rumahan, Depok, Jawa Barat, Senin (30/3/2020). - (ANTARA FOTO)

Khayam menjelaskan, dalam kondisi normal atau ketika belum adanya wabah Covid-19, industri APD di dalam negeri memproduksi sebanyak satu juta unit per bulan. Hanya saja, karena kebutuhannya kini meningkat, produksi pun didorong lebih banyak.

"Oleh karena itu, kami juga mendorong para pelaku industri tekstil agar ikut berperan memproduksi APD,? ujarnya. Kemenperin, kata dia, mengapresiasi para pelaku industri tekstil di Tanah Air yang turut berpartisipasi dalam produksi APD.

"Dengan keterlibatan industri tekstil itu, kapasitas produksi APD kita bisa lebih dari 17 juta unit per bulan. Kami proyeksi, hingga Mei 2020, kebutuhan APD dalam negeri sekitar 3 sampai 5 juta unit," tutur dia.

Saat ini, ia menambahkan, Indonesia memiliki 28 produsen APD dengan total kapasitas produksi hingga 17,8 juta unit per bulan. Dari 28 produsen APD tersebut, lima perusahaan sedang menggenjot produksinya, sedangkan sisanya dalam persiapan dan ditargetkan dimulai awal April 2020.

?Kami optimistis produksi APD bisa cepat diproduksi karena kebutuhan bahan baku sudah tersedia. Pada akhir April 2020, diperkiraan 5 sampai 10 juta APD bisa didistribusikan,? ujar Khayam menjelaskan.

APD yang sedang dibutuhkan meliputi pakaian, tutup kepala, masker, handuk, sarung tangan, pelindung kaki, pelindung tangan, dan kacamata pelindung wajah (//goggles//). Dalam upaya memasok kebutuhan APD ini, Kemenperin terus berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Kesehatan. n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat