Petugas menata mata uang dolar AS di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Kamis (19/3/2020). | ANTARA FOTO

Kabar Utama

Rupiah Loyo, BI Perkuat Intervensi

Beberapa bank swasta sudah mentransaksikan rupiah di level Rp 16 ribu

 

JAKARTA -- Pandemi virus korona baru (Covid-19) membuat mata uang rupiah terus tertekan. Pada Kamis (19/3), nilai tukar rupiah bahkan mendekati Rp 16 ribu per dolar AS. Beberapa bank swasta sudah mentransaksikan rupiah di level Rp 16 ribu.

Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah sebesar Rp 15.712 per dolar AS. Sementara di pasar spot, kurs rupiah mencapai Rp 15.880 per dolar AS. Menurut catatan BI, rupiah terdepresiasi sekitar 8,77 persen dibandingkan posisi pada akhir 2019.

Ini adalah posisi terlemah rupiah atas dolar AS sepanjang masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Tekanan pada rupiah dan bursa efek diprediksi masih akan terus terjadi ke depan.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, rupiah melemah karena ada kepanikan investor di tengah merebaknya Covid-19 yang telah menyebar ke 159 negara. Investor menarik asetnya dari saham ataupun surat berharga negara (SBN) untuk ditempatkan ke instrumen yang lebih aman.

Kendati demikian, Perry menilai, larinya modal asing bukan karena masalah fundamental ekonomi Indonesia. "Namun, memang kecenderungan kepanikan," kata Perry dalam konferensi pers, Kamis (19/3).

Perry menambahkan, BI sejak awal merebaknya virus korona telah melakukan intervensi. Sepanjang tahun ini, kata dia, BI sudah membeli SBN yang dilepas investor asing dengan nilai mencapai Rp 195 triliun. "Ini dilakukan untuk menjaga stabilitas rupiah sekaligus memberikan likuiditas pada perbankan.

Untuk menjaga nilai tukar rupiah agar tak makin terperosok, Perry menegaskan bakal memperkuat intervensi dengan melakukan kebijakan triple intervention atau intervensi di tiga tempat, yakni di pasar spot, pasar domestic non-deliverable forward (DNDF), dan membeli SBN dari pasar sekunder.

BI juga telah melakukan repo dengan agunan SBN sekitar Rp 53 triliun. Selain itu, BI juga menurunkan giro wajib minimum (GWM) rupiah sebesar Rp 51 triliun yang akan ditambah sekitar Rp 23 triliun per 1 April.

Likuiditas valuta asing juga dikendorkan dengan penurunan GWM valas sebesar 4 persen atau sekitar 3,2 miliar. Sementara posisi cadangan devisa yang menjadi buffer penyelamat rupiah berada di posisi 130,4 miliar dolar AS per Februari 2020.

"Kami memastikan mekanisme pasar berjalan lancar, likuiditas tersedia, dan adanya kepercayaan pasar," ujar dia.

Para analis memprediksi pasar keuangan masih berpotensi mengalami penurunan meski pemerintah dan Bank Indonesia telah meluncurkan sejumlah stimulus. Sebab, para pelaku pasar masih mengantisipasi perlambatan ekonomi global karena pandemi Covid-19.

"Peluang pelemahan masih terbuka karena pandemi virus korona," kata Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra, Kamis (19/3).

Menurut Ariston, kebijakan stimulus besar yang digelontorkan negara-negara dan bank sentral global tidak mengubah sentimen pasar ke arah yang positif. Indeks saham global dan aset berisiko lainnya masih berguguran.

Kemarin pagi, kata dia, sejumlah bank sentral negara yang terdampak korona berkomitmen meluncurkan program stimulus tambahan. Bank sentral Eropa akan meluncurkan program pembelian aset sebesar 750 miliar euro. Sementara bank sentral Jepang berniat memperbesar stimulus yang sekarang sedang berjalan.

"Namun, tidak semua aset berisiko bergerak positif pagi ini. Hanya indeks Nikkei yang terlihat positif. Indeks saham Asia lain, seperti Hong Kong, Cina, dan Korea masih negatif pagi ini," ujar Ariston. n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat