Pengunjung memilih sepatu di Lotte Shopping Avenue, Jakarta, Kamis (13/4/2023). | Republika/Prayogi

Ekonomi

Meski Ada Konflik Iran-Israel, Ekonomi RI Diprediksi Bisa Tumbuh 5 Persen

Dampak konflik Iran-Israel terhadap ekonomi sektor riil sejauh ini masih terbatas.


JAKARTA -- Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di kisaran 4,5-5 persen pada 2024, kendati terjadi eskalasi konflik antara Iran dengan Israel. Sebab, dampak konflik Iran-Israel terhadap ekonomi sektor riil sejauh ini masih terbatas.

"Kalau kita lihat untuk tumbuh katakanlah 4,5 sampai 5 persen, saya masih punya keyakinan di 2024 kita masih bisa tumbuh,” kata Wakil Direktur Indef Eko Listiyato dalam webinar “Dampak Kebijakan Ekonomi Politik di tengah Perang Iran-Israel” di Jakarta, Senin.

Keyakinan terhadap pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,5-5 persen didasari pengalaman Indonesia yang berhasil melalui tantangan akibat perang antara Rusia dengan Ukraina sejak 2022. Saat itu, kebutuhan pangan terutama gandum mengalami hambatan di tingkat global, tetapi ekonomi Indonesia secara makro masih bisa bertumbuh.

“Memang tidak akseleratif (pertumbuhan ekonomi Indonesia), tapi untuk sekadar bertahan sebetulnya masih memungkinkan dalam situasi ketidakpastian ekonomi dan geopolitik yang meningkat saat ini,” ungkap Eko.

photo
Sebuah kapal kargo, kanan, dan kapal milik kelompok bantuan Open Arms, memuat 240 ton makanan kaleng tujuan Gaza bersiap untuk berlayar di luar pelabuhan Larnaca, Siprus, Siprus, pada Sabtu, 30 Maret 2024. - (AP Photo/Petros Karadjias)

Dia juga menduga bahwa dampak konflik antara Iran dengan Israel tak akan terjadi apabila pemerintah dapat mengelola komponen konsumsi dan produksi, terutama berkaitan dengan industri sebagai salah satu sektor penggerak pertumbuhan ekonomi.

Namun, untuk menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga 7 persen, agak sulit dilakukan karena kondisi global tidak mendukung dan keadaan domestik belum mampu menunjang optimisme fundamental ekonomi dalam negeri.

“Ekonomi kita itu sebetulnya masih inward looking (kebijakan yang berfokus pada pengembangan industri dalam negeri), jadi masih sangat didominasi oleh aktivitas domestik. Hanya saja yang harus kita lihat kalau kemudian rupiah terus berfluktuasi, kemudian harga energi juga cenderung meningkat, itu tetap saja  juga berdampak terhadap ekonomi domestik, akan menggerus kemampuan ekonomi kita,” katanya.

Kendati demikian, Eko tak menampik bahwa konflik Iran-Israel akan semakin menyulitkan pemulihan ekonomi global. "Sebetulnya ekonomi global juga sudah tidak baik-baik saja. Maka ketika konflik itu meletus, semakin terasa pemulihan ekonomi global atau katakanlah optimisme bahwa ekonomi global ke depan akan tumbuh lebih baik semakin tipis," ujar dia.
 
Ia menyebutkan ada sejumlah kondisi yang mengindikasikan ekonomi global bakal terus melemah. Beberapa kondisi tersebut adalah penguatan dolar Amerika Serikat (AS) yang meningkat secara signifikan sepanjang 2024 hingga mencapai 4,7 persen. Kedua, harapan penurunan suku bunga global semakin minim. Saat ini di angka sekitar enam persen.

"Dari survei-survei terbaru, dari sektor keuangan menggambarkan yang tadinya diperkirakan Juni akan terjadi penurunan Fed Funds Rate (FFR)."

Maka, kata dia, FFR berpeluang dipertahankan cukup lama atau higher for longer. Kondisi ini menyebabkan ketidakpastian semakin tinggi.

photo
Petugas Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) saat mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi di Jakarta, Senin (2/10/2023). - (Republika/Putra M. Akbar)

Eko melanjutkan, tidak hanya nilai tukar, suplai minyak global juga berpotensi mengalami gangguan. Itu karena sebanyak 21 persen alur perdagangan komoditas tersebut melalui Selat Hormuz, yang mana kawasan tersebut dikuasai oleh Iran.

Rektor Universitas Paramadina sekaligus pendiri Indef Didik J Rachbini mengatakan, perang Iran-Israel akan seperti air atau banjir yang menerobos Dubai, sehingga bakal melewati jalur perdagangan luar negeri. "Perdagangan Timur Tengah memegang komoditas utama dunia yakni minyak," ujar Didik.

Ia melanjutkan, pasar ekspor di Afrika Utara serta Eropa terkena dampak langsung dari konflik itu. Meski begitu, lanjutnya, pasar ekspor utama Indonesia meliputi negara Asean, Cina, Jepang, dan India kemungkinan tidak terganggu langsung oleh konflik Iran dan Israel. Maka, ia berharap negeri ini dapat mencari celah keuntungan dari konflik tersebut.

Diharapkan pula, nilai tukar rupiah bisa terus dijaga di tengah menguatnya kurs dolar AS. Salah satunya, kata dia, BI tidak memberikan tekanan tambahan terhadap inflasi.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat