Pengunjung membeli busana muslimah di Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta, Senin (8/4/2024). | Republika/Thoudy Badai

Iqtishodia

Menghitung Dampak Ekonomi Ramadhan dan Lebaran 2024

Antusiasme penjualan dan transaksi belanja secara luring juga terlihat sangat tinggi menjelang lebaran.

OLEH Eisha Maghfiruha Rachbini (Dosen Ilmu Ekonomi dan Peneliti ITAPS, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB University)

Dampak ekonomi selama bulan ramadhan dan lebaran mendorong pertumbuhan dari sisi permintaan atau sering dikatakan sebagai dampak musiman. Dari sisi pengeluaran, konsumsi masyarakat meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan barang dan jasa, yang menjadi bagian dari perayaan tahunan ini.

Seperti diketahui, setiap menjelang lebaran, masyarakat akan mengeluarkan belanja untuk keperluan hari raya, seperti kebutuhan makanan, minuman, pakaian, dan transportasi. Terlebih dengan adanya THR, dimana PNS menerima tunjangan kinerja dan gaji ke-13 lebih awal, dan libur cuti bersama yang cukup panjang pada tahun ini, pengeluaran dan belanja masyarakat saat mudik dan lebaran, juga mendorong geliat UMKM serta pariwisata, terutama di daerah, baik di kampung halaman dan daerah wisata.

Pada tahun lalu, mobilitas masyarakat sebanyak 132 juta orang selama Lebaran 2023 dapat menciptakan perputaran ekonomi hingga mencapai nilai Rp 240 triliun. Dengan jumlah pemudik yang diperkirakan melonjak hingga 193,6 juta orang pada tahun ini, dan dan dengan asumsi bahwa setiap orang menghabiskan sekitar Rp 1,5 juta- Rp 1,7 juta, maka nilai ekonomi selama Lebaran 2024 yang tercipta dapat mencapai hingga Rp 320 triliun.

photo
Pemudik tiba di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, Selasa (16/4/2024).  - (Republika/Thoudy Badai)

Sementara itu, Bank Indonesia menyiapkan kebutuhan uang layak edar sebesar Rp 197,6 triliun atau meningkat 4,65 persen dibandingkan kebutuhan pada tahun 2023. Hal ini seiring dengan meningkatnya permintaan uang dan kebutuhan penukaran uang menjelang Lebaran.

Dampak ekonomi ramadhan dan lebaran akan mempengaruhi kuartal I dan kuartal II 2024. Dengan target pertumbuhan ekonomi 2024 sebesar 5,2 persen, efek musiman ramadhan dan lebaran akan mendorong pertumbuhan kuartal I dan kuartal II 2024 mencapai lebih dari 5 persen (yoy). Hal ini didorong oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga yang diprediksi meningkat selama bulan suci ramadhan dan perayaan Idul Fitri.

Berkaca pada data historis, konsumsi rumah tangga pada saat ramadhan dan lebaran tahun lalu tumbuh sebesar 5,23 persen secara tahunan pada kuartal II tahun 2023. Pertumbuhan ekonomi selama kuartal II 2023, yaitu 5,17 persen (yoy) juga merupakan pertumbuhan tertinggi selama tahun tersebut, dikarenakan adanya faktor musiman pendorong, yaitu konsumsi rumah tangga saat bulan ramadhan dan lebaran, dan berkontribusi sebesar 53,31 persen terhadap pertumbuhan dari sisi pengeluaran.

Berkah bagi UMKM
Perputaran nilai ekonomi selama periode bulan suci dan hari raya Idul Fitri juga dapat mendorong UMKM meraup keuntungan. Pasalnya, sejak awal ramadhan, viralnya “war takjil” merupakan indikasi bahwa potensi pasar UMKM meningkat selama bulan ramadhan, terutama sektor makanan dan minuman. Tidak hanya peningkatan pangsa pasar bagi kelompok Muslim yang mencari takjil, namun juga tradisi musiman berburu takjil juga sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia secara umum.

Terlebih lagi, menjelang hari raya, pesanan hantaran dan perayaan hari raya, menjadi peluang UMKM. Tidak hanya itu, pergerakan masyarakat selama mudik ke kampung halaman juga dapat mendorong pertumbuhan di daerah, terlebih bagi UMKM di daerah dan juga di kawasan wisata.

photo
Masyarakat memadati kawasan Alun-alun Lembang, Kabupaten Bandung Barat, untuk berburu aneka kuliner yang dijual para pedagang kaki lima (PKL), Selasa (19/3/2024). - (Edi Yusuf/Republika)

Persiapan kebutuhan menjelang hari raya, seperti makanan, pakaian, kebutuhan perawatan dan kesehatan menjadi, tidak dapat dipisahkan menjadi permintaan yang paling banyak diminati oleh masyarakat. Dengan perubahan pola belanja masyarakat beberapa tahun belakangan ini, terlebih sejak pandemi, belanja secara daring melalui platform digital mengalami peningkatan pada periode menjelang bulan puasa dan lebaran.

Kenaikan transaksi daring sudah dirasakan sejak bulan Februari 2024, dan dipastikan mengalami tren meningkat hingga lebaran, terutama biasanya terdapat banyak promo-promo pada periode tersebut.

Hal yang menarik, antusiasme penjualan dan transaksi belanja secara luring juga terlihat sangat tinggi menjelang lebaran. Seperti yang telah diketahui bahwa kekhawatiran pedagang-pedagang pada pusat perbelanjaan yang merasa rugi dan tidak dapat bersaing dengan kehadiran dan perubahan pola belanja daring, melalui media sosial dan platform digital.

Pemberitaan pada media dan media sosial menunjukkan pusat perbelanjaan di Tanah Abang yang sangat padat dipenuhi pengunjung untuk berbelanja keperluan menjelang hari raya. Hal ini mengindikasikan besarnya potensi pasar UMKM baik secara daring dan luring pada periode hari raya kali ini.

Di tengah kenaikan harga-harga, terutama pangan serta risiko inflasi, data Bank Indonesia (2024) menunjukkan bahwa indeks keyakinan konsumen sempat mengalami penurunan pada bulan Februari 2024 pada level 123,11, lebih rendah dibandingkan bulan Januari 2024, yaitu 124,05. Sementara itu, indeks ekspektasi konsumen terlihat meningkat pada bulan Februari 2024 pada level 135,3, dibandingkan dengan bulan Januari 2024, yaitu 134,5.

Hal tersebut menunjukkan bahwa ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan cenderung positif, terutama terkait dengan ekspektasi penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja. Sejalan dengan hal tersebut, dengan momentum hari raya, penguatan ekspektasi kondisi ekonomi masyarakat dapat menjadi berkah untuk mendorong transaksi penjualan UMKM selama periode ramadhan dan lebaran 2024.

photo
Warga memilih celana Lebaran di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Senin (1/4/2024).  - (Republika/Putra M. Akbar)

Optimisme bagi UMKM tentu tidak lepas dari tantangan. Risiko kenaikan harga bahan pangan yang terjadi akhir-akhir ini, dipengaruhi supply shock, dan ditambah dengan faktor permintaan tinggi menjelang hari raya, sehingga risiko kenaikan harga dapat menjadi beban bagi UMKM dari segi biaya input dan produksi.

Peran pemerintah dalam menjaga kestabilan harga pangan menjadi krusial. Kenaikan biaya input dapat menggerus potensi keuntungan bagi UMKM. Kebijakan stabilisasi harga serta bantuan sosial yang dilakukan pemerintah dalam mempertahankan daya beli masyarakat, tampaknya dapat menjadi obat penawar di kala inflasi, dimana masyarakat tetap antusias melakukan pengeluaran menjelang hari raya.

Walaupun demikian, upaya menjaga stabilisasi harga, terutama pangan dan energi, perlu terus dilakukan, terkait juga dalam menjaga dan mendukung UMKM agar mampu bersaing dan memperluas pangsa pasar, terutama di pasar domestik, di tengah gempuran barang-barang impor dengan harga lebih murah.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat