Petugas mengecek beras premium yang siap untuk diedarkan di gudang RPC PT Food Station, Cipinang, Jakarta, Rabu (21/2/2024). | Republika/Putra M. Akbar

Ekonomi

Pedagang: Beras Premium Makin Langka

Kenaikan harga beras akan berdampak pada inflasi.

JAKARTA -- Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menyoroti kondisi beras premium yang semakin melonjak harganya. Tak hanya harga yang melonjak, pedagang saat ini juga kesulitan mendapatkan beras premium.

"Kami harus mengakui pedagang kesulitan mendapatkan beras premium karena memang stok yang dimiliki penggilingan juga terbatas," ujar Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI Reynaldi Sarijowan kepada Republika, Jumat (23/2/2024).

Untuk menyiasatinya, pedagang pun kini menjual beras dengan harga yang bisa dijangkau oleh masyarakat. "Kalau di pasar kan tentu kami bisa mengecer beras bisa dibeli dengan literan," ujar Reynaldi.

photo
Warga memanggul beras yang dibeli pada Operasi pasar murah di Banyuwangi, Jawa Timur, Ahad (11/2/2024). - (ANTARA FOTO/Budi Candra Setya)

Oleh karena itu, Reynaldi mengingatkan pemerintah dan stakeholder terkait seperti produsen atau pabrik beras yang memiliki stok beras premium untuk segera mengeluarkannya. Sebab, jika tidak segera dikeluarkan maka semakin naik harganya.

"Ini yang harus diwaspadai oleh semua pihak agar stok-stok yang dimiliki khususnya beras premium agar segera dikeluarkan, termasuk pabrik-pabrik lokal, karena semakin tertahan beras premium, semakin naik harganya dan kondisinya akan semakin buruk," ujarnya.

Reynaldi menilai penyebab lonjakan harga beras berkaitan dengan produksi yang menurun akibat mundurnya musim tanam. Mundurnya musim tanam ini otomatis membuat panen pun ikut mundur. Kondisi ini ditambah dengan produksi beras tahun lalu yang terbatas sehingga tidak ada ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan.

"Kenaikan harga beras tahun ini mencapai 20 persen lebih dibandingkan tahun lalu. Dari Rp 14 ribu ke 18 ribu per kg," ujar dia.
 
Ia pun mendorong pemerintah untuk terus menggenjot produksi. Sebab, saat ini kebutuhan masyarakat terhadap pangan meningkat menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.

"Untuk saat ini menjelang ramadhan penyelesaian persoalan beras solusinya adalah menggelontorkan stok yang dimiliki oleh pemerintah, perusahaan lokal, penggilingan untuk di drop di pasar tradisional, termasuk mendorong satgas pangan mabes Polri agar memantau stok yang dimiliki oleh pihak-pihak tersebut diatas agar tidak tertahan dan segera dikeluarkan," ujarnya.

Tak hanya pedagang pasar, melonjaknya harga beras ini berdampak pada pedagang makanan maupun konsumen rumah tangga. Madani (55), penjual warung nasi ini ikut terimbas dengan naiknya harga beras. Ia mengatakan, keuntungannya berkurang karena harga beras yang terus melonjak ditambah dengan kenaikan komoditas pangan lainnya.

"Beras yang biasanya 12 ribu per liter sekarang sudah 15 ribu. Kalau dinaikkan kasihan pembeli, akhirnya keuntungannya jadi berkurang, " katanya.

Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengungkapkan naiknya harga beras akan memberikan dampak pada inflasi bulan ini.

"Inflasi bulanannya bisa lebih tinggi dibanding Januari," kata Faisal kepada Republika, Jumat (23/2/2024).

Meskipun begitu, Faisal menuturkan tingginya harga beras saat ini memang disebabkan oleh faktor musiman. Selain itu, saat ini masih dalam kondisi telat panen sehingga membuat harga beras cenderung tinggi.

Faisal memproyeksikan harga beras dapat berubah setelah kondisi musiman tersebut berakhir. "Tapi nanti pada Maret 2023 mestinya (harga beras) sudah turun," tutur Faisal.

photo
Ratusan warga rela berdesakan demi mendapat beras murah subsidi SPHP di kantor kecamatan Babelan, Bekasi Utara, Jawa Barat, Selasa (20/2/2024). - (Republika/Tahta Aidilla)

Deputi Gubernur Bank Indonesia Aida S Budiman mengungkapkan kenaikan harga beras pada Januari 2024 berdampak kepada inflasi bulanan sebesar 0,64 persen. Hal tersebut mengakibatkan kenaikan harga beras memiliki bobot sebesar 3,43 persen terhadap inflasi bulanan jika menggunakan SBH 2022 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS).

"Sehingga ini kenapa salah satu penyebab inflasi volatile food kita (Januari 2024) sebesar 7,32 persen," kata Aida.

Aida memaparkan berdasarkan survei pantauan harga yang dilakukan BI, harga beras terpantau naik signifikan di beberapa daerah. Seperti di Nusa Tenggara Barat, Aida menyebut harga beras sudah menyentuhnya Rp 12.947 per kilogram dan di Kalimantan Tengah mencapai Rp 18.800 per kilogram.

Aida menuturkan, penyebab kenaikan harga beras karena kondisi El Nino yang mengganggu musim tanam. Meskipun saat ini sudah musim hujan, Aida mengungkapkan kondisi tersebut baru 70 persen.

"Musim hujan baru 70 persen. Kalau dibandingkan Januari tahun lalu sudah 77 persen. Ini akibatnya ada pergeseran periode tanam beras," ujar Aida.

Untuk mengatasi kondisi tersebut, Aida mengatakan pemerintah sudah melakukan penguatan cadangan beras pemerintah (CBP). Aida memastikan sejauh ini stok beras dinilai sudah cukup untuk konsumsi nasional.

"CBP itu bulan Januari hampir 1,2 juta ton, artinya kecukupan pasokan itu ada," ungkap Aida.

Untuk itu, Aida menyebut saat ini pemerintah terus melakukan stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP). Selain itu juga melaksanakan operasi pasar untuk menjaga stabilitas pasokan harga pangan hingga penyaluran bantuan beras untuk Januari, Maret, April, dan Juni 2024. 

Aida menambahkan, meskipun harga beras memicu kenaikan namun inflasi masih tetap terjaga. "Sejauh ini memang kita lihat ada kenaikan tapi mudah-mudahan under control dan kita punya targetnya volatile food tidak jauh-jauh dari lima persen," jelas Aida.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat