Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (28/12/2022). | ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Ekonomi

Surplus Berlanjut, Tapi Kinerja Dagang Melemah

Surplus dagang lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya maupun tahun lalu.

JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami surplus pada Januari 2024. Kendati demikian, kinerja ekspor dan impor mengalami pelemahan.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, neraca perdagangan Januari 2024 surplus sebesar 2,02 miliar dolar AS. "Surplus ini memperpanjang catatan surplus beruntun menjadi 45 bulan sejak Mei 2020," kata Amalia dalam konferensi pers, Kamis (15/2/2024).

Meskipun begitu, Amalia menuturkan surplus tersebut lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu. Surplus neraca perdagangan tersebut secara nilai turun sebesar 1,27 miliar dolar AS.

photo
Perkembangan ekspor - (BPS)

BPS mencatat pada Januari 2024, nilai ekspor Indonesia menjadi 20,52 miliar dolar AS. Angka tersebut mengalami penurunan sebesar 8,34 persen secara bulanan dan 8,06 persen secara tahunan.

"Penurunan nilai ekspor secara bulanan dan tahunan utamanya disumbang oleh penurunan nilai ekspor sektor industri pengolahan dan pertambangan," ujar Amalia.

Amalia menjelaskan, penurunan nilai ekspor secara bulanan dan tahunan utamanya disumbang oleh penurunan nilai ekspor sektor industri pengolahan. Begitu juga dari penurunan nilai ekspor industri pertambangan.

Amalia memerinci, ekspor nonmigas Januari 2024 mencapai 19,13 miliar dolar AS atau turun 8,54 persen dibandingkan Desember 2023. Nilai tersebut juga turun 8,20 persen jika dibanding ekspor nonmigas Januari 2023.

"Dari sepuluh komoditas dengan nilai ekspor nonmigas terbesar Januari 2024, komoditas dengan penurunan terbesar dibanding Desember 2023 adalah bahan bakar mineral sebesar 805,9 juta dolar AS (20,81 persen), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada lemak dan minyak hewan atau nabati sebesar 208,0 juta dolar AS (10,36 persen)," kata Amalia.

BPS mencatat, ekspor nonmigas Januari 2024 terbesar adalah ke Cina, yaitu 4,57 miliar dolar AS, disusul Amerika Serikat sebesar 1,99 miliar dolar AS dan India 1,79 miliar dolar AS dengan kontribusi ketiganya mencapai 43,64 persen. "Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar 3,26 miliar dolar AS dan 1,48 miliar dolar AS," tutur Amalia.

photo
Pekerja beraktivitas di dekat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (10/11/2022). - (Republika/Putra M. Akbar)

Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari 2024 berasal dari Jawa Barat dengan nilai 2,95 miliar dolar AS. Lalu, diikuti Kalimantan Timur 2,17 miliar dolar AS dan Jawa Timur 1,99 miliar dolar AS.

Sementara itu, BPS mencatat nilai impor Indonesia pada Januari 2024 mencapai 18,51 miliar dolar AS. Angka tersebut menunjukan penurunan 3,13 persen dari bulan sebelumnya namun naik 0,36 persen secara tahunan.

"Penurunan ini sejalan dengan kinerja impor migas dan nonmigas yang masing-masing nilainya turun sebesar 19,99 persen menjadi 2,70 miliar dolar AS dan 0,48 persen menjadi 15,81 miliar dolar AS," kata Amalia.

Penurunan impor nonmigas terbesar terjadi pada bahan bakar mineral sebesar 35,24 persen. Sementara itu, peningkatan terbesar pada mesin atau perlengkapan elektrik dan bagiannya sebesar 17,89 persen secara bulanan.

Dari sisi negara utama asal impor, tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari 2024 adalah Cina sebesar 5,95 miliar dolar AS, lalu Jepang 1,08 miliar dolar AS dan Thailand 0,88 miliar dolar AS.

photo
Perkembangan nilai impor - (BPS)

Berdasarkan golongan penggunaan barang, Amalia mengungkapkan, nilai impor Januari 2024 terhadap bulan yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada golongan barang modal 300,8 juta dolar AS dan barang konsumsi 176,2 juta dolar AS. Sementara golongan bahan baku atau penolong turun menjadi 410,9 juta dolar AS.

Penurunan nilai impor secara bulanan terjadi pada seluruh kelompok penggunaan yang mencakup barang konsumsi, bahan baku atau penolong, dan barang modal. Sementara itu, peningkatan impor secara tahunan disumbang oleh kelompok barang konsumsi dan barang modal.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat