Petani memanen tanaman padi secara tradisional di persawahan kawasan Minggir, Sleman, Yogyakarta, Selasa (5/12/2023). | Republika/Wihdan Hidayat

Iqtishodia

Perempuan Tani, Potensi yang Terabaikan

Penting untuk mengakhiri diskriminasi dan permasalahan gender dalam dunia pertanian.

OLEH Ayutyas Sayekti (Mahasiswa Program Doktor Sains Agribisnis IPB University), Dr. Burhanuddin (Dosen dan Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University)

 


Pengembangan sektor pertanian dalam berbagai lini merupakan salah satu langkah strategis dalam memperbaiki perekonomian Indonesia, khususnya kesejahteraan masyarakat petani. Jumlah penduduk negara Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 didominasi oleh usia produktif, yakni usia 15-64 tahun sekitar 191 juta. Jumlah penduduk laki-laki hampir 96,7 juta dan penduduk perempuan hampir 94,3 juta.

Pembangunan pertanian semestinya berorientasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan produktivitas. Terbukanya peluang usaha pertanian dan segala hal yang mampu menunjang pembangunan secara berkelanjutan melalui kegiatan produktif yang berguna bagi perkembangan sektor pertanian dan sektor-sektor lain yang terhubung dalam sistem pertanian secara langsung maupun tidak langsung.

Dengan demikian, pembangunan sektor pertanian akan mampu mendorong perkembangan ekonomi secara merata di seluruh aspek bidang pertanian. Pertanian sebagai cerminan perekonomian negara berperan sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Pada sektor vital ini, terdapat peran penting perempuan dalam dunia pertanian yang seringkali tidak mendapatkan pengakuan yang layak.

Meskipun telah ada sejumlah perubahan positif dalam pemahaman tentang pentingnya perempuan dalam pertanian, masih ada pekerjaan yang perlu dilakukan untuk memastikan bahwa perempuan mendapatkan peran yang setara, terhormat, dan berdaya guna dalam pembangunan. Pembangunan pertanian seharusnya digerakkan oleh perempuan kreatif dan inovatif, disebut perempuan wiratani (women agripreneur).

photo
Buruh tani mencabut bibit tanaman padi di Desa Kaleke, Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (5/1/2024). - (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)

Akses sumber daya

Perempuan memiliki peran penting dalam sistem pertanian, mulai dari perencanaan hingga panen, pengolahan dan pemasaran produk pertanian. Namun, di berbagai daerah, perempuan masih menghadapi kendala dalam mengakses sumber daya pertanian yang penting, seperti lahan, modal, benih, dan pupuk. Kendala-kendala ini bisa berasal dari norma sosial, hukum yang diskriminatif, dan ketidaksetaraan akses.

Hal ini juga dilatarbelakangi adanya budaya peran perempuan “konco wingking”  (teman belakang) yaitu posisinya di belakang kaum laki-laki, perempuan tidak boleh sekolah tinggi cukup  bisa baca dan tulis saja (Statistik Gender Tematik, 2016). Karena, patriarki pengambilan keputusan dan yang menanggung risiko adalah laki-laki “as men’s domain”.

Peran ganda juga menjadi masalah terhadap perempuan. Berdasarkan buku Peta Jalan Indonesia Emas 2045 yang diterbitkan oleh Kadin, Indonesia dapat menjadi negara yang tangguh dan mandiri dengan upaya menaikkan posisinya dalam keamanan pangan dan resiliensi farmasi, bukan hanya untuk kesejahteraan penduduknya, tapi juga untuk pengembangan ekonomi-sosial negara secara keseluruhan.

Ini berarti peran perempuan tidak bisa dinafikan karena sekitar 80 persen produk pangan dunia diproduksi oleh perempuan. Dengan akses pada sumber daya yang lebih baik, perempuan lebih efektif dalam mengelola lahan, meningkatkan produktivitas pertanian, dan dalam jangka panjang memperkuat ketahanan pangan nasional.

Tenaga kerja pertanian

Ditinjau dari penyerapan tenaga kerja, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak terlibat dalam sektor kerja informal. Isu gender selalu sangat menarik sebagai kekuatan sosial untuk menguatkan berbagai lini kuota 30 persen perempuan di berbagai bidang termasuk jabatan publik, dan ujung tombak penggerak ketahanan pangan adalah perempuan. Perempuan memiliki prevalensi kuat mendidik generasi meningkatkan taraf hidup dan ketahanan pangan, multiperan perempuan, disebut ibu kedaulatan pangan.

Berdasarkan SSGI (2022), metrik inklusi posisi Indonesia pada kematian anak di bawah 5 tahun dan prevalensi stunting masih di posisi 5 dan 6. Data ini menunjukkan bahwa untuk menjadi negara yang inklusif juga dapat diwujudkan dengan peningkatan taraf hidup bangsa dengan fokus pada perempuan sebagai penggerak. Misalnya, di desa perempuan membantu suami dalam menjalankan usaha tani atau budi daya pertanian dalam arti luas (pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanan). Tuntutan ekonomi rumah tangga yang mendesak sering kali menjadi salah satu alasannya.

photo
Sejumlah petani merontokkan bulir padi organik di Agro Eduwisata Organik (Aewo) Mulyaharja, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (14/12/2023). - (Antara/Arif Firmansyah )

Sektor pertanian menyediakan kesempatan kerja informal yang memberikan kesempatan kepada perempuan di pedesaan untuk terlibat di dalamnya. Selain berperan langsung dalam pengelolaan lahan dan pertanian, perempuan juga sering kali memainkan peran penting dalam pekerjaan rumah tangga yang terkait dengan pertanian. Namun, pekerjaan ini sering kali tidak diakui atau dihargai secara ekonomi, perempuan yang bekerja di sektor pertanian sering kali tidak mendapatkan upah yang setara dengan pekerjaan yang sama di sektor lain.

Penting untuk mengakui dan menghargai kontribusi perempuan dalam semua aspek pekerjaan pertanian, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Hal ini juga harus tercermin dalam kompensasi yang adil untuk pekerjaan mereka. Upaya ini akan menciptakan insentif bagi perempuan untuk tetap terlibat dalam pertanian dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih adil, misalnya tenaga kerja dalam keluarga adalah biaya yang diperhitungkan.

Perempuan dan inovasi pertanian

Pada era society 5.0, teknologi seperti kecerdasan buatan, internet of things, big data, dan konektivitas yang tinggi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, termasuk perempuan. Dalam perkembangan teknologi ini, penting bagi perempuan sebagai penyanggah dan penyelaras nilai-nilai budaya dan tradisi pertanian yang telah mengakar dalam masyarakat, termasuk penggunaan inovasi pertanian.

Tantangan bagi perempuan dengan pengetahuan dan pengalamannya mengelola sumber daya alam untuk mempraktikkan pertanian berkelanjutan. Upaya-upaya terus dilakukan untuk mendorong partisipasi perempuan dalam pengembangan dan penerapan inovasi atau teknologi pertanian yang lebih efisien dan berkelanjutan.

Perempuan juga dapat memainkan peran kunci dalam menjaga keanekaragaman genetik tanaman dan hewan, yang sangat penting untuk ketahanan pangan dunia. Mempromosikan partisipasi perempuan dalam pelestarian keanekaragaman genetik adalah langkah penting dalam melindungi keberlanjutan sistem pangan global.

Mengakhiri diskriminasi

Penting untuk mengakhiri diskriminasi dan permasalahan gender dalam dunia pertanian. Masalah gender tampaknya tak pernah berakhir, banyak masalah yang muncul dan sering kali berkaitan dengan kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan.

Pendidikan dan kesadaran gender harus dipromosikan untuk mengubah norma sosial yang merugikan perempuan dalam pertanian. Kesetaraan gender ditempatkan sebagai aspek yang sangat penting dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

Tujuan ke-5 SDGs banyak menekankan pada usaha-usaha menghilangkan diskriminasi terhadap perempuan dan aspek pemberdayaan perempuan. Pemberdayaan ekonomi perempuan dalam pertanian adalah kunci untuk mengurangi ketidaksetaraan gender dan meningkatkan kondisi hidup perempuan di sektor ini.

photo
Petani memanen jeruk siam di Jorong Sungai Dadok, Nagari Koto Tinggi, Kabupaten Limapuluhkota, Sumatera Barat, Jumat (18/9/2020). - (Iggoy el Fitra/ANTARA FOTO)

Melalui pelatihan, akses ke sumber daya, dan dukungan keuangan, perempuan dapat meningkatkan pendapatannya dan mengurangi ketidaksetaraan ekonomi yang sering kali dihadapi. Inisiatif pemberdayaan ekonomi, seperti pelatihan dalam manajemen usaha pertanian, akses ke kredit, dan bantuan dalam pemasaran hasil pertanian, dapat membantu perempuan mengoptimalkan potensi ekonominya. Pada akhirnya juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di pedesaan.

Akhirnya, peran penting perempuan dalam dunia pertanian tidak dapat diabaikan. Untuk mencapai ketahanan pangan, berkelanjutan dan inklusif, perempuan perlu diakui dalam keseluruhan proses bisnis pertanian.

Langkah-langkah konkret perlu diambil untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses yang setara terhadap sumber daya, diberi penghargaan atas pekerjaan, dan dapat berpartisipasi dalam inovasi pertanian. Hanya dengan upaya bersama, perempuan tani dapat mengakselerasi pertanian sebagai penggerak utama perekonomian Indonesia yang lebih berkelanjutan, berkeadilan, dan menyejahterakan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat