Aliansi Mahasiswa Yogyakarta menggelar aksi Gejayan Memanggil #3 di pertigaan Jl Affandi, Yogyakarta, Senin (9/3). | Wihdan Hidayat/Republika

Kabar Utama

‘Gejayan Memanggil’ Menolak Omnibus Law

 

 

SLEMAN –- Elemen masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Bergerak (ARB) menggelar aksi Gejayan Memanggil di Jalan Affandi, Sleman, Yogyakarta, Senin (9/3). Aksi ini dilakukan guna menolak disahkannya Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Law oleh DPR RI.

“Pada aksi ini, kita menyampaikan, satu, gagalkan omnibus law, RUU Cipta Kerja, Perpajakan, RUU Ibu Kota Negara, dan RUU Kefarmasian. Dua, dukung pengesahan RUU PKS (Penghapusan Kekerasan Seksual) dan tolak RUU Ketahanan Keluarga,” kata Humas ARB, Kontra Tirano, saat ditemui di lokasi aksi, Senin (9/3).

Selain itu, massa juga menyampaikan mosi tidak percaya kepada pemerintah, termasuk kepada seluruh lembaga yang mendukung disahkannya omnibus law. “Legislatif yang tidak lagi dirasa memiliki mosi terhadap pemerintah. Oleh karena itu, aksi hari ini sebagai rapat rakyat sebagai mosi parlemen jalanan. Artinya, kita punya hak veto sebagai rakyat untuk menyatakan tidak percaya kepada elite politik,” ujar dia.

Selain itu, massa juga mendukung penuh adanya mogok nasional. Bahkan, juga menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat untuk aktif dalam mogok nasional tersebut. “Lawan tindakan represif aparat dan ormas reaksioner dan rebut kedaulatan rakyat, bangun demokrasi sejati,” ujar dia.

Masyarakat yang tergabung dalam ARB ini, di antaranya kelompok masyarakat, serikat buruh, dan seluruh aliansi mahasiswa di DIY. Sekitar seribu massa terkonsentrasi di tiga titik, yakni di Bundaran Universitas Gadjah Mada (UGM), Lapangan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan parkiran UIN Kalijaga dengan titik kumpul aksi di pertigaan Gejayan.

Massa aksi Gejayan Memanggil ini terus berorasi walaupun turun hujan. Setidaknya, selama aksi turun hujan sejak sekitar pukul 14.00 WIB dengan intensitas sedang hingga lebat. “Gagalkan omnibus law,” ujar orator aksi di atas mobil orasi.

Dari pantauan Republika, massa menggunakan jas hujan hingga payung untuk melindungi diri dari hujan. “Cabut omnibus law, RUU yang menyengsarakan rakyat, menindas rakyat,” kata orator.

Selama menyampaikan orasi, aksi juga diselingi dengan penyampaian beberapa nyanyian. Massa bernyanyi dengan diiringi gitar akustik dari panggung yang sudah disiapkan untuk orator. Nyanyian yang dibawakan, di antaranya Ibu Pertiwi dan Darah Juang. 

Massa lantas membubarkan diri dengan tertib sekitar pukul 17.15 WIB. Polisi pun berjaga hingga semua peserta aksi membubarkan diri. “Sampai jumpa di aksi berikutnya,” ujar orator saat massa mulai membubarkan diri.

Bahkan, ada beberapa peserta aksi yang memungut sampah di sekitar lokasi. Mereka membawa beberapa kantong sampah plastik untuk menampung sampah yang sudah dikumpulkan.

RUU Cipta Kerja yang diusulkan oleh pemerintah dan kini berada di tangan DPR menimbulkan polemik di masyarakat. Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad memastikan, DPR akan terbuka dalam pembahasannya nanti.

“Dalam periode kali ini DPR akan lebih terbuka. Nanti kita akan waktu reses kita persilakan kepada unsur masyarakat tersebut yang menyatakan keberatan,” ujar Dasco.

DPR mengaku tak ingin menimbulkan kerusuhan seperti yang terjadi saat pembahasan UU KPK dan RKUHP. Sebab, hal tersebut dirasa menyebabkan kerugian di sejumlah sektor. “Kita akan coba melakukan sinkroniasi pasal-pasal sehingga pasal-pasal yang dinilai kontroversial itu dapat dicarikan solusinya,” ujar Dasco.

Terkait rencana unjuk rasa dari berbagai kelompok yang menolak RUU Cipta Kerja, ia menghargai aspirasi yang ingin disampaikan. Namun, DPR mengimbau masyarakat untuk tidak menimbulkan keributan dalam aksinya nanti.

“Karena aksi unjuk rasa, pengunjuk rasa bersikap dewasa itu biasanya sudah memperhatikan aspek-aspek soal ketenteraman kemudian ketertiban dan lain-lain,” ujar Dasco. n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat