Pengunjung mencari informasi tentang platform startup yang hadir pada ajang BUMN Startup Day 2022 di Indonesia Convention Exibition (ICE) BSD, Serpong, Tangerang, Rabu (28/9/2022). | ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal

Ekonomi

Daya Saing Digital Indonesia Tempati Peringkat 45 Dunia

WDCR 2023 meneliti daya saing digital dari 64 negara dengan melihat tiga faktor utama.

JAKARTA - Hasil riset World Digital Competitiveness Ranking (WDCR) 2023 mencatat daya saing digital Indonesia naik ke posisi ke-45 dunia. Riset yang dilakukan oleh International Institute for Management Development (IMD) asal Swiss ini menyebut, daya saing digital Indonesia naik enam peringkat dari posisi 51 dunia pada 2022.

Dalam lima tahun terakhir, daya saing digital Indonesia bahkan tercatat terus naik hingga 11 peringkat. “Pada 2019, Indonesia ada di posisi ke-56 dan kini naik ke posisi 45 dunia. Hal ini menunjukkan keberhasilan perbaikan transformasi digital yang signifikan. Kami harap laporan ini dapat membantu Indonesia mempercepat strategi digitalisasi dan pembangunan ekonomi berkelanjutan pada 2024," kata Direktur IMD World Competitiveness Center Professor Arturo Bris dalam keterangan di Jakarta, Kamis (25/1/2024).

IMD menilai ada dua faktor utama yang berhasil mendongkrak daya saing digital Indonesia. Pertama, pertumbuhan investasi yang agresif berhasil mendongkrak kesiapan digital Indonesia, terutama dari sektor telekomunikasi, perbankan, dan venture capital. Kedua, pertumbuhan para entrepreneur teknologi turut menyokong kesiapan teknologi Indonesia di masa depan.

Mempersiapkan Talenta Digital untuk Masa Depan Indonesia - (Republika)

  ​

Namun terdapat dua faktor yang menghambat peningkatan daya saing digital Indonesia. Bris mengatakan, hal pertama adalah terkait dengan pendidikan dan pelatihan. Kemudian, kurangnya riset dan pengembangan teknologi.

Indonesia juga perlu meningkatkan hibah untuk paten teknologi terbaru (high-tech) dan meningkatkan angka pekerja dengan keahlian dan pengetahuan teknologi khusus, untuk memperbaiki daya saing digital.

Sementara terkait pendidikan dan pelatihan, Indonesia perlu menambah total anggaran untuk pendidikan, rasio murid-guru di pendidikan tinggi, angka lulusan sains, jumlah sarjana perempuan, dan prestasi di pendidikan tinggi.

"Berdasarkan banyak riset yang telah kami lakukan, peningkatan investasi pendidikan dan pelatihan terbukti meningkatkan daya saing digital lantaran memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja yang ada. Ke depan, kami perkirakan akan terjadi lonjakan permintaan tenaga kerja terkait teknologi dan AI (kecerdasan buatan)," ujar Bris.

Bris menyampaikan, untuk terus mendorong daya saing digital, Indonesia juga perlu meningkatkan kecepatan internet. Saat ini, kecepatan internet di Indonesia ada di posisi nyaris terakhir, yakni urutan ke 62 dari total 64 negara yang diteliti.

Selain itu, jumlah pengguna internet di Indonesia perlu ditingkatkan lantaran hanya ada di urutan 60 dunia. Masalah maraknya pembajakan perangkat lunak (software) juga menjadi persoalan yang masih perlu diselesaikan untuk meningkatkan daya saing digital Indonesia.

UMKM kian sadar digital - (republika)

WDCR 2023 meneliti daya saing digital dari 64 negara dengan melihat tiga faktor utama, yaitu pengetahuan, teknologi, dan kesiapan masa depan. IMD WDCR yang dirilis akhir 2023 membandingkan peringkat kemapanan daya saing digital dari 64 negara. Lima negara dengan daya saing digital terbaik versi IMD World Digital Competitiveness 2023 adalah Amerika Serikat, Belanda, Singapura, Denmark, dan Swiss.

Riset ini menunjukkan daya saing digital Indonesia lebih unggul dibanding sejumlah negara Asia lain seperti India (peringkat 49), Filipina (59) dan Mongolia (63). Namun di kawasan Asia Tenggara, Indonesia masih kalah jauh dari Singapura (peringkat 3), Malaysia (33) dan Thailand (35).

Dalam kesempatan terpisah, peneliti Center of Digital Economy and SMEs, INDEF, Izzudin Al Farras, menyampaikan tren positif ekonomi digital Indonesia. Farras mengatakan, laju penetrasi internet di Indonesia naik dari 51,8 persen pada 2016 menjadi 78,19 persen pada 2023. 

"Nilai ekonomi digital juga naik, terlihat dari nilai gross merchandise value (GMV) industri ekonomi digital sebesar  82 miliar dolar AS 2023 atau naik hampir 30 miliar dolar AS dalam dua tahun terakhir," ujar Farras dalam diskusi publik Indef bertajuk "Transformasi UMKM Menggenggam Peluang Digital di 2024" di Jakarta, Kamis (25/1/2024).

Farras memperkirakan GMV Indonesia akan mencapai 109 miliar dolar AS pada 2025 dan 210 miliar dolar AS pada 2030. Saat ini, lanjut Farras, ekonomi digital Indonesia menjadi yang terbesar dan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara.

Kendati begitu, Farras mengungkapkan ketimpangan sektor yang berkontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi digital Indonesia. Farras menyampaikan peran e-commerce begitu mendominasi ekonomi digital Indonesia dan jauh melebihi kontribusi sektor lain seperti travel daring, media daring, hingga transportasi dan makanan. 

Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Puji Wahono mengatakan, Indonesia harus mampu memanfaatkan momentum sebagai pemimpin pasar ekonomi digital di Asia Tenggara. Nilai ekonomi digital Indonesia tercatat sebesar 77 miliar dolar AS atau sekitar 40 persen dari total ekonomi digital Asia Tenggara. 

"Angka ini jauh melampaui Thailand yang berada di nomor dua dengan hanya 17,2 persen," ucap Puji.

photo
Pedagang berjualan melalui siaran langsung TikTok Shop di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (12/12/2023). - (Republika/Putra M. Akbar)

Untuk itu, Puji mengatakan, pelaku UMKM juga harus mampu beradaptasi dengan memanfaatkan platform digital. Puji menyebut banyak BUMN yang mulai bertransformasi merambah pasar digital akibat dampak pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu. 

"Peran UMKM kita semua sangat krusial, karena 99 persen bentuk usaha di Indonesia adalah UMKM dan UMKM menyumbang sekitar 60 persen dari PDB nasional. Ini menjadi pemain utama untuk ekonomi kita," lanjut Puji.

Puji menilai kebijakan pemerintah sudah sejalan dengan digitalisasi, yaitu meningkatkan nilai tambah dan membangun kemitraan sesama UMKM, UMKM dengan usaha besar, menciptakan peluang usaha, memudahkan akses pembiayaan, dan meningkatkan kapasitas serta inovasi. Namun, Puji mengingatkan digitalisasi UMKM tidak terbatas pada aspek pemasaran, melainkan juga sistem administrasi dan manajemen. 

"Dari gambaran tersebut, digitalisasi sangat penting tapi praktiknya pelaku UMKM banyak yang masih mengandalkan pemasaran tradisional apalagi setelah pandemi," sambung Puji.

Puji menilai pemerintah harus memberikan solusi dalam mengatasi tantangan UMKM yang terkait keterbatasan literasi, modal, dan akses pasar. Pemerintah harus meningkatkan kapabilitas digital pelaku UMKM, pengembangan infrastruktur, serta kebijakan dan regulasi untuk mendukung pertumbuhan UMKM. 

"Pemerintah perlu menyediakan yang yang aman bagi UMKM untuk berkembang dengan membuat regulasi yang mendukung UMKM dan menyediakan platform khusus yang nyaman dan aman bagi UMKM dan konsumen dalam bertransaksi," kata Puji.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat