Sebuah kapal melintas di dekat solar panel pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023). | Republika/Putra M. Akbar

Ekonomi

Capaian EBT Masih Jauh dari Target

Butuh pembiayaan berskala besar untuk menjalankan transisi energi.

JAKARTA -- Capaian bauran energi baru dan terbarukan (EBT) masih jauh dari target. Pemerintah menargetkan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025. Namun, hingga saat ini, realisasi bauran EBT masih jauh dari target.

"Apa yang kita capai sekarang masih jauh, ya, masih kurang lebih 60 persen dari target. Padahal, waktu tinggal dua tahun lagi," kata Arifin dalam acara Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia 2024 di Hotel St Regis Jakarta, Jumat (22/12/2023).

Arifin menjelaskan, capaian yang masih jauh dari target tersebut karena adanya kondisi Covid-19. Terlebih, pandemi Covid-19 di Indonesia terjadi cukup lama.

Tak hanya itu, Arifin menegaskan, Indonesia juga masih perlu mempersiapkan infrastruktur. "Pertama infrastruktur, kemudian kita harus bisa menciptakan permintaan. Infrastruktur sudah kita programkan, kita harus bisa membangun jaringan transmisi EBT yang demikian banyak terdapat sumbernya di Indonesia," ujar Arifin.

photo
Target dan realisasi bauran EBT - (Kementerian ESDM)

Dia menambahkan, saat ini pemerintah juga masih harus memperbaiki regulasi atau kebijakan yang dapat menarik investasi. Arifin menilai hal tersebut dapat dilakukan agar kebutuhan permintaan listrik bisa tumbuh signifikan menggunakan EBT.

Staf Khusus Menteri ESDM bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif sebelumnya mengungkapkan saat ini Indonesia masih bergantung pada energi yang berasal dari fosil seperti batu bara, minyak, dan gas. "Saat ini ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil masih sangat tinggi, di mana pada bauran energi primer per Agustus 2023, porsi batu bara 38,8 persen,” ucap Irwandy.

Irwandy menuturkan, Indonesia juga masih bergantung pada sumber energi fosil lainnya, seperti minyak bumi yang pada periode yang sama tercatat sebesar 31,6 persen dan gas bumi 17,4 persen. Di sisi lain, pemanfaatan energi baru dan terbarukan hanya sebesar 12,2 persen.

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan, butuh pembiayaan berskala besar untuk membangun ekosistem transisi energi. Tiko, sapaan akrabnya, mengatakan, terdapat sejumlah tantangan untuk membangun ekosistem transisi energi. 

"Ini satu ekosistem besar dari sisi energi ini dari ekosistem power, kehutanan, dan transportasi. Kami rancang berbagai skema, tapi ini tentu tidak akan berhasil tanpa pendanaan internasional, terutama dari skala besar dan tenor panjang,” kata Tiko.

Tiko menjelaskan, dalam transisi energi terdapat tiga blok. Pertama yaitu kelistrikan yang menurut dia memiliki beberapa tantangan jangka pendek, khususnya dalam memberikan insentif kepada para pengusaha untuk melakukan transisi.

“Tentu ini peran para perbankan bagaimana memberikan persyaratan, mengarahkan, dan memberikan bunga lebih murah untuk pengusaha-pengusaha pembangkit yang ingin menurunkan emisinya dalam jangka pendek. Ini kebijakannya sudah kita masukan di perbankan,” ujar Tiko. 

photo
Pintu air Saguling, di Jawa Barat, beberapa waktu lalu. PLN akan membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung dengan menggunakan 1,69 persen total luas permukaan waduk Saguling, di Jawa Barat. PLTS Terapung Saguling akan memiliki kapasitas hingga 92 MWp. - (PLN)

Lalu, untuk blok kedua adalah kehutanan. Tiko menyebut salah satu penurunan emisi perhutanan didorong oleh penggunaan lahan. Saat ini, Indonesia sudah memiliki bursa karbon yang diharapkan secara sertifikasi bisa masuk ke skala global dengan kualitas internasional. 

“Nantinya kalau masuk skala global ada perusahaan yang fokus pada kehutanan atau mencegah deforestasi. Nah, ini kita sedang buat skema ini supaya seperti perusahaan di kehutanan bisa mengonversi hutan dan dia bisa ada pendapatan dari bursa karbon secara domestik maupun global,” ungkap Tiko. 

Adapun blok ketiga yaitu berkaitan dengan transportasi atau kendaraan listrik. Tiko menuturkan, tantangan dalam blok transportasi yakni mengupayakan ekosistem kendaraan listrik bersamaan dengan baterai. 

“Itu sedang kita bangun dua ekosistem di Indonesia bersama Antam. Kita juga bangun dengan Vale bagaimana ada tiga ekosistem baterai yang kita bangun. Ini benar-benar butuh pendanaan skala besar,” ujar Tiko. 

Di sisi lain, Tiko mengakui juga harus menciptakan sisi permintaan dengan meningkatkan dan memberikan subsidi kepada masyarakat untuk peningkatan akselerasi konversi ke mobil atau motor listrik. Termasuk juga pembiayaan agar bank mulai membiayai pembelian motor mobil listrik dengan skema konversi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat