Pasien melakukan cuci darah di Klinik Hemodialisis Tidore, Jakarta, Senin (13/1). BPJS Kesehatan dan fasilitas kesehatan khususnya yang melayani cuci darah memberikan kemudahan untuk proses verifikasi dengan finger print bagi peserta Jaminan Kesehatan Nas | Republika/Prayogi

Medika

Apa yang Terjadi Ketika Kita Cuci Darah?

Hemodialisis merupakan prosedur dalam dunia kedokteran yang dilakukan untuk membuang racun dan zat-zat sisa dalam darah.

Menjaga kesehatan ginjal merupakan hal penting yang sudah seharusnya kita lakukan sejak dini. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki peran penting dalam tubuh.

Fungsi utamanya untuk menyaring darah dari racun dan zat berbahaya yang tidak dibutuhkan dalam tubuh. Namun, dalam kasus dan masalah kesehatan tertentu, ginjal dapat kehilangan fungsinya dan tubuh seseorang akan kehilangan kemampuan untuk menyaring darah juga membuang sisa zat berbahaya dari dalam darah.

Jika itu terjadi, mereka harus melakukan cuci darah, yang merupakan prosedur wajib dilakukan ketika seseorang tidak lagi memiliki ginjal dengan fungsi baik. Apa itu cuci darah dan apa fungsinya bagi tubuh kita?

photo
Petugas kesehatan mengoperasikan sejumlah alat medis di ruangan ICU Khusus Covid-19 di RSUD dr Pirngadi Medan, Kota Medan, Sumatra Utara, Jumat (3/9/2021). Ruangan ICU tersebut merupakan bantuan dari Kementerian PUPR dan Kementerian Kesehatan yang diperuntukkan untuk merawat pasien Covid-19 dengan gejala berat dan difasilitasi 20 tempat tidur, fasilitas cuci darah bagi pasien dengan komorbid penyakit ginjal. - (ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/Lmo/aww.)

Konsultan ginjal hipertensi RS Medika Permata Hijau, dr Hery Emria, SpPD-KGH, menjelaskan cuci darah atau lebih dikenal dengan istilah medis hemodialisis merupakan prosedur dalam dunia kedokteran yang dilakukan untuk membuang racun dan zat-zat sisa dalam darah yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh menggunakan mesin.

Proses cuci darah biasanya dilakukan tiga kali dalam sepekan dan akan berlangsung selama empat jam pada setiap prosedurnya. Namun, dokter bisa saja merekomendasikan kebutuhan bergantung pada kondisi dan kesehatan Anda. "Pada seseorang yang sehat, darah disaring di dalam ginjal dan sisa-sisa cairan dan racun akan dibuang melalui uretra dalam bentuk urine," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika, Rabu (6/12/2023).

Namun jika ginjal kehilangan kemampuannya untuk bisa menyaring darah dengan maksimal, ini dapat membuat racun dan zat-zat berbahaya lainnya mengendap dalam tubuh. Penyakit apa saja yang membutuhkan cuci darah? 

Herry menjelaskan, sudah dipastikan bahwa penyakit ginjal merupakan jenis penyakit yang mengharuskan seorang pasien untuk melakukan cuci darah, karena cuci darah sendiri berfungsi untuk menggantikan tugas ginjal dalam menyaring zat-zat berbahaya dalam tubuh.

Kondisi gagal ginjal baik kronis maupun akut merupakan alasan utama apakah seseorang membutuhkan cuci darah atau tidak, jika fungsi ginjal telah menurun sebanyak 80 sampai 90 persen, cuci darah adalah hal wajib yang harus dilakukan oleh pengidap gagal ginjal.

Gagal ginjal sendiri bisa terjadi akibat beberapa kondisi yang bisa merusak ginjal, seperti hipertensi, diabetes, lupus, atau penyakit ginjal polikistik. Beberapa orang bisa terkena ginjal tanpa alasan yang diketahui. Gagal ginjal bisa menjadi kondisi jangka panjang, atau bisa datang tiba-tiba setelah sakit parah atau cedera.

 

Kapan Harus Cuci Darah?

photo
Petugas kesehatan mengoperasikan sejumlah alat medis di ruangan ICU Khusus Covid-19 di RSUD dr Pirngadi Medan, Kota Medan, Sumatera Utara, Jumat (3/9/2021). Ruangan ICU tersebut merupakan bantuan dari Kementerian PUPR dan Kementerian Kesehatan yang diperuntukkan untuk merawat pasien Covid-19 dengan gejala berat dan difasilitasi 20 tempat tidur, fasilitas cuci darah bagi pasien dengan komorbid penyakit ginjal. - (ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/Lmo/aww.)

Cuci darah hanya dapat dilakukan setelah mendapatkan diagnosis dan rekomendasi pengobatan dari dokter. Apabila Anda mengalami gagal ginjal yang tingkat kerusakannya telah mencapai 80 sampai 90 persen, cuci darah biasanya akan diwajibkan untuk mencegah adanya komplikasi pada kemudian hari.

Darah yang terkontaminasi zat-zat berbahaya bisa menyebabkan berbagai macam masalah yang serius. Cuci darah juga bisa dilakukan pada pasien gagal ginjal yang sedang menunggu donor organ ginjal.

Ini terjadi pada pasien gagal ginjal kronis, di mana ginjalnya sudah tidak bisa dipulihkan kembali dan harus menunggu donor untuk mengganti ginjalnya. Anda bisa mengonsultasikan masalah terkait cuci darah dengan dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal atau ahli nefrologi.

Namun, cuci darah bisa dihindari dengan memperhatikan gaya hidup agar tetap sehat, seperti tetap rutin berolahraga, menjaga kadar gula serta tekanan darah, juga memenuhi kebutuhan cairan dengan mengonsumsi air putih minimal delapan gelas sehari. 

 

Cara Kerja Cuci Darah?

Hemodialisis merupakan jenis prosedur cuci darah yang paling umum, prosedur ini bekerja menggunakan mesin bernama dialisis. Bagaimana cara kerjanya?

Konsultan ginjal hipertensi RS Medika Permata Hijau, dr Hery Emria, SpPD-KGH, menjelaskan, proses penyaringan dilakukan dengan mengalirkan darah melalui jarum dan tabung yang disambungkan ke lengan Anda. "Darah tersebut kemudian akan dialirkan ke dalam mesin dialisis untuk disaring," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika, Rabu (6/12/2023).

Di dalam mesin, darah akan diedarkan melalui filter dialyzer, yang memindahkan limbah ke dalam larutan dialisis yang mengandung air, garam, dan zat tambahan lainnya. Dalam tahap ini, darah akan tersaring dan zat-zat bahaya akan dibuang sehingga darah akan dalam keadaan bersih dan siap dimasukkan ke dalam tubuh kembali.

Darah yang telah disaring kemudian akan dialirkan kembali ke tubuh melalui jarum yang berbeda di lengan Anda. Selama proses ini berlangsung, dokter maupun petugas kesehatan akan terus memantau tekanan darah Anda untuk menyesuaikan seberapa cepat darah mengalir masuk dan keluar dari tubuh Anda.

photo
Sejumlah pasien gagal ginjal kronik menjalani proses cuci darah menggunakan perangkat hemodialisis atau ginjal buatan di RSUD dr Iskak, Tulungagung, Jawa Timur, Kamis (30/7). Berdasarkan estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), secara global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik dan sekitar 1,5 juta orang di antaranya harus menjalani hidup bergantung pada cuci darah. ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko/Zk/ss/foc/15. - (ANTARA FOTO)

Apakah ada risiko dan efek samping dari cuci darah? Setelah proses cuci darah dilakukan, tekanan darah mungkin akan turun menjadi rendah, ini mungkin juga bisa menimbulkan rasa mual, pusing atau bahkan pingsan. Namun, tidak perlu khawatir karena semua kondisi Anda akan selalu di monitor dan ditangani oleh dokter.

Adapun beberapa efek samping lain dari hemodialisis meliputi nyeri dada atau nyeri punggung, sakit kepala, kulit yang gatal, kram otot dan sindrom kaki gelisah. Beberapa risiko dan komplikasi dalam cuci darah juga bisa terjadi seperti infeksi pada tempat suntikan, aliran darah yang buruk, atau penyumbatan dari jaringan parut atau bekuan darah, namun ini jarang terjadi dan bisa ditangani oleh dokter.

 

 
Penyakit ginjal merupakan jenis penyakit yang mengharuskan seorang pasien untuk melakukan cuci darah. 
 
DR HERY EMRIA SPPD-KGH, Konsultan Ginjal Hipertensi RS Medika Permata Hijau. 
 
 

 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Anak-Anak Korban Gagal Ginjal Akut Masih Menanti Janji

Presiden Jokowi telah menyetujui pemberian bantuan berupa uang tunai kepada para korban.

SELENGKAPNYA