Pemanjat melakukan pemanjatan di jalur multi pitch tebing Gunung Api Purba Nglanggeran, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Selasa (20/10/2020). Keberadaan batuan yang terbentuk dari endapan vulkanik Gunung Api Purba serta keindahan bentang alam menjadi potensi w | ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

Gaya Hidup

Mengenali Beragam Bahaya yang Mengincar Pendaki di Gunung

Perubahan lingkungan pada ketinggian tertentu dapat mengakibatkan kondisi medis.

Pendakian gunung menjadi kegiatan populer bagi banyak orang yang mencari tantangan fisik dan pengalaman mendebarkan. Namun, penting untuk menyadari bahwa perubahan lingkungan pada ketinggian tertentu dapat mengakibatkan kondisi medis yang disebut acute mountain sickness (AMS).

Spesialis kedokteran penerbangan dari RS EMC Cibitung, dr Andyka Banyu Sutrisno, menjelaskan, AMS adalah reaksi tubuh terhadap penurunan kadar oksigen di lingkungan tinggi. Beberapa gejala AMS meliputi sakit kepala yang merupakan gejala utama, mual, muntah, kehilangan selera makan, kelelahan berlebihan terutama saat istirahat, gangguan tidur, dan pusing.

"Gejala AMS biasanya muncul dalam beberapa jam setelah memasuki hari pertama pendakian. Pada kondisi ringan, tubuh dapat beradaptasi dan gejala bisa hilang setelah beberapa hari,” kata dr Andyka, dikutip dari EMC, Selasa (5/12/2023).

photo
Beberapa pendaki Gunung Marapi yang digiring turun oleh BKSDA dan Basarnas, Ahad (8/1/2023). - (Dokumentasi BKSDA Sumbar)

Dr Andyka juga memperingatkan tentang severe altitude sickness (SAS) atau bentuk AMS yang lebih serius. SAS dapat menyebabkan edema paru dan edema serebral. Gejala seperti kelelahan ekstrim, kebingungan, hilangnya koordinasi, batuk, dan sesak bisa menjadi tanda kondisi yang mengancam nyawa ini.

Untuk mencegah kondisi ini, beberapa langkah pencegahan sangat dianjurkan bagi pendaki gunung. Di antaranya, menjaga kebugaran sebelum mendaki, melakukan pendakian secara bertahap untuk beradaptasi dengan ketinggian, menghindari aktivitas berlebihan, serta menghindari alkohol dan rokok.

Dr Andyka juga menegaskan pentingnya berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan pendakian, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu. "Mengenali gejala dan tindakan pencegahan bisa memastikan pendakian yang aman dan menyenangkan bagi para pendaki," ujarnya. 

Pentingnya pemahaman terhadap AMS dan SAS dapat membantu para pendaki menikmati pengalaman mendaki gunung dengan aman dan tanpa risiko kesehatan. Dengan tindakan pencegahan yang tepat, aktivitas pendakian dapat menjadi kegiatan yang bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental. 

Bahaya Lain yang Mengincar

Jejak Panjang Erupsi Marapi - (Republika)

Pendakian gunung menawarkan petualangan yang luar biasa, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan ini membawa risiko besar. Dalam beberapa tahun terakhir, tragedi-tragedi di Gunung Everest dan gunung-gunung lainnya.

Dilansir Mountain Homies pada Selasa (5/12/2023), berikut 10 bahaya terbesar yang perlu diwaspadai bagi pecinta alam sebelum melibatkan diri dalam pendakian gunung:

1. Terjatuh

Bahaya paling nyata dan seringkali mematikan adalah risiko terjatuh. Permukaan batuan kasar dan curam dapat membuat pendaki rentan terhadap patah tulang atau bahkan kematian.

photo
Tim SAR melakukan evakuasi korban erupsi Gunung Marapi yang mengalami luka bakar di jalur pendakian proklamator, Nagari Batu Palano, Agam, Sumatra Barat, Senin (4/12/2023) dini hari. Hingga pukul 04.30 WIB, Tim SAR Gabungan sudah mengevakuasi tujuh orang pendaki yang menjadi korban erupsi Gunung Marapi yang meletus pada Ahad (3/12/20230), sisanya 28 orang lagi akan dievakuasi secara estafet. - (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

2. Cornice dan Celah

Formasi salju yang disebut cornice dapat menutupi risiko yang tidak terlihat di puncak gunung. Celah di gletser juga merupakan ancaman serius yang sering terabaikan.

3. Longsoran Mendadak

Longsoran salju dapat terjadi secara tiba-tiba dapat mengancam keselamatan pendaki. Monitoring cuaca dan kondisi salju adalah langkah krusial untuk memitigasi risiko ini.

4. Paparan dan Radang Dingin

Paparan terhadap suhu ekstrem dan angin kencang dapat menyebabkan radang dingin yang mematikan. Pendaki perlu memperlakukan risiko iklim sebagai ancaman nyata.

5. Air Terjun Es dan Batuan Jatuh

Air terjun es dan batuan yang tidak dapat diprediksi dapat menjadi bahaya serius, terutama dalam kondisi cuaca buruk atau di ketinggian.

photo
Pemanjat berlatih di tebing batuan Gunung Api Purba Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Minggu (28/6/2020). Destinasi wisata geoheritage Gunung Api Purba Nglanggeran yang menawarkan pendakian ringan dan jalur pemanjatan tebing alam tersebut mulai dibuka kembali dengan menerapkan protokol kesehatan ketat guna mengantisipasi penularan Covid-19 setelah tiga bulan ditutup. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/aww. - (Hendra Nurdiyansyah/ANTARA FOTO)

6. Membuat Kesalahan saat Menjelajahi Gletser

Melintasi gletser memerlukan perhatian khusus. Kesalahan di sini dapat berakibat fatal, termasuk tersesat dan jatuh ke celah gletser.

7. Dehidrasi dan Kelelahan

Kondisi kering dan tipis di ketinggian dapat menyebabkan dehidrasi yang serius. Kelelahan berlebihan juga dapat menjadi risiko kesehatan yang signifikan.

8. Punggung Gunung

Meskipun indah saat cuaca baik, punggung gunung dapat menjadi sangat berbahaya saat terkena angin kencang. Risiko jatuh dari punggung gunung sangat tinggi.

9. Mengikat Simpul yang Salah

Kesalahan dalam menangani tali dapat menyebabkan kecelakaan serius. Memeriksa simpul secara berkala dan berhati-hati dengan tali sangat penting.

10. Penyakit Ketinggian dan Halusinasi

Ketinggian dapat menyebabkan penyakit serius seperti edema paru dan edema serebral. Halusinasi juga dapat muncul, memperburuk keadaan kesehatan mental pendaki.

Sebelum terlibat dalam pendakian gunung, penting bagi para pendaki untuk memiliki kesadaran penuh bahaya yang mungkin dihadapi. Langkah-langkah persiapan, termasuk pemeriksaan kondisi cuaca, pelatihan fisik, dan peralatan keselamatan yang tepat, dapat mengurangi risiko dan menjadikan pengalaman pendakian lebih aman dan memuaskan. 

 

 

 
Sebelum terlibat dalam pendakian gunung, penting bagi para pendaki untuk memiliki kesadaran penuh bahaya yang mungkin dihadapi.
 
 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Wapres: Benahi Sistem Peringatan Gunung Berapi

Meninggalnya 23 pendaki Gunung Marapi menunjukkan perlunya evaluasi sistem peringatan gunung berapi.

SELENGKAPNYA

Evakuasi Mahasiswa Korban Erupsi Gunung Marapi

Total pendaki Gunung Marapi yang tewas bertambah menjadi 13 orang.

SELENGKAPNYA

Mengapa Gunung Api Bisa Alami Erupsi?

Erupsi gunung api merupakan sebuah peristiwa ketika gas dan/atau lahar keluar dari gunung api.

SELENGKAPNYA

Gunung Marapi dan Anak Krakatau Erupsi, Pertanda Kiamat Sudah Dekat?

Gunung-gunung akan dijalankan oleh Allah dengan terlebih dahulu dihancurluluhkan

SELENGKAPNYA