Petugas mengenakan pakaian pelindung lengkap saat bersiap menyambut kedatangan kru kapal pesiar Diamond Princess yang dinyatakan negatif virus corona di Bandara Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Minggu (1/3/2020). | Antara

Opini

Suprarasional Korona

 

Ridwan Hasan Saputra, Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA

Penyataan Presiden Jokowi tentang dua WNI yang terinfeksi virus Korona menjadi viral karena hampir semua media utama memberitakannya. 

Tentu, berita ini menimbulkan ketakutan di masyarakat karena sampai saat ini belum ditemukan obat jika terinfeksi virus korona. Sudah sekitar 64 negara yang melaporkan warga negaranya terinfeksi virus Covid-19 ini. 

Sangat mungkin, jumlah negara yang terjangkit bertambah dan yang terinfeksi serta meninggal dunia juga bertambah. Secara rasional, kita sudah mendapat informasi bagaimana penularan dan cara mencegah virus korona ini.

Penularan virus korona melalui batuk dan bersin, kontak pribadi, seperti menyentuh dan berjabat tangan, menyentuh benda atau permukaan yang ada virus di atasnya, kontaminasi tinja, tetapi ini jarang terjadi. 

Pencegahan virus korona dilakukan, misalnya dengan rajin mencuci tangan, menggunakan masker saat beraktivitas, menjaga daya tahan tubuh, tidak pergi ke negara yang terjangkit, tidak mengonsumsi hewan yang berpotensi menularkan virus korona.

Jika penulis ditanya, “Apakah ilmu suprarasional bisa mencegah penyebaran virus Korona?” Maka jawaban penulis adalah “bisa”.  Penulis mencoba menjelaskan ilmu suprarasionalnya dalam konsep Islam.  

Virus korona adalah tentara Allah SWT yang bertugas mengingatkan manusia agar menaati aturan-Nya. Timbulnya virus berbahaya ini biasanya karena ada aturan Allah yang dilanggar secara berlebihan. 

Sekarang, mari kita analisis aturan Allah apa yang dilanggar sehingga virus korona muncul? Jawabannya, bisa kita lihat dari lokasi awal adanya virus korona ini, yaitu dari Cina, tepatnya di Kota Wuhan. 

Setelah itu, virus korona tersebar di berbagai negara, termasuk negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Berarti, di berbagai negara itu ada aturan Allah yang juga dilanggar. Bisa jadi, banyak yang tak setuju analisis penulis mengenai penyebabnya.

Namun, penulis punya alasan kuat hal itu menjadi penyebab. Kesalahan manusia sehingga munculnya korona, pertama, karena banyak yang sudah tak percaya adanya Allah. Kedua, jika ada manusia yang percaya adanya Allah, tetapi tak percaya kepada Allah.  

Mari perhatikan surah al-Baqarah ayat 3, ’’(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.’’

Bagi orang Islam yang yakin adanya Allah, maka akan mendirikan shalat. Orang Islam taat akan shalat minimal lima kali dalam sehari. Sebelum melaksanakan shalat, orang Islam tentu harus berwudhu lebih dulu. 

Dalam wudhu, ada proses mencuci tangan, berkumur, membersihkan hidung, membersihkan muka, membasahi rambut, dan membersihkan kaki.  

Jika anggota tubuh itu dibersihkan minimal lima kali dalam sehari, sangat mungkin virus korona tidak menempel pada tubuh. Apalagi, orang Islam yang taat tersebut melaksanakan sunah rasul dalam bentuk menjaga wudhu. 

Kita tidak perlu takut berjabat  tangan dengan Muslim yang taat karena selalu menjaga kebersihan. Hikmah adanya virus korona memotivasi kita selalu menjaga wudhu dan menghindari bersentuhan dengan orang bukan muhrim agar wudhu terjaga.

Orang Islam yang taat, biasanya juga rajin berpuasa sunah, baik puasa Senin-Kamis atau bahkan puasa Nabi Daud, yaitu sehari puasa dan sehari tidak puasa. Manfaatnya, hati selalu dekat dengan Allah sehingga terhindar dari perbuatan maksiat. 

Fisik akan selalu dalam sehat. Manfaat lain puasa ini, kita lebih terjaga soal makanan karena dengan berpuasa kita lebih banyak makan di rumah sehingga terhindar virus korona yang mungkin tersebar dalam bentuk makanan yang dijual di luar.

Adanya virus korona sepertinya isyarat kalau orang yang percaya adanya Allah dan taat menyembah Allah secara tidak langsung akan terhindar dari virus korona. 

Mungkin ada pertanyaan, jika pernyataan itu benar mengapa virus korona bisa menyerang negara-negara berpenduduk Islam? Sebagaimana kita ketahui, Cina saat ini menjadi negara besar dan makmur dalam bidang ekonomi. 

Bisa jadi saat ini banyak orang yang mempertanyakan adanya Allah, sebab Cina yang berideologi komunis dan paham kapitalis bisa menjadi negara besar dan makmur. Sementara negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim banyak yang miskin. 

Mungkin saat ini, banyak orang berpikir jika Allah itu ada maka negara-negara yang mayoritas beragama Islam seharusnya menjadi negara makmur. Sehingga muncul pemikiran bahwa Allah itu tidak ada.

Jika kita bicara iman, banyak orang di negara-negara Islam yang rajin shalat. Orang-orang itu mendirikan shalat karena yakin adanya Allah. Sayangnya, orang-orang yang rajin shalat itu jarang yang mau menyisihkan sebagian hartanya untuk sedekah. Karena dalam kehidupan ekonomi, orang yang rajin shalat tersebut tidak percaya Allah. Apakah maksud dari pernyataan ini? 

Baiklah, perhatikan penjelasan berikut. Jika A adalah orang yang bisa dipercaya dan B tidak bisa dipercaya atau pembohong, jika kita diberi tugas untuk menitipkan dua paket yang satu lebih besar dan yang satu lebih kecil, si A dan si B akan dititipi masing-masing satu paket uang. 

Tentunya, kita akan menitipkan paket uang yang lebih besar ke si A dan paket uang yang lebih kecil kepada si B karena si B tidak dipercaya.

Sekarang, mari kita renungkan contoh berikut, jika Anda punya uang Rp 1 juta, kemudian Rp 200 ribu ditabung atau dititipkan di bank. Apakah kita merasa uang kita hilang? Tentu jawabnya “tidak”. 

Sekarang, jika kita punya uang Rp 1 juta kemudian Rp 200 ribu disedekahkan atau dititipkan kepada Allah, apakah kita merasa uang kita hilang? Sejujurnya, pasti banyak yang menjawab hilang, kalau jawaban hilang berarti kita tidak percaya Allah. 

Sekarang kalau kita bicara fakta, dalam satu bulan uang yang kita tabung ke bank lebih besar mana dengan uang yang kita sedekahkan? 

Jika jawabannya lebih besar uang yang kita tabung ke bank, kita termasuk orang yang tidak percaya Allah atau menganggap Allah pembohong dalam hal ekonomi. Kalau Anda termasuk kategori yang mana dalam bersedekah?

Jika kita tidak percaya Allah atau menganggap Allah pembohong dalam hal ekonomi, wajar Allah pun tidak menitipkan harta kekayaan yang banyak kepada kita. Sehingga saat ini, banyak orang Islam miskin dan banyak negara yang mayoritas penduduknya Islam juga miskin, karena malas bersedekah.

Virus korona yang mulai menyerang banyak negara berpenduduk Islam bisa jadi peringatan agar negara Islam meningkat perekonomiannya, supaya tidak kalah dengan negara-negara yang tidak percaya adanya Allah. 

Sehingga negara yang orang-orangnya tidak percaya Allah itu sadar kalau Allah itu ada. Supaya negara-negara yang mayoritas berpenduduk Islam itu makmur, maka rakyat dan pemimpinnya harus percaya Allah dalam bidang ekonomi. 

Bentuk kepercayaan itu diwujudkan dengan maraknya orang-orang Islam menunaikan zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ziswaf) dalam jumlah besar. Serta melakukan sistem ekonomi syariah yang bertujuan untuk kemaslahatan umat.

Jika orang-orang Islam di sebuah negeri gemar ber-ziswaf dalam jumlah besar, pasti negara itu akan makmur melebihi negara yang orang-orangnya tidak percaya Allah. kesejahteraan dan keadilan sosial pun akan dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat. 

Insya Allah, virus korona tidak akan berkembang di negara seperti itu. Pekerjaan besarnya bagaimana membuat rakyat dan pemimpin rajin melakukan ziswaf. Insya Allah jawabannya ada di ilmu cara berpikir suprarasional.

Kesimpulan penulis, mencegah virus korona menurut cara berpikir suprarasional adalah menjaga wudhu, rajin mendirikan shalat, puasa sunah, rajin zakat, infak, sedekah, dan wakaf dalam jumlah besar, menghindari maksiat, riba, dan paling penting berdoa kepada Allah. n

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat