Ismail Raji al-Faruqi | dok wikipedia

Mujadid

Cendekiawan Palestina Kelas Dunia

Ismail Raji al-Faruqi ikut mengobarkan semangat anti-Israel melalui karya-karyanya.

Barang kali, nama Ismail Raji al-Faruqi bagi publik Tanah Air terdengar sedikit asing. Namun, di kalangan cendekiawan Muslim dunia, namanya cukup diperhitungkan, khususnya terkait studi keislaman.Tokoh berkebangsaan Palestina ini lahir di Jaffa, pada 1 Januari 1921.

Pada saat itu, Palestina masih berada dalam penjajahan Inggris dan belum diduduki zionis Israel. Al-Faruqi menjalani masa-masa pendidikannya di Lebanon antara tahun 1926 dan 1936. Ia kemudian melanjutkan pendidikan tingginya di American University di Beirut pada 1941. Sekembalinya dari Lebanon, di bawah mandat Pemerintah Inggris, ia kemudian diangkat menjadi gubernur untuk wilayah Galilea.

Zionis Israel mulai mengambil alih wilayah Palestina pada 1947. Peperangan kelompok Arab dengan Israel untuk memperebutkan Tanah Palestina membuatnya memilih hijrah ke Amerika Sertikat.

Di negeri Paman Sam, ia kemudian menekuni dunia intelektual. Dirinya melanjutkan studi akademik guna mengambil gelar master di Universitas Indiana pada 1949.

Ia pun mendapatkan gelar master keduanya di Universitas Harvard. Pengetahuan akademisnya di lembaga-lembaga pendidikan Barat, tidak membuatnya berhenti menimba ilmu.

Al-Faruqi pun kemudian melanjutkan studinya di Universitas al-Azhar, Kairo Mesir, untuk mendalami ilmu-ilmu agama selama empat tahun. Keinginan untuk terus menuntut ilmu ini, tidak berhenti.

photo
Salah satu karya Ismail Raji al-Faruqi dalam edisi bahasa Indonesia. - (dok ist)

Ia kemudian berkiprah sebagai pengajar di Universitas McGill, Montreal, Kanada, selama dua tahun pada 1959. Setelah akhirnya memutuskan untuk pindah ke Karachi, Pakistan, untuk ikut serta dalam kegiatan keilmuan di Central Institute for Islamic Research. Al-Faruqi terkenal dengan konsep dan teorinya tentang penggabungan ilmu pengetahuan.

Gagasannya itu telah mengilhami berdirinya berbagai megaproyek keilmuan, semisal International Institute of Islamic Thougth (IIIT) di Amerika Serikat dan lembaga sejenis di Malaysia.

Pada 1972, ia juga mendirikan The Association of Muslim Social Scientist. Wadah bagi ilmuan Muslim di bidang ilmu sosial. Berkat dia pula agenda besar 'Islamisasi ilmu pengetahuan' hingga kini tumbuh dan berkembang di berbagai negara.

Sumbu tauhid

Menurut al-Faruqi, Islamisasi ilmu pengetahuan bersumber pada tauhid. Setiap penelitian dan pengembangan keilmuan harus diarahkan sebagai refleksi dari keimanan dan realisasi ibadah kepada-Nya. Ini berbeda dengan prinsip keilmuan Barat. Sejak abad ke-15 mereka sudah tidak berterima kasih kepada Tuhan melainkan hanya pada dirinya sendiri. Mereka telah memisahkan ilmu pengetahuan dari prinsip teologis dan agama.

Gagasan dan teorinya tentang proyek integrasi ilmu tersebut, terangkum dalam bingkai besar yang disebut "Islamisasi Ilmu Pengetahuan." Idenya ini terpublikasikan di berbagai media, baik berupa jurnal pemikiran atau buku. Setidaknya ada 20 judul buku dan ratusan artikel yang ia tulis.

 
Gagasan dan teorinya tentang proyek integrasi ilmu tersebut, terangkum dalam bingkai besar yang disebut "Islamisasi Ilmu Pengetahuan."
   

Beberapa karya penting Ismail Raji al-Faruqi sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Karya tulisnya fokus pada pembelaan Islam. Di antaranya Islamization of Knowledge, Tawhid: Its Implications For Thought And Life, dan Islam and the Problem of Israel.

Ismail Raji al-Faruqi berpandangan, Islamisasi ilmu menekankan perombakan total atas keilmuan sosial Barat karena dianggap egosentris. Langkah besar al-Faruqi dan kritiknya terhadap realitas pendidikan Islam juga merupakan sumbangan besar dan manfaat bagi perombakan sistem pendidikan Islam.ed: nashih nashrullah

Bangkit melawan penjajahan

Pencaplokan zionis Israel terhadap tanah Palestina pada 1947 membuat Ismail Raji al-Faruqi harus rela meninggalkan tanah kelahirannya di Jafa ke Amerika Serikat. Sejak saat itu sikap keras dan pertentangannya terhadap Zionisme Israel terus ia suarakan ke dunia internasional melalui pemikiran dan karya tulisnya.

Salah satu karya tulisnya yang terkenal menentang keras zionis Israel adalah Islam and the Problem of Israel: Zionism as Religion (1980). Al-Faruqi memandang Zionisme tidak berakar pada agama Yahudi, yang memegang prinsip Abrahamik. Ia ingin menjelaskan kepada dunia bahwa antara zionisme dan Yahudi terdapat perbedaan besar yang mendasar. Sebab, Zionisme merupakan produk sekularisme.

 
Ia ingin menjelaskan kepada dunia bahwa antara zionisme dan Yahudi terdapat perbedaan besar yang mendasar.
   

Baginya Zionisme, menghalalkan segala cara, mulai dari sosial, politik, ekonomi, dan militer demi mewujudkan inti Yudaisme. Inilah yang membuat kelompok Yahudi Ortodoks konservatif menolak Zionisme, karena mereka menganggap tujuan agama Yahudi harus Tuhan yang menentukan, bukan pemaksaan dan kekerasan seperti yang dilakukan Pemerintah Israel.

Karena itulah, ia menegaskan negara zionis dan ideologinya harus dihancurkan. Bagi warga Yahudi di Israel, solusinya mereka diberi hak bermukim di mana saja mereka kehendaki, sebagai warga negara bebas.

Lantaran pemikirannya inilah, kalangan Yahudi ekstrem tidak senang dengannya. Meski demikian, di sisi lain al-Faruqi juga menekankan pentingnya toleransi antara umat beragama, seperti dalam karyanya, Islam and Other Faiths dan Trialogue of Abrahamic Faiths.

Ia memaparkan pemikirannya dalam mewujudkan pengertian antarumat beragama, dan bagaimana berinteraksi dengan penganut agama-agama lain. Menurutnya, pemahaman perbandingan agama ini berguna untuk membersihkan semua bentuk prasangka dan salah pengertian agar terjalin persahabatan antarsesama manusia. Islam tidak menentang Yahudi atau Nasrani.

Sumbangsih pemikirannya dalam ilmu pengetahuan Islam, semangat Pan-Islamisme dan perlawanan terhadap Zionis Israel ini, memunculkan ketidak senangan dari beberapa kalangan. Pemikiran kerasnya yang anti zionis Israel inilah yang membawa akhir perjalanan hidup al-Faruqi.

Serangan teroris di Erpa Barat, berdampak luas hingga menyulut kerusuhan di AS pada 1986. Bermunculan gerakan anti-Arab, dan semua yang berbau Arab dan Islam di Negeri Paman Sam itu. Beberapa dipelopori oknum yang menyimpan dendam dan kebencian terhadap Islam dan warga Arab di AS. Dalam serangan oleh kelompok tak dikenal itulah, al-Faruqi dan istrinya, Dr Lois Lamya, serta keluarganya tewas. Ia dikabarkan meninggal bersama istrinya karena dibunuh pada 27 Mei 1986.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Sejumlah Raksasa Teknologi AS Ikut Bangun IKN

Gedung-gedung di IKN akan punya sistem digital dari sisi pengolahan data dan keamanan terpadu.

SELENGKAPNYA

Timnas AMIN dan Pemimpin ‘Karbitan’ yang Disebut Anies

Kapten dari tim pemenangan AMIN yakni Marsekal Madya (Purn) Muhammad Syaugi Alaydrus.

SELENGKAPNYA

Sosok Teladan dari Nurul Jadid

Putra pendiri Ponpes Nurul Jadid Probolinggo, KH Hasyim Zaini mengikuti jejak ayahanda dalam membimbing umat.

SELENGKAPNYA