Gaya Hidup
Ketika Merasa Menjadi Orang Tua yang Kurang Baik, Apa yang Harus Kita Lakukan?
Tak jarang orang tua memiliki konflik dengan anak dalam berbagai fase pertumbuhannya.
Banyak orang tua mengakui bahwa memiliki anak dan membesarkannya adalah pengalaman paling bermakna dalam hidup. Akan tetapi, tantangannya pun sangat besar dan sulit.
Tak jarang orang tua memiliki konflik dengan anak dalam berbagai fase pertumbuhannya. Selain itu, mustahil juga menjadi orang tua yang sempurna setiap hari.
Menurut pakar di merek kesehatan pengasuhan Parenting for Brain, Pamela Li, wajar jika orang tua merasa cemas saat menghadapi tantangan dalam membesarkan anak. Terutama, jika mereka baru pertama kali menjadi orang tua atau mungkin tidak memiliki sistem pendukung yang kuat.
"Terlibat dengan orang tua lain yang berada dalam situasi serupa dapat membantu melawan kecemasan ini, memungkinkan ibu dan ayah menemukan kenyamanan dan tidak merasa sendirian," ujar Li, dikutip dari laman Daily Star, Ahad (12/11/2023).
Untuk membantu para orang tua, Li membagikan beberapa pedoman penting dalam membesarkan anak. Dia mendapati, cukup banyak orang tua pada era modern, terutama para ibu yang bekerja, cenderung merasa bersalah karena tidak menghabiskan cukup waktu bersama anak.
Dalam pandangan Li, jumlah waktu yang dihabiskan ayah atau ibu bersama anak tidak secara otomatis menentukan seberapa baik orang tua. Alih-alih memusingkan waktu yang terbatas, fokuslah pada kualitas waktu yang dihabiskan bersama anak.
Manfaatkan waktu yang ada untuk benar-benar terhubung dengan anak, menanyakan tentang kesehariannya, serta mendukung kebutuhan emosional mereka. Itulah hal yang menurut Li jauh lebih penting. Di sisi lain, ada pula orang tua yang merasa tak punya waktu pribadi setelah memiliki anak.
Sebagian orang tua juga kerap mengeluh waktunya habis untuk mengasuh anak dan menyelesaikan pekerjaan rumah. Sekadar memiliki waktu untuk beristirahat dan memulihkan diri pun sangat sulit.
Terkait hal tersebut, Li memiliki kiat yang lain, yakni berusaha meluangkan waktu. Memang, untuk ibu rumah tangga atau orang tua tunggal, hal tersebut sukar dilakukan.
Namun, tetaplah luangkan waktu me-time meski hanya jeda selama setengah jam. "Disarankan untuk melakukannya agar Anda tidak kelelahan dan berada dalam kondisi terbaik saat mengasuh anak," kata Li.
Untuk orang tua yang mengeluhkan anak yang menolak mengikuti instruksi, Li menjelaskan solusinya adalah membiasakan disiplin, yang hanya akan berhasil jika sistem tiga komponen diterapkan. Pertama, orang tua harus berupaya membangun hubungan yang suportif dengan anak, memastikan anak menganggap mereka sebagai sosok yang dihormati dan penuh perhatian.
Kemudian, orang tua harus memberikan penguatan positif, dengan cara memuji perilaku yang baik, bukan hanya berfokus pada menghukum atau menunjukkan perilaku buruk. Ketiga, Li juga merekomendasikan untuk membiarkan konsekuensi alami.
Misalnya, jika anak menolak segera tidur di jam biasa. Biarkan mereka mengalami konsekuensi terlambat bangun pada pagi hari, untuk mengajarkan mereka dampak buruk begadang. Dengan cara ini, ungkap Li, anak mengetahui bahwa ada dampak dari tindakannya dan diharapkan akan mulai berperilaku untuk menghindarinya.
Anak yang Aktif
Menerapkan gaya hidup sehat, termasuk aktif bergerak, dapat dibiasakan kepada anak sedini mungkin. Orang tua punya peran besar dalam hal ini. Menurut survei, banyak orang tua yang ingin melakukannya, tapi belum mengetahui cara yang tepat.
Survei pada 2022 yang digagas jenama kebugaran Life Time menemukan, 80 persen orang tua ingin anak-anaknya melakukan lebih banyak aktivitas fisik supaya lebih bugar. Itu adalah hal yang perlu jadi perhatian, sebab bukti lain menunjukkan bahwa pada era modern cukup sukar mengajak anak aktif bergerak.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) juga merekomendasikan anak-anak berusia enam hingga 17 tahun berolahraga setidaknya satu jam per hari. Faktanya, hanya sekitar 24 persen anak-anak yang memenuhi pedoman minimal tersebut.
Pola kebugaran anak-anak perlahan-lahan menurun sejak pandemi Covid-19. Padahal, berolahraga sejak usia muda dapat mencegah berbagai gangguan kesehatan, termasuk penyakit jantung, kanker, osteoporosis, gangguan kecemasan, dan fungsi kognitif.
Untuk menanamkan kecintaan anak pada kebiasaan jogging, bersepeda, berenang, dan aktivitas fisik lainnya, orang tua perlu usaha lebih. Berikut hal yang bisa diupayakan orang tua, dikutip dari laman Well and Good, Sabtu (12/11/2023).
1. Menjadi teladan yang baik
Orang tua perlu menjadi teladan yang baik bagi anak-anak dengan memberikan contoh. Psikolog kesehatan klinis, Saran-Nicole Bostan, mengatakan bahwa anak yang melihat orang tuanya rutin berolahraga lebih mungkin terinspirasi untuk ikut aktif bergerak.
Itu karena sebagian besar anak memperoleh perilaku baru melalui observasi dan peniruan. "Anak-anak akan belajar dengan sendirinya ketika diajak menjadi peserta aktif dalam kegiatan olahraga dan merasakan efek sehat dari olahraga," ujar Bostan.
2. Hindari membuat hubungan negatif antara olahraga dan akses gawai
Membatasi waktu layar anak merupakan tantangan bagi banyak orang tua pada era modern. Akan tetapi, orang tua disarankan tidak mempertentangkan antara aktivitas layar dan olahraga fisik.
Bostan menjelaskan, pendekatan yang memosisikan teknologi sebagai hal yang "buruk" dan olahraga sebagai hal yang "baik", justru tidak membuat anak punya kesadaran untuk melakukannya. Tidak mengapa mendorong anak untuk berpartisipasi dalam beragam aktivitas, baik akses gawai maupun aktivitas luar ruang.
3. Rancang aktivitas yang menyenangkan dan fleksibel
Meskipun ada pelajaran berharga dari kompetisi olahraga serius seperti pertandingan bola, bisbol, atau lainnya, orang tua perlu terlebih dahulu memperkenalkan olahraga sebagai kegiatan menyenangkan untuk anak. Dengan begitu, kecintaan akan terbangun.
Dokter anak Sarah Lester menyarankan aktivitas sederhana, seperti lompat tali, saling lempar bola, menangkap bendera, atau sekadar mendorong si kecil meniru gerakan. "Permainan-permainan itu tetap menghasilkan banyak pergerakan," ucap Lester.
4. Jangan memaksakan apa pun
Molly Prospect, pelari yang berasal Hartford, Connecticut, AS, yang juga merupakan ibu satu anak punya cara agar putranya menikmati waktu olahraga bersamanya. Cara itu, yakni memperkenalkan anak pada suatu aktivitas dan melihat bagaimana responsnya.
Meski Prospect adalah seorang pelari, tapi dia tidak memaksakan agar anaknya menjadi pelari juga. Saat dia melakukan rutinitas berlari yang biasa, Prospect mengajak putranya ikut, tapi untuk bersenang-senang, seperti mengajak anjing jalan-jalan dan bermain di taman.
Tidak mengapa mendorong anak untuk berpartisipasi dalam beragam aktivitas, baik akses gawai maupun aktivitas luar ruang.SARAH-NICOLE BOSTAN, Psikolog kesehatan klinis.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Rahasia Membesarkan Anak Sukses dari Orang Tua Nordik
Konsep Friluftsliv ini sudah diterapkan selama 164 tahun.
SELENGKAPNYAOlahraga, Jurus Jitu Cegah Burnout pada Anak Sekolah
Mirip dengan burnout terkait pekerjaan, burnout sekolah ditandai dengan kelelahan saat berada di sekolah.
SELENGKAPNYAMemilih Tabir Surya Tepat untuk Bayi dan Anak-anak
Sunscreen aman diberikan pada bayi usia di atas enam bulan, dengan catatan.
SELENGKAPNYA