Puisi Penyair | Daan Yahya/Republika

Sastra

Penyair

Puisi Ahmad Fatoni

Oleh AHMAD FATONI

Penyair

 

langitmu seperti yang dulu

mendung tak berbintang

 

bumimu seperti yang dulu

silang sengkarut tak karuan

 

nasibmu seperti yang dulu

mengelupas penuh luka

 

sajakmu seperti yang dulu

hanya air liur di sudut bibir

 

hidupmu seperti yang dulu

hanya pelumas di kerongkongan

 

Malang, 2025

***

 

Anak Lanangku

 

kukecup kening anak lanangku

bersama angin puting beliung

hingga menyeretnya ke negeri sunyi

 

kuusap ubun-ubun anak lanangku

dengan gemuruh gelombang

hingga menjulurkan lidahnya ke matahari

 

dalam sorot matanya yang tajam

perjalanan betapa jauh nan suram

tanganmu mengepal layaknya membelah laut Fir’aun

walau tanpa tongkat Musa 

 

Malang, 2025

***

 

Sang Petualang

 

langit terbentang

menantang sang petualang

merengkuh surga fana dalam genggaman

tak peduli surga keabadian

 

jalan-jalan penuh tikungan

hidup pun tanpa pilihan

kawan atau lawan

menjadi pahlawan atau tikus selokan

 

Malang, 2025

***

 

Usia Lansia

 

pada kalender yang menggigil di dinding purba

jarum berdetak lebih nyaring dari biasanya

getar kedua bibirku menderaskan doa

agar uban tak menghitung dosa

 

berulang-ulang aku tampak gagal mengeja

mengapa huruf-huruf itu beraroma kamboja

hidup tinggal bayang-bayang

yang segera menghilang

entah siang entah petang

 

usia merayap menuju lansia

seperti tong sampah menjemput sisa-sisa

dari onggokan janji yang belum lunas

dari sekian riwayat yang tak tuntas

tentang si kakek tua yang ingin kembali muda

 

Malang, 2025

***

 

Sepi Sendiri

 

dalam kesunyian 

kukulum sebongkah garam yang tak lagi asin

semua-mua serasa fatamorgana

kala dunia menjelma kefanaannya

 

kabarkanlah pada penguasa nurani

hingga kapan diri menepi

sampai bila aku menanti

sepi sendiri 

 

Malang, 2025

***

 

Ahmad Fatoni, kelahiran Surabaya dan besar di Madura, alumnus sastra Arab dari International Islamic University Islamabad, Pakistan. Beberapa karya tulis; cerpen, puisi, esai, dan resensi sastra, pernah dimuat di berbagai media nasional. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat