Ilustrasi food waste | Freepik

Iqtishodia

Partisipasi Masyarakat Kunci Pay as Your Trash

Perlunya penyesuaian yang tepat agar sistem ini mampu masuk ke dalam budaya masyarakat Indonesia

 

OLEH Ega Chandra Safira (Departemen Ekonomi Sumberdaya Lingkungan FEM IPB University)
Imatul Hamza (Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB University)
Dian Putri Lestari (Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB University)
Reza Legina Putri (Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB University
Dr. Widyastutik (Staf Pengajar Deptartemen Ilmu Ekonomi FEM IPB University)

Tingkat sisa makanan (food waste) di Indonesia terbilang tinggi. Berdasarkan laporan United Nations Environment Programme (UNEP, 2021), Indonesia menjadi penyumbang sampah makanan terbesar di Asia Tenggara sebanyak 20,9 juta ton setiap tahunnya.

Sampah rumah tangga menjadi penyumbang terbesar di Indonesia. Menurut Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional (SIPN, 2021) sampah rumah tangga menyumbang 40,91 persen dengan 38,81 persen merupakan sampah makanan. Indonesia perlu segera mengatasi permasalahan timbulan food waste tersebut.

Salah satu sistem pengelolaan food waste yang dinilai efektif adalah pay as your trash yang dimiliki oleh Korea Selatan. Melalui sistem itu, masyarakat harus membayar sisa makanan yang dibuang.

Efektivitas yang dimiliki oleh sistem tersebut dapat menurunkan timbulan food waste tiap orang di Korea Selatan dari 1,33 kg per orang menjadi 0,98 kg per orang (Waste4change, 2022). Efektivitas sistem ini dalam penurunan timbulan food waste patut untuk dilaksanakan oleh Indonesia, mengingat tingginya timbulan food waste.

Oleh karena itu, perlunya penyesuaian yang tepat agar sistem ini mampu masuk ke dalam budaya masyarakat Indonesia sehingga mampu berjalan dengan efektif. Berdasarkan latar belakang tersebut, tim PKM-RSH IPB University yang beranggotakan Ega Chandra Safira, Imatul Hamza, Dian Putri Lestari, dan Reza Legina Putri melakukan riset yang berjudul “Penerapan Pay as Your Trash dan Reward as Responsibility dalam Pengelolaan Food Waste Skala Rumah Tangga”.

Riset dilakukan di Kampung Kebon Kopi RW 10, Desa Cibanteng yang telah menjadi Desa Binaan pengelolaan sampah IPB University dengan sejumlah tujuan. Tujuan pertama, untuk mengetahui dan menganalisis tingkat pengetahuan masyarakat Kampung Kebon Kopi tentang food waste. Kedua, mengetahui dan menganalisis WTP yang meningkatkan partisipasi dalam mengurangi food waste.

Tujuan ketiga, mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat pendapatan terhadap kesediaan berpartisipasi masyarakat (willingness to participate) untuk melaksanakan sistem pengelolaan food waste. Tujuan keempat, menganalisis alternatif kebijakan pengelolaan food waste rumah tangga yang dapat dilakukan di Kampung Kebon Kopi RW 10, Desa Cibanteng.

Pengetahuan masyarakat 

Hasil riset menunjukkan bahwa masyarakat cenderung telah mengetahui makna dari food waste dan klasifikasi food waste meskipun belum terlalu familiar dengan istilah tersebut. Masyarakat mendefinisikan food waste sebagai sisa makanan, makanan terbuang, dan makanan yang tidak habis dimakan.

photo
Pengetahuan terkait food waste. - (IPB)

Masyarakat mampu menjawab sebagian besar pertanyaan terkait pengetahuan dengan benar, tetapi ketika pertanyaan ditujukan pada kebiasaan, masih banyak masyarakat yang membuang makanannya ketika dirasa tidak sesuai selera meskipun mereka mengetahui hal tersebut merupakan food waste.

Berdasarkan jawaban responden, mereka mengetahui bahwa food waste memiliki dampak lingkungan. Hal ini sejalan dengan penelitian Harun, H. (2017) yang menyatakan bahwa meskipun seseorang memiliki sikap atau keyakinan yang peduli lingkungan, tetapi tidak tersedianya informasi itu dapat menyebabkan orang tersebut tidak dapat bertindak secara efektif pada sikap dan keyakinannya.

photo
Perilaku responden terkait food waste - (IPB)

Kesediaan membayar (willingness to pay) 

Hasil penelitian ini menemukan bahwa pada skenario satu didapatkan WTP minimum sebesar Rp 7.000 dan WTP maksimum sebesar Rp 10.000. Rata-rata WTP skenario dua adalah sebesar Rp 7.090.

Skenario dua memiliki WTP minimum Rp 10.000 dan WTP maksimum Rp 15.000. Rata-rata WTP skenario dua adalah sebesar Rp10.371. Skenario tiga memiliki WTP minimum Rp 15.000 dan WTP maksimum sebesar Rp 17.000.

photo
Skenario WTP - (IPB)
 
photo
Skenario WTP - (IPB)

Nilai rata-rata WTP skenario tiga adalah sebesar Rp 15.333. Sebanyak 35 masyarakat memilih skenario dua, sebanyak 34 masyarakat memilih skenario 1, dan sembilan masyarakat memilih skenario tiga. Berdasarkan data tersebut, skenario dipilih berdasarkan skenario yang paling banyak dipilih, yaitu WTP skenario dua.

Tingkat keinginan partisipasi masyarakat 

Faktor-faktor yang memengaruhi peluang adopsi sistem PYAT dianalisis melalui analisis regresi logistik yang sering digunakan untuk menjelaskan hubungan dua variabel yang mana variabel dependen non-metrik (Y) sebagai kemauan masyarakat untuk melaksanakan sistem pengelolaan food waste, (Y=1) untuk masyarakat yang menyatakan bersedia dan (Y=0) untuk masyarakat yang tidak bersedia melaksanakan program. Selanjutnya ada variabel independen metrik dan non-metrik (X) yang mempengaruhi variabel independen.

photo
Hasil regresi logistik - (IPB)

Model ini mampu menjelaskan keragaman variabel sebesar 23,28 persen. Variabel pendapatan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan berpartisipasi dengan nilai koefisien sebesar 0,86. Artinya apabila pendapatan rumah tangga lebih besar 1 rupiah maka kesediaan berpartisipasi masyarakat akan lebih besar sebesar 0,86.

Hal ini mendukung penelitian sebelumnya Yuliastuti et al 2013 yang hasil penelitiannya menunjukkan, bahwa pendapatan masyarakat berpengaruh positif dan nyata terhadap partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pendapatan masyarakat yang tinggi dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.

Srategi optimalisasi adopsi sistem pay as your trash
Pengadopsian sistem pay as your trash dapat dioptimalkan dengan rekomendasi kebijakan yang memiliki sifat pengaturan, pengawasan, dan pencegahan kegagalan adopsi sistem. Kebijakan yang dapat dilakukan, antara lain, kelembagaan partisipatif masyarakat untuk memilah sampah dengan benar dan mengangkat tenaga profesional untuk mengelola sampah dan bertanggung jawab secara profesional sampah yang ada di lokasi sampel.

Kemudian, perlu adanya dukungan pemerintah setempat untuk penyediaan sarana prasarana dan fasilitas pengelolaan sampah dasar. Hal itu dilakukan dengan mempertimbangkan pendapatan rumah tangga, pengeluaran rumah tangga, dan pemahaman masyarakat tentang food waste untuk mendukung partisipasi masyarakat yang berkelanjutan sebelum mengadopsi sistem pay as your trash dari Korea Selatan.

Kegiatan swadaya masyarakat tersebut akan mendukung optimalisasi program TPS3R dan Bank Sampah di Kabupaten Bogor. Selain itu, perlu adanya kerja sama dengan BUMDes dan pembentukan struktur organisasi yang menaungi pengelolaan sampah organik agar program yang dilaksanakan dapat berkelanjutan dan terstruktur.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat