BTS area 3T (Terluar, terdepan, tertinggal) | Dok XL Axiata

Inovasi

Berbenah Diri demi Melanjutkan Mimpi Indonesia Terkoneksi

Tak semata memanfaatkan serat optik, satelit pun diimplementasikan untuk mewujudkan konektivitas.

Banyak manfaat yang bisa didapatkan masyarakat dengan hadirnya teknologi broadband atau internet cepat. Dari sisi ekonomi saja, laporan e-Conomy SEA terbaru yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company memperkirakan Indonesia akan meraih capaian Gross Merchandise Value (GMV) sekitar 110 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 1.721 triliun pada 2025.


Di samping itu, ekonomi digital Indonesia juga bertumbuh stabil dan diperkirakan mencapai GMV sebesar 82 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.282 triliun pada 2023 dengan pertumbuhan delapan persen secara tahunan atau year-on-year (YoY).  Tak hanya di sektor ekonomi saja, konektivitas broadband juga membawa dampak signifikan dalam sektor pendidikan, hingga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. 

Dengan besarnya dampak sosial yang dibawa oleh konektivitas broadband, kini internet pun sudah menjadi kebutuhan mendasar bagi masyarakat. Tak hanya bagi masyarakat yang hidup di perkotaan, tapi juga berbagai wilayah di Indonesia. 

Mimpi Besar Indonesia Terkoneksi - (Republika)

  ​

Sayangnya, kondisi geografis yang menantang, memunculkan kondisi kurang ideal untuk mewujudkan mimpi Indonesia terkoneksi. Belum lagi, keterbatasan dari para operator telekomunikasi, hingga sengkarut terkait pembangunan base transceiver station (BTS) di wilayah 3T atau wilayah tertinggal, terluar, dan terdepan, kian menjadikan konektivitas merata di Indonesia sulit diwujudkan. 

Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kominfo, menegaskan komitmennya mempercepat penyelesaian dan optimalisasi program pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan informasi. Salah satunya, melalui tata kelola organisasi yang baik guna mendukung terwujudnya transformasi digital Indonesia.

“Kami di Bakti Kominfo akan melaksanakan apa yang menjadi amanat Presiden Republik Indonesia agar semua program nasional yang dikelola Bakti tetap berjalan dan diselesaikan melalui tata kelola yang mengacu pada prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas dan kepatuhan pada seluruh perundang-undangan,” ungkap Fadhilah Mathar selaku Direktur Utama Bakti Kominfo dalam pertemuan dengan media di Jakarta, belum lama ini. 

Fadhilah lebih lanjut menjelaskan, upaya percepatan ini mencakup pembangunan BTS, jaringan serat optik Palapa Ring, dan pengoperasian satelit Republik Indonesia (SATRIA)-1. “Proyek Palapa Ring saat ini sudah selesai dilaksanakan dan mampu memeratakan akses dan harga dari layanan internet cepat (broadband) di seluruh kota/kabupaten di Indonesia,” ujar Fadhilah. 


Fokus pada Tata Kelola

 
Dengan sengkarut yang lalu, saat ini Fadhilah menegaskan komitmen Bakti saat ini untuk menuntaskan pembangunan BTS 4G di daerah 3T yang sebelumnya disebut Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie, pembangunannya telah mencapai 96 persen. “Kami akan berupaya menyelesaikan pembangunan proyek-proyek strategis Bakti dan memastikan tercapainya pemerataan konektivitas khususnya di wilayah wilayah 3T, serta mengatasi kesenjangan digital di Indonesia,” ujarnya. 

Ia memaparkan, di masa depan Bakti perlu memiliki pedoman tata kelola yang baik dan mengacu pada prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas dan kepatuhan. Sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan, meningkatkan kinerja, dan kontribusi perusahaan. Termasuk juga, menjaga keberlanjutan perusahaan secara jangka panjang dalam mendukung program pemerintah di masa datang.


Senada, dalam kesempatan yang sama, Direktur Infrastruktur Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Kominfo Danny Januar Ismawan menegaskan. akan fokus melakukan berkoordinasi dengan Satgas untuk penyelesaian program infrastruktur komunikasi dan informasi. Danny yang sebelumnya menjabat Plt Direktur Infrastruktur Bakti Kominfo dan juga pernah menjabat Direktur Layanan Telekomunikasi dan Informasi untuk Masyarakat & Pemerintah Bakti ini, menjelaskan, saat ini fokus Bakti adalah menyelenggarakan dan memberikan pelayanan yang berkualitas. 


Ia menjelaskan, salah satu yang menjadi amanat presiden adalah penyelesaian pembangunan BTS 4G yang capaian pembangunannya, berdasarkan data per 16 Juli 2023 sudah beroperasi 4.343 titik. Termasuk, adanya tambahan 626 lokasi yang sudah siap dan secara fisik sudah terbangun. “Akumulasi capaian tahap satu dan dua  adalah 4.341 sudah on-air, dari total 5.618 BTS, dan terdapat 1.277 BTS yang belum on-air,” jelasnya. 

Danny menegaskan, bersama seluruh manajemen akan menyelesaikan pembangunan proyek-proyek strategis Bakti lainnya untuk memastikan tercapainya pemerataan konektivitas. Khususnya, di wilayah wilayah 3T, untuk mengatasi kesenjangan digital di Indonesia. 

 

 
Bakti akan fokus melakukan berkoordinasi dengan Satgas untuk penyelesaian program infrastruktur komunikasi dan informasi.
 
DANNY JANUAR ISMAWAN, Direktur Infrastruktur BAKTI Kementerian Kominfo. 
 
 

 

Pemanfaatan Satelit

photo
Fadhilah Mathar selaku Direktur Utama Bakti Kominfo dalam pertemuan dengan media di Jakarta, belum lama ini mengungkapkan, akan fokus pada upaya percepatan ini mencakup pembangunan BTS, jaringan serat optik Palapa Ring, dan pengoperasian satelit Republik Indonesia (SATRIA)-1. - (Dok Bakti)


Proyek Palapa Ring merupakan proyek backbone infrastruktur telekomunikasi serat optik di seluruh Indonesia sepanjang 36 ribu kilometer yang menjangkau 440 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Tak semata memanfaatkan serat optik, jalan lain untuk mengupayakan pemerataan konektivitas di Indonesia, adalah melalui pemanfaatan satelit, lewat proyek SATRIA-1. 


Direktur Utama Bakti Kominfo Fadhilah Mathar menjelaskan, untuk proyek SATRIA-1, kesiapan operasional tahun ini yang direncanakan akan siap terhubung dengan stasiun bumi. Satelit ini juga siap langsung terhubung dengan Remote Terminal Ground Segment (RTGS) di lokasi layanan publik untuk memperkuat jaringan internet dan layanan digital di 150 ribu titik. 

photo
Ilustrasi optimalisasi jaringan broadband - (Dok XL Axiata)


Terutama, yang berada di daerah 3T. “Hadirnya SATRIA-1 ini dapat mendukung kegiatan sekolah dan pesantren, percepatan layanan publik di kantor pemerintahan daerah, data puskesmas dan rumah sakit daerah, serta membantu pengawasan wilayah oleh TNI dan Polri,” ujar Fadhilah 


Rencananya, untuk operasional SATRIA-1, akan fokus melayani 37 ribu titik fasilitas publik di Indonesia. Sejatinya, pada rencana awal SATRIA-1 diproyeksikan dapat menghadirkan layanan internet untuk 150 ribu titik fasilitas publik. 


Namun, jelang peluncurannya pada Juni 2023, jumlah layanannya turun menjadi 50 ribu titik. Setelah adanya diskusi dengan lintas kementerian teknis dan pemerintah daerah yang akan menerima layanan SATRIA-1 didapati bahwa hasil kapasitas satelit itu ternyata hanya bisa optimal untuk 37 ribu titik.


Hal itu disebabkan, aplikasi yang akan digunakan untuk setiap fasilitas publik rupanya memakan bandwith atau kapasitas internet yang cukup besar. "Sehingga kami direksi memutuskan bahwa untuk SATRIA-1 kami mementingkan penggunaan aplikasi dari kementerian sektor prioritas sehingga jumlah coverage layanannya berkurang karena kami mau tingkatkan bandwith untuk penggunaan aplikasi yang optimal," kata Fadhilah. 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Usut Aliran Dana Kasus BTS 4G

Kejakgung diminta mengembangkan ke para pihak yang diduga menerima aliran dana BTS.

SELENGKAPNYA

Makin Terangnya Uang ‘Tutup Kasus’ BTS Rp 60 Miliar

Uang tersebut rencananya digunakan untuk menutup kasus BTS agar tak sampai ke meja hijau.

SELENGKAPNYA

Kesaksian Menghebohkan Aliran Dana BTS

Uang haram hasil korupsi BTS disebut mengalir ke BPK hingga Komisi I DPR.

SELENGKAPNYA