Opini--Hal yang Disembunyikan Netanyahu dari Serangannya ke Gaza | Daan Yahya/Republika

Opini

Hal yang Disembunyikan Netanyahu dari Serangannya ke Gaza

Netanyahu sudah diingatkan oleh berbagai pihak untuk berpikir ulang menyerang Gaza.

Oleh PIZARO GOZALI IDRUS; Senior Fellow Asia Middle East Centre for Research and Dialogue Kuala Lumpur, Kandidat PhD pada Bidang Policy Research and International Studies Universiti Sains Malaysia

Hampir sebulan setelah Operasi Taufan al-Aqsha yang dilancarkan pada 7 Oktober 2023 lalu, sesumbar Perdana Menteri kolonial Israel Benjamin Netanyahu untuk melenyapkan Hamas, masih jauh dari realita.

Gambaran militer penjajah, yang dikerahkan untuk mematikan perlawanan bangsa Palestina, berbalik menjadi kuburan bagi prajurit Tel Aviv di Jalur Gaza.

Dalam pernyataannya pada Kamis (2/11), kolonialis Israel mengatakan jumlah tentara yang tewas dalam pertempuran dengan Hamas kini mencapai 23 orang. Hanya dalam waktu semalam, 9 prajurit Israel telah tewas.

Dengan begitu, total personel penjajah yang terbunuh dalam peperangan sengit melawan Hamas kini berbilang 338 orang. Sebuah kekalahan terbesar Israel dalam perangnya melawan Hamas.

Juru bicara tentara Israel, Daniel Hagari, mengaku terpukul dengan banyaknya prajurit yang tewas. Ia menggambarkan kerugian yang diderita militer Israel sebagai hal yang menyakitkan.

Sejatinya, Netanyahu sudah diingatkan oleh berbagai pihak untuk berpikir ulang melakukan serangan ke Jalur Gaza. Wilayah kantong Palestina itu bukanlah medan yang dirapal oleh tentara Zionis.

Gaza memiliki postur peperangan yang unik. Militer Hamas memiliki basis-basis terowongan yang jauh dari radar Israel dan telah mengalami transformasi militer yang membuat pejuang Palestina itu lebih kuat.

 
Perang ini sejatinya bukanlah perang yang ideal bagi Zionis. Tapi lebih didorong oleh ambisi kekuasaan politis Netanyahu yang tidak pernah disampaikan secara jujur dan terbuka.
 
 

Fakta yang disembunyikan

Tak pelak, perang ini sejatinya bukanlah perang yang ideal bagi Zionis. Tapi lebih didorong oleh ambisi kekuasaan politis Netanyahu yang tidak pernah disampaikan secara jujur dan terbuka.

Pertama, tujuan Netanyahu menyerang Gaza adalah upayanya menutupi rasa malu atas kekalahan Israel dalam serangan Hamas pada 7 Oktober lalu. Saat itu, kekuatan militer penjajah yang didewakan Amerika Serikat dan Eropa itu nyatanya telah dikelabui Hamas. Kamera-kamera pengintai milik tentara kolonialis berhasil dimatikan oleh Hamas.

Benzi Sanders, veteran Israel yang terlibat dalam perang melawan Hamas pada 2014, mengakui kelompok perlawanan Palestina itu tidak bisa dikalahkan Israel. Bahkan, menurutnya, serangan Israel ke Gaza hanya akan memperkuat Hamas.

Ia pun mengatakan bahwa tentara Israel terlibat dalam pelanggaran HAM terhadap warga Gaza. Kini Sanders memutar cara pandangnya bahwa melakukan opsi militer melawan Hamas bukanlah pilihan terbaik bagi Israel.

Kedua, ini adalah cara Netanyahu menutupi skandal korupsi dan penipuannya yang sedang berlangsung. Sidang korupsi ini menggabungkan tiga kasus terpisah, yang dikenal sebagai Kasus 1000, 2000, dan 4000.

Istri Netanyahu, Sara, juga disebut menerima hadiah, tapi bukan menjadi terdakwa dalam persidangan.

Dalam "Kasus 1000", Netanyahu dituduh menerima hadiah hampir 300 ribu dolar AS sejak 2007 hingga 2016 dari produser Hollywood Arnon Milchan dan miliarder Australia James Packer.

Sebagai imbalan, Netanyahu menekan Kementerian Keuangan untuk menggandakan durasi pembebasan pajak bagi warga asing Israel, seperti setelah mereka kembali ke negara tersebut dari luar negeri.

Sedangkan "Kasus 2000" menyangkut upaya-upaya PM Netanyahu untuk menjamin peliputan yang positif oleh sebuah surat kabar Israel Yediot Aharonot.

Adapun dalam "Kasus 4000", jaksa mengeklaim bahwa sejak 2012 hingga 2017, pengusaha telekomunikasi bernama Shaul Elovitch dan istrinya memberikan bantuan kepada Netanyahu dan keluarganya dengan harapan bahwa Netanyahu tidak akan menghalangi kepentingan bisnis keluarga Elovitch.

Elovitch diduga telah berulang kali mengizinkan Netanyahu dan keluarganya untuk meliput situs beritanya, Walla. Keluarga Elovitch, yang diadili, menyangkal melakukan kesalahan.

Ketiga, fakta bahwa serangan Israel dilakukan secara sporadis dan bukan terukur. Akibat kegilaan ini, korban terbanyak dari Zionis adalah masyarakat sipil Palestina dan sebagian besar anak-anak yang total keseluruhannya hampir mencapai 10 ribu jiwa.

Tindakan ini kini menjadi headline media-media massa global yang mengkritik gagalnya Netanyahu dan sekutu Baratnya melindungi masyarakat sipil.

Daniel Levy, mantan penasihat senior pada pemerintahan mantan Perdana Menteri Ehud Barak mengatakan, penting untuk mengungkap kebohongan yang membenarkan pembunuhan massal yang dilakukan Netanyahu. "Jelas sekali jumlah korban tewas di kalangan warga sipil tidak dapat disangkal,” kata Levy.

Kejatuhan citra Netanyahu

Untuk menutupi tumpukan skandal ini dan tuntutan mundur kepadanya, beragam cara telah dilakukan Netanyahu untuk membenarkan serangannya ke Gaza yang tak berdosa. Salah satunya meyakinkan AS dan sekutunya bahwa Hamas telah menyembelih bayi.

AS akhirnya menarik pernyataannya soal bayi-bayi yang tewas itu usai menemukan klaim Israel tidak valid.

Situasi politik Netanyahu kini benar-benar kritis dan terjepit. Dalam jajak pendapat Lazar Research Institute untuk harian Israel, Maariv, hanya 27 persen warga Israel yang percaya bahwa Netanyahu adalah orang tepat untuk menjalankan pemerintahan.

 
Jajak pendapat juga menunjukkan penurunan tajam popularitas Partai Likud yang dipimpin Netanyahu. Partai Likud kemungkinan hanya akan meraih 19 dari 120 kursi parlemen, turun drastis dibandingkan dengan 32 kursi yang dimilikinya saat ini.
 
 

Jajak pendapat tersebut juga menunjukkan penurunan tajam popularitas Partai Likud yang dipimpin Netanyahu. Partai Likud kemungkinan hanya akan meraih 19 dari 120 kursi parlemen, turun drastis dibandingkan dengan 32 kursi yang dimilikinya saat ini.

Netanyahu telah menolak gencatan senjata dan siap bertempur dalam waktu lama demi mewujudkan sumpahnya menumpas kelompok Hamas. Namun, banyak ahli menilai Israel tak punya rencana pasti mencapai tujuan itu.

Bahkan, mantan kepala Departemen Urusan Palestina untuk Intelijen Militer Israel Michael Milshtein curiga rencana ke depan itu bahkan belum dipikirkan. "Anda tidak dapat menggembar-gemborkan sebuah gerakan bersejarah seperti itu tanpa rencana ke depannya," ujarnya.

Di tengah kebingungan banyak pihak, AS sedang mempertimbangkan gencatan senjata dengan Hamas, untuk menutupi fakta kekalahan Israel -- yang juga mungkin akan kembali disembunyikan oleh Netanyahu.

Tapi fakta-fakta kekalahan yang dikubur secara rapi oleh Netanyahu dan para kolonialis kini telah menjadi tontotan masyarakat global yang setiap hari melihat tumbangnya deretan milisi Zionis di tangan Hamas.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Sejarah Berulang

Lalu di mana suara Barat? Sejarah kembali terulang, standar ganda berlaku.

SELENGKAPNYA

Israel Bombardir Sekolah Tempat Ribuan Mengungsi

Jumlah warga Palestina yang syahid melampaui 9.500 jiwa.

SELENGKAPNYA

Ratusan Tentara Israel Terluka di Gaza, 25 Tewas

Total tentara Israel yang tewas di GAza sejak serangan darat mencapai 25 orang.

SELENGKAPNYA

Telusur Sejarah Gaza

Akibat penjajahan Israel, Jalur Gaza kini tak ubahnya penjara-terbuka paling besar di muka bumi.

SELENGKAPNYA