
Kisah
Abu Dujanah dan Keresahannya Usai Shalat
Abu Dujanah buru-buru pulang usai shalat berjamaah.
Seperti para sahabat Nabi Muhammad SAW, Abu Dujanah sangat senang akan momen-momen shalat berjamaah di Masjid Nabawi. Beribadah dengan khusyuk, diimami Rasulullah SAW.
Namun, ada satu kejadian yang membuat Abu Dujanah agak “berbeda” dibanding jamaah Masjid Nabawi. Seolah-olah, perasaannya tak tenang lama-lama di masjid.
Suatu kali, Rasul SAW baru saja usai memimpin shalat subuh di masjid. Nabi SAW lantas melihat, Abu Dujanah tergesa-gesa meninggalkan masjid, sedangkan kebanyakan sahabat masih duduk-duduk.
Kejadian yang sama terus berulang pada hari-hari berikutnya tiap bakda subuh. Maka, Rasulullah SAW mencoba mencari tahu penyebab kebiasaan Abu Dujanah itu.
"Wahai Abu Dujanah, apakah engkau tidak memiliki permintaan yang perlu engkau panjatkan ke hadirat Allah sehingga engkau sering meninggalkan masjid sebelum aku selesai berdoa?" tanya beliau.
"Wahai Rasulullah, saya memiliki satu alasan mengapa sering buru-buru meninggalkan masjid seusai shalat subuh," jawab Abu Dujanah.
"Ceritakanlah!"

"Rumah saya bersisian persis dengan rumah tetangga. Pekarangan tetangga saya ini ditumbuhi pohon kurma yang dahannya menjulang, masuk ke halaman rumah saya. Tiap kali angin malam berembus, tak sedikit buah kurma dari pohon itu jatuh dan mendarat di depan pintu rumah saya."
"Sementara itu," lanjut Abu Dujanah, "Keluarga kami termasuk yang seadanya. Sering kali anak-anak saya tidur dalam kondisi kelaparan karena tak ada makanan. Maka, ketika mereka bangun dan melihat kurma-kurma berserakan di depan pintu, mereka pun memakannya."
Abu Dujanah lantas menceritakan, pernah suatu ketika anaknya kedapatan memakan kurma yang jatuh dari pohon tetangganya itu. Maka, ia pun berupaya sekuat tenaga untuk mengeluarkan kurma yang terlanjur dimakan tadi dari mulut anaknya.
"Wahai anakku, janganlah engkau permalukan ayahmu ini di akhirat kelak. Demi Allah, hingga nyawamu lepas pun, aku akan mengeluarkan kurma itu agar tak ada harta haram masuk dalam perutmu," demikian Abu Dujanah menirukan kata-katanya ke anaknya itu.
Oleh karena itu, lanjut Abu Dujanah, dirinya sering meninggalkan masjid terburu-buru usai shalat subuh. Harapannya, ia masih memiliki waktu untuk mengumpulkan buah-buah kurma dari pohon tetangga yang jatuh di halaman rumahnya. Jangan sampai anak-anaknya melihat kurma itu terlebih dahulu sehingga memakannya karena terdorong rasa lapar.
Mendengar cerita itu, Rasulullah SAW menangis terharu. Beliau kemudian ingin mencari tahu siapa pemilik pohon kurma itu. Kemudian, diketahuilah bahwa pemiliknya adalah seorang pria dari kalangan munafik.

Setelah mengetuk pintu, Nabi SAW menanyakan kepada pemilik pohon kurma itu, "Apa bisa engkau menjual pohon kurma itu? Aku akan membelinya dengan pohon senilai 10 kali lipat. Pohon itu terbuat dari batu zamrud berwarna biru, disirami emas merah, tangkainya dari mutiara putih. Di situ tersedia bidadari yang cantik jelita sesuai dengan hitungan buah kurma yang ada.”
Rasulullah SAW sedang menjelaskan keadaan pohon di surga. Mendengar itu, pria munafik itu justru membentak.
"Saya tidak mau menjual dengan sistem jatuh tempo! Saya mau bayar sekarang," kata dia.
Abu Bakar kebetulan lewat di dekat rumah itu. Setelah mengetahui duduk perkaranya, Abu Bakar pun membeli pohon kurma itu tanpa menawar.
Pria munafik itu senang bukan kepalang. Ia berkata kepada istrinya, "Lihatlah! Aku mendapatkan uang banyak dari menjual pohon kurma kita, padahal pohon itu masih di pekarangan kita dan kita pun dapat memakan buahnya seperti biasa!"
Setelah itu, pohon kurma itu pun diberikan kepada Abu Dujanah sehingga ia tak perlu lagi khawatir anak-anaknya akan memakan buah kurma yang jatuh itu. Abu Dujanah pun bersuka cita. Kini, ia tak usah lagi buru-buru pergi sehabis shalat subuh.
Heroisme di Uhud
Abu Dujanah turut membersamai jihad fii sabilillah. Salah satu palagan yang di dalamnya ia berjuang adalah Perang Uhud. Ada sebuah kisah menarik tentang ini.
Sebelum perang dimulai, Rasulullah SAW menunjukkan sebilah pedang miliknya. “Siapakah yang mau menunaikan hak pedang ini dalam pertempuran?” seru beliau.
Para prajurit Muslim pun ramai-ramai merespons seruan Rasulullah itu. Setiap mereka berharap bisa menggunakan pedang tersebut. Akan tetapi, rupanya Rasulullah mengetahui seseorang yang lebih tepat untuk menyandang pedang itu.

Ketika Rasulullah sedang melayangkan pedangnya ke arah pasukan Muslim, salah satu sahabat, yaitu Abu Dujanah tiba-tiba maju dan bertanya kepada Rasulullah tentang hak pedang itu. Rasulullah pun menjawab pertanyaan Abu Dujanah itu.
Rasulullah menjelaskan Abu Dujanah dapat menunaikan hak pedang itu untuk digunakan menyerang musuh sampai pedang itu bengkok. Sang sahabat pun menyanggupi untuk menggunakan pedang Rasulullah itu di perang Uhud.
Rasul kemudian menyerahkan pedang tersebut kepada Abu Dujanah. Menurut Cendekiawan Muslim asal Turki Muhammad Fethullah Gulen dalam bukunya Cahaya Abadi Muhammad SAW: Kebanggaan Umat Manusia, sosok Abu Dujanah adalah seorang prajurit pemberani yang sangat tangguh di medan pertempuran.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Din Syamsuddin Sambangi DPP Partai Kebangkitan Bangsa
Kunjungan ini sebagai dukungan kepada bakal capres dan cawapres Koalisi Perubahan Anies Baswedan.
SELENGKAPNYANamer, Kendaraan Tempur ‘Terbaik Dunia’ yang Dilumpuhkan Hamas
Namer sempat disebut-sebut tak bisa dihancurkan.
SELENGKAPNYAAkankah Pekerjaan di Masa Depan Tergantikan AI dan Robot?
Perkembangan teknologi yang cepat serta adopsi AI memberikan dampak terhadap tenaga kerja.
SELENGKAPNYA