Perairan Jakarta penuh dengan sampah, terutama sampah plastik, di pelabuhan tradisional Muara Baru di Jakarta, Kamis (18/5/2023). | EPA-EFE/ADI WEDA

Iqtishodia

Marine Debris dan Perilaku Ekonomi Rumah Tangga

Terbatasnya tempat pembuangan sampah membuat masyarakat memilih untuk membakar sampah.

OLEH Agnes Sarini Sinaga (Alumni Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan FEM IPB)
Dina Lianita Sari (Dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan FEM IPB)                              Dr Nuva (Dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan FEM IPB)

Berbagai aktivitas ekonomi yang tidak ramah lingkungan dapat menyebabkan pesisir dan laut di Indonesia makin tercemar. Pencemaran laut tentunya akan memengaruhi kualitas suatu lingkungan di laut.

Penurunan kualitas lingkungan di laut tidak terlepas dari aktivitas rumah tangga di pesisir yang membuang sampah, terutama limbah plastik ke area pesisir pantai, sehingga menyebabkan pantai tercemar oleh marine debris atau sampah laut. Masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir memanfaatkan sumber daya yang ada di laut untuk membangun aktivitas ekonomi yang mampu mendukung kesejahteraan mereka.

Setiap aktivitas ekonomi yang dilakukan masyarakat juga akan menghasilkan limbah seperti sampah rumah tangga, baik sampah organik maupun non-organik (terutama sampah plastik). Menurut Sulistyono (2012), salah satu indikator utama tingginya sampah rumah tangga di suatu daerah tergantung dari kepadatan penduduk di daerah tersebut.

photo
Warga mengikuti aksi bersih sampah di perairan Ternate, Kota Ternate Maluku Utara, Ahad (28/5/2023).  - (ANTARA FOTO/Andri Saputra)

Semakin tinggi kepadatan penduduk suatu daerah, semakin tinggi sampah rumah tangga yang dihasilkan di daerah tersebut. Kondisi tersebut tentu juga berlaku di kawasan pesisir, terutama kawasan pesisir yang padat penduduk dan minim prasarana dan sarana pembuangan sampah rumah tangga.

Salah satu daerah pesisir dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi adalah Muara Angke, Jakarta Utara. Muara Angke juga merupakan salah satu kawasan pesisir yang lautnya tercemar. Pencemaran laut di muara angke terjadi akibat limbah yang berasal dari hulu sungai dan sekitar kawasan pemukiman di pesisir Muara Angke.

Kawasan pemukiman ini menghasilkan limbah rumah tangga. Sampah rumah tangga diduga menjadi sumber utama penghasil limbah di Muara Angke, di mana sampah yang banyak ditemukan di Muara Angke adalah sampah plastik.

Berdasarkan hasil estimasi penelitian, diketahui sampah plastik yang berasal dari perilaku ekonomi rumah tangga di kawasan Muara Angke dapat mencapai 44,15 persen dari total timbulan sampah rumah tangga per hari. Sampah plastik merupakan sampah yang paling banyak dihasilkan akibat aktivitas ekonomi rumah tangga di Muara Angke (Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Utara 2019).

 
Setiap rumah tangga memiliki perbedaan perilaku ekonomi dalam hal mengelola sampah plastik
 

Perilaku ekonomi rumah tangga pada masyarakat Muara Angke dipengaruhi keadaan sosial, demografi masing-masing responden, dan ekonomi. Perilaku ekonomi rumah tangga akan memengaruhi cara rumah tangga mengelola sampah.

Ketika perilaku ekonomi suatu rumah tangga cenderung hanya memanfaatkan sumber daya alam tetapi tidak ramah lingkungan, maka akan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Setiap rumah tangga memiliki perbedaan perilaku ekonomi dalam hal mengelola sampah plastik.

Hal ini dapat dipengaruhi oleh kebiasaan, pengetahuan, pola konsumsi masyarakat dalam mengelola sampah plastik rumah tangga, ketersediaan tempat untuk responden memilah sampah, dan ketersediaan tempat sampah di kawasan Muara Angke.

photo
Suasana pesisir pantai di RW 022 Muara Angke, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Kota Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta. - (Republika/Wilda Fizriyani)

Berdasarkan hasil survei yang diolah dengan deskriptif kuantitatif, diketahui sekitar 83 persen dari 100 orang responden di Pelabuhan Muara Angke belum melakukan pemilahan sampah karena responden belum memiliki kemauan, dukungan, dan pengetahuan dalam melakukan pemilahan sampah. Kendati demikian, ada beberapa masyarakat yang sebenarnya sudah memiliki pemahaman tentang pemilahan sampah.

Mereka sudah mengerti cara memilah sampah sesuai kategorinya, yaitu sesuai sampah organik atau sampah basah, sampah anorganik atau sampah kering dan sampah beracun (B3). Namun, kondisi responden yang memiliki keterbatasan waktu menyebabkan mereka tidak melakukan pemilahan sampah.

Dari hasil kajian ini juga diketahui muara pembuangan sampah di Muara Angke, yaitu laut, lahan kosong, dibakar, dan tempat sampah. Tempat pembuangan sampah yang terbatas dan belum lengkap sesuai kategorinya menjadi penyebab lain perilaku masyarakat untuk lebih memilih membakar sampah, membuang sampah ke lahan kosong dan bahkan membuang sampah ke laut.

Masyarakat akan membuang sampah ke lahan kosong atau langsung ke laut karena lokasi lahan dan laut yang sangat dekat dengan tempat tinggal mereka. Perilaku masyarakat untuk tidak membuang sampah ke tempat sampah pasti memiliki alasan tertentu.

 

 

Perilaku masyarakat untuk tidak membuang sampah ke tempat sampah pasti memiliki alasan tertentu 

 

Ada empat alasan responden untuk membuang sampah sembarangan, yaitu tidak tahu membuang sampah kemana, kebiasaan yang sudah lama dilakukan, ada lahan yang biasa dijadikan sebagai tempat sampah dan tidak terlalu mempermasalahkan masalah tentang sampah. Mayoritas alasan responden membuang sampah sembarangan adalah karena tidak tahu harus membuang sampah ke mana.

Penjelasan perilaku ekonomi rumah tangga di atas menunjukkan bahwa responden sangat bergantung dalam menggunakan plastik pada saat melakukan aktivitas ekonomi yaitu berbelanja. Perilaku ekonomi suatu rumah tangga dalam memanfaatkan sumber daya alam pasti dilandasi oleh motif ekonomi.

photo
Pengunjung berada di dekat sampah makanan dan minuman yang ditinggalkan di Pantai Kampung Nelayan di Palu, Sulawesi Tengah, Ahad (6/3/2022). Perilaku membuang sampah sembarangan saat berwisata tersebut berpotensi menambah timbulan sampah khususnya sampah plastik di laut . - (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/foc.)

Motif ekonomi yang dilakukan oleh responden dapat berasal atas kemauan diri sendiri atau karena pengaruh dari luar (pihak lain, media, buku, sekolah). Apabila motif ekonomi responden dalam melakukan aktivitas ekonomi dengan tujuan untuk mengurangi penumpukan sampah dan peduli terhadap dampak sampah plastik ke laut maka akan semakin besar peluang responden menggunakan barang atau produk yang ramah lingkungan dan melakukan pemilahan sampah.

Oleh karena itu, agar dapat meningkatkan kemauan dan kesadaran masyarakat untuk berperilaku membuang sampah ke tempat sampah, maka perlu memperbanyak sosialisasi ke masyarakat terkhusus kepada kepala rumah tangga mengenai dampak buruk sampah plastik bagi lingkungan, cara memilah sampah yang baik dan benar, dan potensi nilai ekonomi dari sampah.

Sosialisasi dapat dilakukan melalui pengajian, ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), karang taruna, sosial media, ataupun radio. Selanjutnya, perlu ada sosialisasi yang mengarahkan masyarakat agar aktif menabung sampah di bank sampah setempat sehingga memilah sampah menjadi suatu kebiasaan dan kepala rumah tangga dapat memengaruhi setiap anggota keluarga.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat